Thursday, December 29, 2016

MAKALAH TEKNIK DAN APLIKASI PESTISIDA “PEMBUATAN PESTISIDA NABATI”



KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
PRODI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA

 MAKALAH
TEKNIK DAN APLIKASI PESTISIDA
 “PEMBUATAN PESTISIDA NABATI”
Description: LOGO POLITEKNIK NEGERI  JEMBER (1).png
 







Disusun Oleh :
Citra Helda Anggia ( A31151077 )

Dosen :  Ir.Ninik wihartiningsih, MP
Teknisi : Pak Totok

PROGRAM STUDI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA
JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2016


Telah Diperiksa dan Dinilai


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Belakangan ini penggunaan pestisida sintesis (menggunakan bahan kimia sintetis) yang dinilai praktis oleh para pencinta tanaman untuk mengobati tanamannya yang terserang hama, ternyata membawa dampak negatif bagi lingkungan sekitar bahkan bagi penggunanya sendiri (Daniel, 2008).
Catatan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia mencatat bahwa di seluruh dunia setiap tahunnya terjadi keracunan pestisida antara 44.000 - 2.000.000 orang dan dari angka tersebut yang terbanyak terjadi di negara berkembang. Dampak negatif dari penggunaan pestisida diantaranya adalah meningkatnya daya tahan hama terhadap pestisida, membengkaknya biaya perawatan akibat tingginya harga pestisida dan penggunaan yang salah dapat mengakibatkan racun bagi lingkungan, manusia serta ternak.
Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintesis. Untuk mengukur tingkat keefektifan dosis yang digunakan, dapat dilakukan eksperimen dan sesuai dengan pengalaman pengguna. Jika satu saat dosis yang digunakan tidak mempunyai pengaruh, dapat ditingkatkan hingga terlihat hasilnya. Karena penggunaan pestisida alami relatif aman dalam dosis tinggi sekali pun, maka sebanyak apapun yang diberikan tanaman sangat jarang ditemukan tanaman mati. Yang ada hanya kesalahan teknis, seperti tanaman yang menyukai media kering, karena terlalu sering disiram dan lembab, malah akan memacu munculnya jamur. Kuncinya adalah aplikasi dengan dosis yang diamati dengan perlakuan sesuai dengan karakteristik dan kondisi ideal tumbuh untuk tanamannya.
            Banyak resep yang dapat ditemukan dari pengalaman. Selain itu, perhatikan teknis saat memberikan pestisida alami. Perhatikan curah hujan dan saat penyemprotannya. Usahakan menyemprot setelah hujan agar tidak luntur oleh air hujan. Tanaman Azadirachta indica Juss.( Glick, B.R. 1995)
            Tanaman Azadirachta indica Juss mempunyai beberapa kegunaan. Di India tanaman ini disebut “the village pharmacy”, dimana Azadirachta indica Juss, digunkaan untuk penyembuhan penyakit kulit, antiinflamasi, demam, antibakteri, antidiabees, penyakit kardiovaskular, dan insektisida (McCaleb, 1986). Daun Azadirachta indica Juss juga di gunakan sebagai repelan, obat penyakit kulit, hipertensi, diabetes, anthelmintika, ulkus peptik, dan antifungsi. Selain itu bersifat antibakteri dan antiviral (Narula, 1997).
            Seduhan kulit batangnya digunakan sebagai obat malaria. Penggunaan kulit batangnya yang pahit dianjurkan sebagai tonikum. Kulit batang yang ditoreh pada waktu tertentu setiap tahun menghasilkan cairan dalam jumlah besar. Cairan ini diminum sebagai obat penyakit lambung di India. Daunnya yang sangat pahit, di Madura digunakan sebagai makanan ternak. Rebusannya di minum sebagai obat pembangkit selera dan obat malaria (Heyne, 1987).

