Wednesday, December 28, 2016

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN BUDIDAYA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa l) SESUAI SOP DAN GAP



KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
PRODI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA


LAPORAN KEGIATAN PRAKTIKUM
BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN
BUDIDAYA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa l) SESUAI SOP DAN GAP
Description: LOGO POLITEKNIK NEGERI  JEMBER (1).png







Disusun Oleh :
Nama : Citra Helda Anggia ( A31151077 )
Dosen : 1. Ir. Kasutjianingati, MSi
Teknisi : Ca kholili
PROGRAM STUDI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA
JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2016


Telah Diperiksa dan Dinilai


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Bawang merah (Allium  ascalonicum. L) merupakan  sayuran umbi yang cukup populer dikalangan masyarakat, selain nilai ekonomisnya yang tinggi, bawang merah juga berfungsi sebagai penyedap rasa dan dapat juga digunakan sebagai bahan obat tradisional (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, 2013).
 Tanaman bawang merah merupakan komoditas unggulan nasional, sehingga berbagai program dan kegiatan dilakukan dalam rangka meningkatkan produksinya. Produktivitas bawang merah nasional tahun 2009 : 9,28 ton/ha, tahun 2010 : 9,57 ton/ha, dan tahun 011 : 9,54 ton/ha (BPS, 2012). Produktivitas bawang merah ini masih tergolong rendah, bila dibandingkan dengan potensi produksi optimum bawang merah yang dapat mencapai 16 ton/ha.
Salah satu penyebab rendahnya produktivitas adalah serangan bakteri Xanthomonas axonopodis pv. allii (Xaa) penyebab penyakit hawar daun bakteri (HDB), yang telah dilaporkan menyerang tanaman bawang merah di Indonesia (Habazar dkk., 2007). Insidensi penyakit HDB di Indonesia berkisar antara 20,4 –94,5 % dan severitas penyakit antara 14,7 – 85,5 % (Resti dkk., 2010). Penyakit HDB telah tersebar di daerah sentra produksi bawang merah di Sumatera Barat, dengan persentase serangan mencapai 100 % di Kabupaten Solok dan 39,62 % di Kabupaten Agam (Resti dkk., 2007).

2.1 Tujuan 
1. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan penerapan SOP budidaya salah satu komoditi sayuran.
2. mahasiswa diharapkan mampu mengidenifikasi dan mengendalikan hama dan penyakit komoditi sayuran
           



BAB 2
TINJAUN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi tanaman bawang merah
Bawang merah merupakan tanaman berumbi lapis berwarna keungu-unguan, yang memiliki nama latin Allium Cepa L. Bawang merah pada umumnya memiliki bau yang khas yang tajam

Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
Allium cepa l

2.2 Manfaat tanaman bawang merah
  1. Mengontrol tekanan darah dan menurunkan kadar kolesterol, karena bawang merah memiliki zat kuersetin yang dapat meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh dan mengurangi resiko stroke dan penyakit jantung.
  2. Mengatasi susah BAB. Kandungan serat dalam bawang merah memiliki fungsi yang dapat membantu toksin maupun zat makanan yang sulit dicerna dan dikeluarkan usus.
  3. Mengurangi resiko diabetes. Mengkonsumsi bawang merah mentah dipercaya dapat meningkatkan produksi insulin.
  4. Mengencerkan dahak. Kandungan saponin dalam bawang merah dipercaya efektif untuk mengencerkan dahak.
  5. Mencegah kanker. Ternyata bawang merah memiliki kandungan senyawa sulfur yang dapat mengurangi terjadinya resiko penyakit kanker. Serta masih banyak lagi manfaat bawang merah dalam segi kesehatan.