1.2  Tujuan
      Untuk mengetahui beberapa jenis pestisida nabati beserta cara- cara pembuatan pestisida nabati.


BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Ekstrak Daun Mimba
2.1.1 Pengertian Tanaman Mimba
Tanaman Mimba (Azadirachta indica) merupakan tanaman obat yang
memiliki berbagai macam kegunaan. Salah satu kegunaannya sebagai biopestisida (larvasida). Daya larvasida daun mimba berasal dari kandungan aktifnya yang disebut azadirachtin dan salanin.  (Anonim, 1989; Hartwe11,1987; Perry, 1980).
Berbagai metode pengujian untuk mengetahui aktivitas biologis suatu senyawa dari bahan alam telah diperkenalkan. Uji sitotoksik merupakan salah satu pengembangan metode untuk memprediksi keberadaan senyawa yang bersifat toksik pada sel yang merupakan syarat mutlak untuk obat-obat antikanker. Teknik sulforho damine B (SRB) adalah salah satu dari beberapa metode uji sitotoksik in vitro yang baik dan sensitive untuk memprediksi senyawa sitotoksik dari bahan alam (Perez et al., 1993; Skehan et al., 1990).
                        Tanaman mimba (Azadirachta indica) termasuk familia Meliaceae.Mimba, terutama dalam biji dan daunnya mengandung beberapa komponen dari produksi metabolit sekunder yang diduga sangat bermanfaat, baik dalam bidang pertanian (pestisida dan pupuk), maupun farmasi (kosmetik dan obatobatan).8 Diantarnya adalah azadirachtin, salanin, meliantriol, nimbin dan nimbidin yang merupakan kandungan bermanfaat baik dalam bidang pertanian (pestisida dan pupuk), maupun farmasi (kosmetik dan obat-obatan).8 Berdasar penelitian yang dilakukan oleh RD Ndione, O Faye, M Ndiaye, A Dieye, dan JM Afoutou pada tahun 2007, dengan menggunakan bijij daun mimba terhadap larva Aedes aegypti Linnaeus 1762, yang juga mengandung azadirachtin, salalinin, meliantriol, nimbin dan nimbidin, mampu membunuh larva Aedes aegypti.1 Ekstrak daun mimba berefek insektisida terhadap larva Aedes aegypti. Mimba tidak membunuh hama secara cepat namun memiliki mekanisme kerja menurunkan nafsu makan dan menghambat pertumbuhan dan reproduksi. Azadirachtin merupakan penurun nafsu makan dan ecdyson blocker (penghambat hormone petumbuhan serangga). Salanin merupakan salah satu penurun nafsu makan. (Gofron. 2009.)
                        Meliantriol berperan sebagai penghalau (repellent) sehingga serangga enggan mendekati tanaman tersebutNimbin dan Nimbidin, memiliki aktivitas antimikroba, antifungi dan antiviral, pada manusia dan hewan. Daun mimba jugadapat digunakan dalam membantu berbagai masalah kesehatan. Air yang dicampur ekstrak mimba digunakan untuk mandi dan untuk menyembuhkan ruam merah kulit karena panas dan kulit yang melepuh.Senyawa-senyawa yang bdikandung daun mimba seperti azadirachtin, salanin dan meliantriol tersebut itulah yang diduga dapat memberikan efek larvasida dari ekstrak ethanol daun mimba. Selain itu, tanaman mimba mudah ditemukan disekitar lingkungan kita, namun sangat disayangkan masih minimalnya pemanfaatan dari tanaman mimba ini (Kardiman A. 2008)

2.1.2 Klasifikasi daun mimba
Mimba mempunyai nama lain : Antelaea azadirachta (L.) Adelb., Azedarach fraxinifolia Moench, Melia azadirachta L., M. fraxinifolia Adelb., M. indica (A.Juss.) Brandis, M. pinnata Stokes
Nama umum/dagang: Mimba
Nama daerah/lokal : Mimba, Nimba (sunda), Intaran (Bali, Nusa Tenggara), Imbau (Jawa Timur), Mempheuh, Membha (Madura).
diklasifikasikan sebagai berikut
Domain : Eukaryota
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridaeplantae
Phylum : Tracheophyta
Subphylum : Euphyllophytina
Infraphylum : Radiatopses
Class : Magnoliopsida
Subclass : Rosidae
Superorder : Rutanae
Order : Rutales
Suborder : Meliineae
Family : Meliaceae
Subfamily : Clusioideae
Genus : Azadirachta
Specific epithet : indica – A.Juss
Botanical name : Azadirachta indica Adr. Juss
Gambar 1. Daun Mimba

2.1.3 Metode Pembuatan Pestisida Nabati Mimba
            Daun mimba dicuci bersih dengan air, kemudian diris tipis-tipis. Daun mimba tidak boleh dikeringkan di bawah sinar mataharii karena dapat menghilangkan efek insektisida dari daun mimba itu sendiri. Daun mimba yang telah diiris kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode Maserasi (cara dingin) dan menggunakan pelarut alkohol (ethanol). Metode Maserasi adalah proses pengekstraksian simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan(Ndione RD,2007 )
                      Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambah pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya Sisa ekstrak dengan sisa pelarut kemudian diuapkan dengan menggunakan water bath untuk menghilangkan pelrutnya sehingga didapatkan ekstrak yang kental. Dalam hasil pengamatan dapat kita peroleh hasil yaitu banyak terjadi endapan antara cairan yang di dalam botol. Karena penggunaan pestisida nabati ini hanya berfungsi untuk satu kali pemakaian. Jadi hari kedua tidak dapat diaplikasikan lagi (Daniel, 2008)

2.1.4 Pengaplikasian daun mimba
                      Dalam pengaplikasian pestisida nabati ada kelebihan dan kekurangannya.  Adapun kelebihan dalam penggunaan pestisida nabati yaitu, degradasi/penguraian yang cepat oleh sinar matahari, memiliki pengaruh yang cepat, yaitu menghentikan napsu makan serangga walaupun jarang menyebabkan kematian. memiliki spectrum pengendalian yang luas (racun lambung dan syaraf) dan bersifat selektif. selain itu juga dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal pada pestisida kimia, hitotoksitas rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman selain itu pestisida nabati juga cukup murah dan mudah dibuat oleh petani ( Okumu FO,2006)

2.2 Ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) 
Gambar 2. Ekstrak Sirsak
2.2.1 Pembuatan ekstrak bahan nabati daun sirsak
Pembuatan ekstrak bahan nabati dengan pelarut metanol.Bahan nabati segar sebanyak 25 g dicincang kemudian diekstrak dengan pelarut metanol p.a sebanyak 100 ml selama 15 menit. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan blender. Hasil ekstraksi disentrifusi selama 20 menit dengan kecepatan 3.000 rpm, kemudian diuapkan menggunakan freezer dryer hingga volume ± 1 ml. Larutan tersebut kemudian diencerkan menggunakan akuades menjadi konsentrasi 5% dan selanjutnya larutan siap digunakan untuk perlakuan. Pem buatan ekstrak bahan nabati dengan pelarut air.
Bahan nabati segar sebanyak 100 g dicincang kemudian diekstrak dengan pelarut air dengan perbandingan 1:3. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan homogenizer/ blender selama 15 menit. Hasil ekstraksi dibiarkan selama 24 jam kemudian disaring menggunakan kain halus dan selanjutnya larutan siap digunakan sebagai perlakuan. Aplikasi ekstrak bahan nabati. yang Setelah itu, daun dikeringanginkan dan ditimbang. Pada hasil pratikum yang kita peroleh yaitu Pengamatan dilakukan 2 hari denga perlakuan pada pagi dan sore. Dengan parameter pengamatan yaitu bentuk, warna, dan bau. Bentuknya mengental dan mengendap.
2.3 Ektrak Belengse
            Ektrak Belengse yaitu Kepanjangan dari Nimba, lengkuas, dan Serai. Pengamatannya hanya dilakukan 1hari pada waktu pagi dan sore. Terdapat perubahan bentuk yaitu pada warna hijau tua. Lengkuas merupakan salah satu obat alam yag telah banyak digunakan masyarakat untuk pengobatan tradisional. Minyak atsiri dari rimpang lengkuas telah banyak diketahui dapat mencegah serangan terhadap jenis jamur Dermatofit.
2.4 Ekstrak EM4 
               Ekstrak EM4  digunakan untuk percampuran dengan menggunakan ekstrak daun nimba. Berfungsi sebagai bahan perombak. Pada pengamatan ini dilakukan selama 15 hari dengan waktu pagi dan sore. Ini bertujuan untuk lebih mengetahui spesifik dari perubahan bentuk, warna, dan bau. Pada molase yaitu berfungsi  yaitu air gula. Berfungsi sebagai perekat.
                                                                                                    