2.3 Syarat pertumbuhan
Tanaman Bawang Merah dapat tumbuh dengan baik dan produktivitasnya bisa tinggi pada daerah dengan syarat yang paling ideal bersuhu 25º-32º C, pada suhu 22º C tanaman bawang masih bisa membentuk umbi tapi hasilnya tidak sebaik pada suhu di atasnya, pada daerah bersuhu di bawah 22º C pembentukan umbi bawang merah sangat sulit, bahkan bisa sampai tidak mengeluarkan umbi sama sekali.
Daerah tersebut di atas biasanya terdapat pada daerah dataran rendah dengan ketinggian 10-250 m dpl. Pada ketinggian 30-50 m dpl adalah tempat ideal tumbuh optimal Bawang Merah. Pada ketinggian 800-900 m dpl maka potensinya menurun dan ukuran umbi akan lebih kecil karena suhu kurang optimal. Pada lahan Open Field atau lahan terbuka, curah hujan yang ideal adalah 300-2500 mm/tahun.
Lama penyinaran pada masa penanaman Bawang Merah terbaik adalah lebih dari 12 jam karena Bawang Merah termasuk tanaman Long Day Plant.
Kondisi tanah yang sesuai dengan morfologi Bawang Merah adalah tanah gembur, remah, Pourus dan mempunyai aerasi yang baik. Seperti tanah sedikit berpasir serta ber-pH 6-6.8 tetapi mampu beradaptasi dan bertahan hingga pada tanah ber-pH 5.5, meskipun tidak maksimal pertumbuhannya.
Hati-hati pengapuran pada lahan bila sudah terdapat tanaman Bawang Merahnya, karena akar bawang merah tidak tahan terhadap kapur secara langsung, sebaiknnya pengapuran untuk koreksi pH tanah dilakukan sebelum lahan ditanami.

2.4  Langkah-Langkah Budidaya Bawang Merah

1-      Pemilihan bibit bawang yang baik
2-      Pembuatan Media tanam
3-      Cara Menanam
4-      Pemilihan lokasi tanam
5-      Perawatan dan pemupukan
6-      Penanganan pasca panen bawang
BAB 3
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat
Pratikum “Budidaya Tanaman bawang merah” dilaksanakan pada :
Tanggal              :30 September 2016 s/d  16 November 2016
Tempat               : Lapang PTH 1 Politeknik Negeri Jember

3.2 Alat Dan Bahan
Alat alat yang diperlukan adalah :
Bahan yang dibutuhkan:
1.      Cangkul
2.      Koret
3.      Kenco
4.      Gembor
5.      Pisau
1.      Bibit bawang merah
2.      Pupuk kandang
3.      Pupuk Urea
4.      Pupuk Tsp
5.      Pupuk ponska
6.      Fungisida

3.3 Langkah Kerja
      3.3.1 Persiapan Media Tanam Dan Pemupukan Dasar(30 Desember 2016)
1.  Menyiapkan alat dan bahan
2.  Mengolah lahan dengan cara menggemburkan dengan cangkul dan koret
3.  Menambahkan 1 karung pupuk kandang dicampurkan dengan tanah bedengan seluas satu mater kali tiga meter.
4. Biarkan 1 minggu hingga siap ditanami.





     3.3.2 Penanaman Dan Perawatan (7 Oktober 2016)
1. penanaman dilakukan setelah 1 minggu  pengolahan lahan dan pemupukan dasar.
2. jarak tanam yang saya lakukan dengan dua cara yaitu dengan menanam dengan jarak tanam 10cm × 15 cm
3. Perawatan dilakukan berupa sanitasi, penyiraman bila tanah kurang lembab, peninggian bedengan dan  pemupukan lanjutan.