2.5  Proses Pembuatan Pestisida Nabati
2.5.1 Ekstrak Daun Mimba
A. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang diperlukan adalah Air tajin 1000 ml, Alcohol 40%, Daun Nimba sebnyak 200 gr, Blender, Botol/jurigen, EM4, Molase , Serai, Jahe, kunyit, lengkuas, kencur, temulawak, bawang merah, bawang putih, dan brotowali,
B. Cara Kerja
1. Memotong kecil-kecil Serai, Jahe, kunyit, lengkuas, kencur, temulawak, bawang merah, bawang putih, dan brotowali, dan daun mimba, kemudian di blender sampai halus dan bersifat homogen. Air yang di gunakan untuk menghaluskan adalah air tajin sebanyak 1000ml.
2.    Setelah semua bahan halus dan bersifat homogen masukkan cairan molase, alcohol 40% dan EM4 masing-masing sebanyak 100ml kedalam jurigen.
  3.  Setelah itu menutup rapat-rapat jurigen, kemudian di simpan selama 15 hari pengamatan dan dilakukan pengamatan.

2.5.2  Ekstrak Daun Sirsak
            A. Bahan Dan Alat
Alat dan bahan yang diperlukan adalah 1000 ml air, 25 lembar  daun sirsak, Blender, Botol/jurigen, sabun colek 0,5 gr, 10 cm jeringau, dan bawang putih
            B .  Cara Kerja
1. Memotong-motong Daun sirsak, jeringau, dan bawang putih dihaluskan dengan blender dengan volume air secukupnya sampai hancur/halus
2.Memasukan bahan yang telah halus tersebut dimasukkan kedalam jurigen/botol plastic dan ditambahkan sabun colek sebanyak 0,5 gr kemudian gojok
3. Melakukan penyimpanan selama 2 hari dan dilakukan  pengamatan.


2.5.3  Ekstrak Belengse
A. Bahan Dan Alat
            Alat dan bahan yang diperlukan adalah daun nimba 200 gr air sebanyak 1000 ml, sabun colek 0,5 gr, lengkuas, serai, Blender, dan Botol/jurigen
            B.   Cara Kerja
1.  Daun Nimba, lengkuas, dan daun serai yang telah dipotong-potong kecil-kecil  dihaluskan dengan blender sampai menjadi larutan yang homogen dengan menggunakan air sebanyak 1000 ml.
2. Setelah halus ditambahkan sabun colek sebanyak 0,5 gr untuk kemudian di masukkan kedalam botol plastic/jurigen.
3.     Larutan disimpan selama 1 hari dan dilakukan pengamatan
2.6 penjelasan tentang pestisida nabati
Pestisida merupakan campuran dari berbaga senyawa-senyawa kimia yang mampu membasmi berbagai organisme pengganggu tanaman. Ada beberapa jenis pestisida, yaitu insektisida untuk mengendalikan hama (serangga pengganggu), herbisida (untuk mengendalikan gulma), nematisida (untuk mengendalikan nematoda), dan bakterisida untuk mengandalikan batkeri penyebab penyakit. Berdasarkan sumber bahannya pestisida ada dua, yaitu pestisida sintetik dan pestisida nabati. Pestisida sintetik dibuat dari bahan-bahan kimia (non alami) biasa diproduksi di pabrikan, sedangkan pestisida nabati dibuat dari bahan-bahan nabati (alami), dari tumbuh-tumbuhan atanu tanaman yang mengandung senyawa-senyawa yang bisa mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Berhubung penggunanaan pestisida sintetik mulai dirasakan dampak negatifnya, maka mulai diadakan konversi penggunaan pestisida yang berasal dari bahan-bahan alami (pestisida nabati). Pestisida nabati ini tidak menimbulkan efek racun sebagaimana jika menggunakan pestisida sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia. Hal inilah yang menjadi salah satu keunggulan dari penggunaan pestisida nabati. Beberapa keunggulan yang lain yaitu biaya pembuatan pestisida nabati ini sangat terjangkau, sehingga bisa diterapkan oleh berbagai kelas petani, dari petani yang berekonomi rendah sampai yang berekonomi tinggi dan tidak meninggalkan residu yang berbahaya, yang bisa mencemar lingkungan terutama air tanah yang nantinya akan dikonsumsi manusia yang akibatny bisa keracunan. Oleh karena sifatnya yang ramah ligkungan da bernilai ekonomi, penggunaan pestisida nabati ini merupakan inovasi yang cukup baik untuk dikembangkan juga turut mendukung terciptanya sistem pertanian yang berkelanjutan. Pestisida nabati yang saat ini sering digunakan adalah untuk pengendalian hama, jadi dalam hal ini digunakan sebagai insektisida. Beberapa tumbuhan yang bisa digunakan sebagai pestisida nabati adalah daun mimba, daun pacar cina, daun sirsat, dan daun mindi.