 3.3.3 Pemupukan
18 /10/16
Pemupukan pertama menggunakan pupuk urea, ponska dan tsp
1 /11/16
Pemupukan kedua menggunakan pupuk urea dan ponska

3.3.4 pengendalian hama dan penyakit
3 November
Penyemprotan fungisida
8 November
Penyemprotan fungisida

3.3.4 Pengamatan
1.  pengamatan dilakukan 1 minggu sekali dengan parameter yang diamati berupa tinggi tanaman dan jumlah daun serta hasil panen



BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman
No.
Tanggal pengamatan
Umur Tanaman
(HST)
Tinggi Tanaman
Tinggi Tanaman Rata- Rata
1
2
3
4
5
1
6 Oktober 2016
6
1
4
3
5
2
3
2
13 Oktober 2016
13
11
13
13
11
12
12
3
20 Oktober 2016
20
20
21
22
25
22
22
4
27 Oktober 2016
27
26
29
24
26
27
26,4
5
 3 November 2016

24
32
35
32
34
35,5
27,9
6
12 November 2016
31
0
0
0
0
0
0

4.1.2  kurva sigmoid “s”
A. Tinggi Tanaman sampel 1-5
h.JPG
B. Tinggi Tanaman Rata- Rata
rjjj.JPG

4.1.2 Hasil jumlah daun
No.
Tanggal pengamatan
Umur Tanaman
(HST)
Jumlah daun
Jumlah daun Rata- Rata
1
2
3
4
5
1
6 Oktober 2016
6
1
0
2
1
1
1
2
13 Oktober 2016
13
5
4
6
7
6
5,6
3
20 Oktober 2016
20
10
10
9
9
9
9,4
4
27 Oktober 2016
27
19
20
18
19
19
19
5
 3 November 2016

24
0
0
0
0
0
0






A.    Jumlah daun sampel 1-5
hhhhh.JPG
B.     Jumlah daun Rata- Rata
jjjjjj.JPG
NO
GAMBAR
KETERANGAN
1.
Pengolahan lahan
2.
Penanaman Dan Perawatan

3.
Pemupukan.
4.
pengendalian hama dan penyakit
5.
Pengamatan



4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini melakukan pengamatan laju tumbuh daun sejak dari embrio dalam biji sampai daun mencapai ukuran tetap pada tanaman bawang merah. Setiap hari dilakukan penyiraman tanaman tersebut dengan akuades namun pada hari tertentu yang telah disepakati bersama dilakuan pengukuran panjang  rata-rata daun .
Kurva sigmoid merupakan kurva pertumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik tertentu akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya menurun pada fase senesen. Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali, yaitu fase logaritmik, fase linier dan fase penuaan. Pada fase logaritmik ini berarti bahwa laju pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan ukuran organisme. Pada hasil pengamatan fase ini terjadi dari hari pertama pengamatan sampai pada hari ke lima sampai panjang daun rata-rata mencapai 1 cm. Semakin besar organisme, semakin cepat ia  tumbuh. Kemudia pertumbuhan dengan meningkat tajam spade hari ke tujuh dan  Sembilan, yang berturut-turut panjang rata-ratan daunnya mencapai 19 cm. dan  Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Jika dilihat hasil pengamatan fase ini tidak terjadi dikatakan fase linier karena penambahan panjang rata-rata tak terlalu drastis hampir stabil. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun, saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua. Pada pengamatan fase ini belum terlihat, kemungkinan jika wktu pengamatan diperpanjang, fase ini dapat dilihat.
Data hasil pengamatan panjang daun rata-rata terhadap umur tumbuhan kemudian tergambar dalam sebuah grafik, kurva yang dihasilkan tidak menyerupai huruf S. fase adaptasi tanaman tersebut dengan lingkungannya berlangsung cepat karena pada pengamatan ketiga sudah dimulai fase logaritmik, ditandai dengan pertambahan panjang yang meningkat. Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dari waktu.Kenaikan panjang rata-rata daun ini menunjukkan ukuran kumulatif dari waktu  ke waktu, dimana tanaman pada saat ini berada pada fase logaritmik.
Tanaman bawang terkena penyakit moler dan penyakit tersebut mengakibatkan bawang merah yang saya tanam mati atau gagal panen. Penyakit moler ini mempunyai sebutan bermacam-macam, disetiap daerah mempunyai julukan yang berbeda-beda misalnya di daerah Nganjuk disebut mulet atau moler, di daerah lain disebut ceker ayam. Penyakit ini mula-mula ditandai dengan adanya warna putih pda pangkal batang/ bakal umbi tanaman bawang merah dan kemudian daunnya menjulang tak wajar dan mulai melintir, selanutnya daunnya rebah dan orak arik tak beraturan.
Penyakit moler ini disebabkan oleh cendawan Fusariun Oxysporum, serangan paling parah terjadi saat puncak musim hujan dan terutama pada daun tanaman bawang merah yang terlalu subur.
Berikut ini penyebab tanaman bisa terserang penyakit moler:
1.      Benih/ bibit bawang merah yang kurang sehat.
Benih bawang merah yang sudah terinfeksi penyakit moler atau benih bawang merah yang kurang sehat dapat menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit moler.
2.      Memilih bibit bawang merah kurang tepat.
Memilih varietas bibit bawang merah harus tepat, misalnya jenis Bauji harus ditnam saat musim hujan dan Thailand harus di tanam pada musim kemarau.
3.      Tanaman bawang merah terlalu subur dan rapat.
Daun yang subur dan jarak tanam yang rapat akan mudah terserang cendawan Fusarium Oxyporum, terutama pada puncak musim hujan, karena daun sudah terlalu banyak unsur N dan ditambah lagi dengan air hujan yang kaya unsur N maka pertumbuhan daun akan over dan tidak ditunjang dengan penguatan batang tanaman sehingga cendawan Fusarium Oxyprorum masuk menyerang.
Cara pencegahan agar daun bawang merah tidak terlalu vigor dan rapat maka pemupukan bawang merah pada musim hujan harus dikurangi unsur N dan ditambahkan phospat dan kalium. Sedangkan apabila daun bawang merah sudah terlajur vigor, maka penyemprotannya harus ditambah fungisida berbahan aiktif  Difenokonazol dan Azoksistrobin dengan dosis 8 ml/ 1 sdm per 17 liter air untuk awal musim hujan, dan 20-25 ml/ 2-3 sdm per 17 liter air pada puncak musim hujan.Selain itu jangan gunakan dulu fungisida berbahan aktif Propinep karena daun bisa terlalu vigor gantikan dengan fungisida berbahan aktif Mancozeb.







BAB 5
PENUTUP

5.1     Kesimpulan
1.      Data hasil pengamatan panjang daun dan tinggi  tanaman rata-rata terhadap umur tumbuhan kemudian tergambar dalam sebuah grafik, kurva yang dihasilkan tidak menyerupai huruf S.
2.      Prosedur kerja sesuai sop yaitu:
a.       Persiapan Media Tanam Dan Pemupukan Dasar (30 Desember 2016)
b.      Penanaman Dan Perawatan (7 Oktober 2016)
c.       Pemupukan 18 /10/16 dan 1 /11/16
d.      pengendalian hama dan penyakit 3 November dan 8 November
e.       Pengamatan
3.      Penyebab tanaman bawang merah mati diakibatkan penyakit moler Penyakit ini mula-mula ditandai dengan adanya warna putih pda pangkal batang/ bakal umbi tanaman bawang merah dan kemudian daunnya menjulang tak wajar dan mulai melintir, selanjutnya daunnya rebah dan orak arik tak beratur
4.      Cara pencegahan agar daun bawang merah tidak terlalu vigor dan rapat maka pemupukan bawang merah pada musim hujan harus dikurangi unsur N dan ditambahkan phospat dan kalium.
5.      penyebab tanaman bisa terserang penyakit moler:
a.       Benih/ bibit bawang merah yang kurang sehat.
b.      Memilih bibit bawang merah kurang tepat.
c.       Tanaman bawang merah terlalu subur dan rapat.
5.2    saran
 sebaiknya kalau budiday bawang merah jangan pada musim penghujan


DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/bawang_merah. diakses pada 24 desember 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/bawang_merah. diakses pada 24 desember 2016


No comments:

Post a Comment