2.7 Jenis Daun Bahan Aktif Insektisida
Beberapa jenis daun dari tumbuh-tumbuhan tersebut mengandung senyawa-senyawa yang merupakan bahan aktif dalam insektisida, sehingga bisa digunakan secara langsung sebagai insektisida nabati. Pestisida nabati diaplikasikan dalam bentuk ekstrak dari tumbuh-tumbuhan tersebut, berupa larutan cair hasil dari pengekstrakan daun-daun dari beberapa jenis tumbuhan yang telah disebutkan sebelumnya. Untuk pengaplikasiaannya bisa langsung disemprotkan pada bagian tanaman yang terserang. Pestisida berbahan nabati bersifat sebagai racun perut yang tidak membahayakan terhadap musuh alami atau serangga bukan sasaran, sehingga penggunaan pestisida berbahan nabati dapat dikombinasikan dengan musuh alami. Selain memiliki senyawa aktif utama dalam ekstrak tumbuhan juga terdapat senyawa lain yang kurang aktif, namun keberadaannya dapat meningkatkan aktivitas ekstrak secara keseluruhan (sinergi). Serangga tidak mudah menjadi resisten terhadap ekstrak tumbuhan dengan beberapa bahan aktif, karena kemampuan serangga untuk membentuk sistem pertahanan terhadap beberapa senyawa yang berbeda sekaligus lebih kecil daripada terhadap senyawa insektisida tunggal. Selain itu cara kerja senyawa dari bahan nabati berbeda dengan bahan sintetik sehingga kecil kemungkinannya terjadi resistensi silang. Pada umumnya pestisida sintetik dapat membunuh langsung organisme sasaran dengan cepat. Hal ini berbeda dengan pestisida nabati, sebagai contoh insektisida nabati yang umumnya tidak dapat mematikan langsung serangga, biasanya berfungsi seperti berikut: Refelen, yaitu menolak kehadiran serangga terutama disebabkan baunya yang menyengat,
Antifidan menyebabkan serangga tidak menyukai tanaman, misalnya disebabkan rasa yang pahit, Attraktan sebagai pemikat kehadiran serangga yang dapat digunakan sebagai perangkap, mencegah serangga meletakkan telur dan menghentikan proses penetasan telur, pestisida nabati bersifat racun syaraf dan mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga. Pada praktikum ini bahan alami yang digunakan sebagai bahan baku pestisida nabati adalah nimba, lengkuas, serai, daun sirsak, dan daun tembakau. Bahan-bahan tersebut memiliki kandungan kimia yang berbeda, sehingga sasaran hama yang ditujupun juga berbeda. Berikut keterangan dari bahan-bahan baku tersebut 1. Mimba (Azadirachta indica) Daun dan biji dari tanaman mimba dapat digunakan untuk mengendalikan ulat, kumbang, serta kutu daun yang selalu menyerang tanaman pangan dan hortikultura.
 Zat yang terkandung dalam mimba mampu menghambat pertumbuhan serangga hama. Tanaman mimba mengandung zat azadirachtan, triol, salanin, dan nimbin. Tanaman ini dapat mengendalikan OPT seperti : Helopeltis sp,; Empoasca sp.; Tungau jingga (Erevipalpis phoenicis), ulat jengkal (Hyposidra talaca), Aphis gossypii, Epilachna varivestis, Fusarium oxyporum, Pestalotia, sp.; Phytophthora sp.; Heliothis armigera, pratylenchus sp.; Nilaparvata lugens. 2. Tembakau (Niocotiana tabacum L.) Selain mimba, tembakau juga berpotensi digunakan sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan ham. Bagian tanaman tembakau yang dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan hama. Bagian tanaman tembakau yang dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati adalah batang dan daunnya. Tembakau mengandung zat beracun berupa nikotin. 3. Sirsak (Annona muricata L.) Daun sirsak mengandung bahan aktif annonain dan resin. Pestisida nabati daun sirsak efektif untuk mengendalikan hama trip. Jika ditambahkan daun tembakau dan sirsak akan efektif mengendalikan hama belalang dan ulat. Sedangkan jika ditambahkan jeringau dan bawang putih akan efektif mengendalikan hama wereng coklat. OPT sasaran : wereng batang coklat. 4. Lengkuas (Alpinia galanga SW.) Daun lengkuas memiliki bahan aktif berupa tanin, saponin, alkaloid, terpenoid dan flavanoid yang dapat digunakan untuk mengendalikan serangga. 5. Sirih (Piper betle) Kandungan kimia daun sirih adalah minyak atsiri 0,8 - 1,8 % (terdiri atas chavikol, chavibetol (betel phenol), allylprocatechol (hydroxychavikol), allypyrocatechol-mono dan diacetate, karvakrol, eugenol, p.cymene, cineole, caryophyllene, cadinene, esragol, terpenena, seskuiterpena, fenil propane, tannin, diastase, karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat, vitamin C, gula, pati dan asam amino. Chavikol yang menyebabkan sirih berbau khas dan memiliki khasiat antibakteri (daya bunuh bakteri lima kali lebih kuat daripada fenol biasa). Selain itu, kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama penghisap. 6. Serai (Andropogon nardus L.) Daun serai wangi (Andropogon nardus L.). Serai wangi memiliki kandungan kimia yang terdiri dari saponin, flavonoid, polifenol, alkaloid dan minyak atsiri. Minyak atsiri serai wangi terdiri dari sitral, sitronelal, geraniol, mirsena, nerol, farsenol, metilheptenon, dipentena, eugenol metil eter, kadinen, kadinol dan limonene. Senyawa geraniol dan sitronellal dilaporkan dapat berfungsi sebagai fungisida nabati. Eugenol yang terkandung dalam serai wangi mempunyai pengaruh dalam menghambat pertumbuhan dan perkembangan jamur patogen. Tanaman ini dapat mengendalikan Tribolium sp,; Sitophilus sp.; Callosobruchus sp.; Meloidogyne sp.; dan Pseudomonas sp. 7. Rimpang Jeringau Rimpang jeringau mengandung bahan aktif arosone, kalomenol, kalomen, kalameone, metil eugenol yang jika dikombinasi dengan bahan aktif daun sirsak akan efektif mengendalikan hama wereng. Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa ekstrak daun mimba, ekstrak daun sirsak, ekstrak daun sirih-tembakau, dan ekstrak belengse dari karakter fisik (warna dan endapan) sama, secara umum ekstrak yang terbentuk berwarna korelasi hijau dan semua ekstrak kecuali ekstrak daun sirih-tembakau terdapat endapan yang merupakan suspensi dari ekstrak yang telah dibuat. Pada saat baru diekstrak semua perlakuan daun beraroma menyengat daun (aroma bisa dipengaruhi dari berbagai zat yang terkandung di dalam ekstrak). Hal ini menunjukkan bahwa senyawa-senyawa yang terkandung di dalam ekstrak, yang berupa senyawa fenol pada daun bereaksi sehingga menimbulkan aroma pada setiap perlakuan. Selain berbahan baku ekstrak daun, pembuatan pestisida nabati juga ditambahkan senyawa pelarut seperti sabun colek dan alkohol.

2.8 Fungsi Sabun Colek
Penambahan sabun colek pada ekstrak daun-daun tersebut bertujuan agar bisa merekatkan berbagai senyawa yang terdapat pada larutan ekstrak nabati, yang pada dasarnya saling terlepas, sehingga dengan adanya penambahan detergen diharapkan senyawa-senyawa (senyawa yang mengandung bahan aktif untuk mengendalikan hama) tersebut saling berikatan, sehingga pestisida nabati akan menjadi cukup efektif dalam mengendalikan hama, juga agar pestisida nabati ini saat disemprotkan bisa melekat cukup lama pada tanaman. Setelah disimpan selama 24 jam, terjadi perubahan aroma dan perubahan warna pada ekstrak. Secara umum aroma ekstrak yang tadinya menyengat dan beraroma sabun colek menjadi lebih meningkat dan warna ekstraknya pun menjadi lebih kecoklatan dan kekuningan. Pada ekstrak daun mimba setelah setelah disimpan sehari warnanya cenderung sama yaitu hijau, namun aroma ekstrak ini berubah menjadi aroma mirip bawang putih. Untuk ekstrak daun sirsak, warnanya juga tidak terlihat mengalami perubahan yaitu tetap hijau tua, sedangkan aromanya berubah semakin menyengat. Ekstrak daun sirih-tembakau, ekstrak ini menggunakan dua bahan yang sama-sama beraroma kuat, namun sejak pertama hingga hari kedua aroma ekstrak ini lebih kuat beraroma daun sirih, dibandingkan aroma daun tembakau. Ekstrak balengse juga terbuat dari beberapa bahan baku, yaitu mimba, lengkuas dan serai. Bahan-bahan tersebut memiliki aroma kuat dan bisa dibedakan dengan jelas. Namun setelah dari awal pengamatan hingga hari kedua aroma serai lebih tercium kuat daripada bahan lain, sedangkan warna ekstrak ini berubah menjadi hijau kekuningan. Pada pengamatan hari ke-3,atau pengamatan terakhir secara umum aroma ekstrak yang tadinya menyengat menjadi lebih meningkat dan warna ekstraknyapun menjadi kekuningan dan kehitaman. Ekstrak daun mimba diakhir pengamatan diketahui berwarna tetap seperti semula, yaitu hijau, beraroma bawang putih menyengat, dan terbentuknya endapan. Untuk ekstrak daun sirih warnanya berubah menjai hijau kehitaman, beraroma menyengat dan terbentuk endapan. Ekstrak daun sirih-tembakau telah berubah warna menjadi hijau kekuningan, aroma daun sirih semakin menyengat meskipun sampai akhir pengamatan tidak ada endapan. Ekstrak balengse telah berubah warnanya menjadi kuning kehijauan, bau serai semakin menyengat dan endapan putih telah terbentuk. Penyebab ekstrak beraroma lebih menyengat bisa dikarenakan adanya fermentasi pada ekstrak tersebut yang kemungkinan besar adanya peran dekomposisi dari mikrobia yang mungkin terlarut dalam ekstrak sehingga muncul aroma yang lebih busuk, sebagaimana sampah-sampah organik yang jika dibiarkan akan semakin beraroma busuk. Sedangkan terjadi perubahan warna bisa karena terjadi pengendapan (suspensi yang mengandung warna hijau akibat klorofil terendapkan) sehingga larutan nampak lebih coklat bida juga warna hijau yang ditimbulkan klorofil mulai hilang karena klorofil sudah mulai rusak tidak ada produksi klorofil sebagaimana dedaunan yang masih melekat pada pohon, sehingga semakin lama klorofil daun akan rusak dan warna hijaunya mulai terdegradasi menjadi lebih kecoklatan. Endapan yanng terjadi semakin banyak. Walaupun pestisida nabati banyak keunggulannya dibandingkan dengan pestisida sintetik, keefektifannya dalam mengendalikan hama masih lebih efektif jika menggunakan pestisida kimia karena memang diproduksi dari bahan-bahan beracun, sehingga jika menggunakan pestisida nabati perlu pengaplikasian yang lebih sering dibandingkan pengaplikasan pestisida sintetik. Hal tersebut dibuktikan pada pembuatan pestisida nabati pada praktikum ini yang selalu mengalami perubahan indikator setelah melewati masa penyimpanan.





  


BAB 3
SIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pembuatan pestisida nabati yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. 2. Pestisida nabati tidak bisa digunakan secara langsung, namun harus melewati tahap penyimpanan dan fermentasi. Terbukti melalui pengamatan karakter ekstrak pestisida nabati selau meningkat setelah masa penyimpanan.

3.2 Saran
      Pada praktikum kali ini untuk menghasilkan pestisida nabati yang berkualitas lebih baik ranting dari daun yang akan di gunakan untuk pstisida nabati di buang.selain itu praktikan harus bisa membedakan antara daun mindi dan daun mimba.yang paling penting untuk pengumuman pengumpulan laporan lebih baik jangan dadakan,karena kita tidak bias mengerjakan laporan dengan sempurna.



DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. Limbah Batang Tembakau Potensial Sebagai Pestisida Nabati dan Bahan Kompos. info@litbang.deptan.go.id. (diakses pada tanggal 28 desember 2016)
Choirin Rohmayati dan Khusnul Khotimah. Pemanfaatan ekstrak daun nimba Untuk pengawetan makanan. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.Agriculture Journal. Vol:2.
Daniel. “Pestisida Nabati dan aplikasinya pada tanaman”. Farmacia Vol.7 No.7. 2008
Djaenudin Ghalib dan Darmono.Pengaruk Ekstrak Lengkuas Putih ( Alpinia galanga.L) terhadap infeksi Trichopyton mentagrophytes pada kelinci.2008.Jurnal Ilmu kefarmasian indonesia. Hal 57-62.Vol 6, No 2 Balai besar penelitian Veteriner Jl. R.E Martadinata No 30. Bogor. Fakultas Farmasi. Universitas Pancasila. Jakarta
Glick, B.R. 1995. The enhancement of plant growth by free-living bacteria.
Can. J. Microbial. 4: 109-117
Gofron. 2009. Revolusi Hijau. kompos.com/revolusihijau. (diakses pada tanggal 28 Desember 2016).
Heviandri, R. 1989. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Melinjo (Gnetum gnemon L.) pada Kangkung terhadap PerkembanganLarva Spodoptera litura F. Skripsi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kardiman A dan Dhalimi A. “MIMBA (Azadirachta indica A.Juss) Tanaman
Multi Manfaat”. Perkembangan Teknologi TRO Vol. XV, No. 1, 2003 http://dodikfaperta.blogspot.co.id/2012/04/laporan-pembuatan-pestisida-nabati.html. (diakses pada tanggal 28 Desember 2016).


No comments:

Post a Comment