Monday, December 26, 2016

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN MEDIA JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) “PENCAMPURAN, PEMADATAN, STERILISASI, INOKULASI DAN INKUBASI”

LAPORAN PRAKTIKUM
PEMBUATAN MEDIA JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) “PENCAMPURAN, PEMADATAN, STERILISASI, INOKULASI DAN INKUBASI”


Oleh
CITRA HELDA ANGGIA
NIM A31151077
Pembimbing : Dr.Ir. Kasutjiangianti,MP
Teknisi : kaidi,SP

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2016


BAB 1
PENDAHULAUAN

1.1  Latar Belakang
Jamur  merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai di alam bebas misalnya di hutan atau pun kebun.  Jamur dapat tumbuh di mana–mana terutama pada musim hujan.  Jamur yang ada di alam ini sangat bermacam–macam dan masing–masing memiliki ciri yang berbeda.
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan jamur yang banyak digemari oleh masyarakat.  Selain kelezatannya, jamur tiram juga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh.  Kandungan gizinya yang tinggi dengan berbagai macam asam amino esensial yang terkandung di dalamnya, jamur tiram juga mengandung senyawa-senyawa lainnya yang penting bagi aspek medis.  Pada masyarakat Jepang dan Cina, menu makanan yang terbuat dari jamur sudah menjadi menu yang turun temurun karena mengetahui khasiatnya yang sangat baik bagi tubuh.  Di Indonesia, konsumsi jamur tiram dari tahun ke tahun diketahui semakin meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat akan produk pangan yang sehat dan terjangkau (ganeshamicsoft.indojamur.com, 2010).
Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian dalam ganeshamicsoft.indojamur.com (2010), kandungan gizi jamur tiram terdiri atas protein rata-rata sebanyak 3.5–4% dari berat basah.  Berarti dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan asparagus dan kubis.  Bila diukur berat kering kandungan proteinnya 19-35%. Sedangkan beras hanya 7,3%, gandum 13,2%, kedelai 39,1% dan susu sapi 25,2%.
Jamur mempunyai nilai gizi tinggi terutama kandungan proteinnya 15-20 % dari berat keringnya.  Daya cernanya pun tinggi mencapai 34-89 %.  Sifat nutrisi kelengkapan asam amino yang dimiliki oleh jamur lebih menentukan mutu gizinya.  Jamur segar umumnya mengandung 85-89 % air.  Kandungan lemak cukup rendah antara 1,08-9,4 % dari berat kering terdiri dari asam lemak bebas mono ditriglieserida, sterol dan phoshpolipida (Jamurtiramputih’s Weblog.htm..  2008).
Sedangkan karbohidrat terbesar dalam bentuk heksosan dan pentosan polimer karbohidrat dapat berupa glikogen, khitin dan sebuah polimer N-asetil glikosamin yang merupakan komponen struktural sel jamur.  Khitin merupakan unsur utama serat jamur titam putih (Jamurtiramputih’s Weblog.htm., 2008).
Jamur juga merupakan sumber vitamin antara lain thiamin, niacin, biotin dan asam askorbat.  Vitamin A dan D jarang ditemukan pada jamur, namun dalam jamur tiram putih terdapat ergosterol yang merupakan prekursor vitamin D.  Jamur umumnya kaya akan mineral terutama phosphor, mineral lain yang dikandung, diantaranya kalsium dan zat besi (Jamurtiramputih’s Weblog.htm., 2008).
                         
1.2  Tujuan
1.      Mengetahui pembuatan media jamur tiram
2.      Mengetahui proses pencampuran, pemadatan, sterisasi, inokulasi dan inkubasi
3.      Mengetahui analisis usaha tani per 10 baglog atau perbaglog



BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pringkuning (2007), menyatakan bahwa ada teknologi yang cukup praktis untuk budidaya jamur tiram (Pleurotus sp.), yakni tahapan membuat media bibit induk (spawn) dan tahanan memproduksi jamur tiramnya. Pada tahanan membuat media bibit induk ada 10 langkah yang perlu dilakukan. Pertama, bahan medianya yang berupa biji-bijian atau campuran serbuk gergajian albusia (SKG) ditambah biji millet 1 (42%) : 1 (42%). Bahan baku ini adalah yang terbaik. Langkah kedua, bahan baku dicuci dan direbus selama 30 menit menggunakan pressure cooker atau panci. Langkah ketiga, bahan baku tersebut ditiriskan dengan ayakan. Tambahkan 1% kapur (CaCl3), 1% gypsum (CaSO4), vitamin B kompleks (sangat sedikit) dan atau 15 persen bekatul. Kadar air 45-60 % dengan penambahan air sedikit dan pH 7. Langkah keempat, bahan baku tersebut lalu didistribusikan ke dalam baglog polipropilen atau botol susu atau botol jam pada hari itu juga. Perbotol diisi 50-60% media bibit, disumbat kapas/kapuk, dibalut kertas koran/alumunium foil. Langkah kelima, sterilisasi dalam autoclav selama 2 jam atau pasteurisasi 8 jam pada hari itu juga. Temperatur autoclave 121 derajat C, tekanan 1 lb, selama 2 jam. Temperatur pasteurisasi 95 derajat C. Langkah keenam, lakukan inokulasi dengan laminar flow satu hari kemudian. Setelah suhu media bibit turun sampai suhu kamar dilakukan inokulasi bibit asal biakan murni pada media PDA (sebanyak 2-3 koloni miselium per botol bibit). Langkah ketujuh, inkubasi (pertumbuhan miselium 15-21 hari) pada ruang inkubasi/inkubator, suhu 22-28 derajat C. Langkah kedelapan, botol atau baglog isi bibit dikocok setiap hari, dua hingga tiga kali. Hal ini dilakukan agar pertumbuhan miselium bibit jamur merata dan cepat serta media bibit tidak menggumpal/mengeras. Kesembilan, bibit induk dipenuhi miselium jamur dengan ciri pertumbuhan miselium jamur kompak dan merata. Langkah terakhir, jamur tersebut digunakan sebagai inokulan/bibit induk/bibit sehat perbanyakan ke 1 dan ke 2. Bibit ini disimpan dalam lemari pendingin selama 1 tahun, bila tidak akan segera digunakan.
Prawirahardja (2010), menyatakan bahwa di antara banyak jenis jamur, jamur tiram ini termasuk dalam kategori tanaman konsumsi. Ciri yang khas ada pada tudungnya berwarna hitam lembayung sampai kecoklatan. Bentuknya menyerupai kulit kerang dengan diameter 6-14 cm. Selain itu, tekstur permukaan tudung licin dan mengkilap. Demikian juga bilahnya berwarna putih, krem atau putih gading yang tersusun agak rapat. Disini terjadi fase perubahan bentuk, yaitu sewaktu muda bilahnya berwarna putih dan semakin tua jadi krem kekuningan dengan ukuran sekitar 1-3 cm. Jamur ini hidup baik pada kisaran suhu tinggi sekitar 25-30 °C. Untuk melakukan budidaya jamur tiram ini, tidak sesulit yang dibayangkan. Hanya masalah perlakuan lingkungan harus diperhatikan benar, dimana pada habitatnya ia lebih menyukai area dataran tinggi sebagai optimalisasi proses pertumbuhan. Itu didukung pula dengan tingkat kelembaban yang jadi sarat hidup mutlak. Kondisi lembab dan dingin yang sesuai dengan karakter jamur, membuat bentuknya semakin besar. Namun tak perlu berkecil hati, bagi Anda yang tinggal di dataran rendah dan berniat melakukan budidaya jamur tiram. Sebab, ada alternatif yang tetap bisa dilakukan, seperti membuat kondisi lingkungan tempat tinggal jamur (minimal hampir sama) dengan habitat aslinya. Namun penerapannya pun perlu dilakukan secara ekstra dari perlakuan jamur untuk daerah dingin. Alternatifnya, bisa dengan membuat lingkungan untuk selalu dalam keadaan lembab. Menyiram bagian tanahnya secara rutin, jadi salah satu cara untuk membuat tingkat kelembaban yang cocok. Sedangkan untuk bagian tanaman jamurnya tak perlu disiram, karena hanya faktor lingkungan tumbuh yang mempengaruhi pertumbuhan.
Nurfitriana (2010), menyatakan bahwa tempat tumbuh Jamur tiram termasuk dalam jenis jamur kayu yang dapat tumbuh baik pada kayu lapuk dan mengambil bahan organic yang ada didalamnya. Untuk membudidayakan jamur jenis ini dapat menggunakan kayu atau serbuk gergaji sebagai media tanamnya. Serbuk kayu yang baik untuk dibuat sebagai bahan media tanam adalah dari jenis kayu yang keras sebab kayu yang keras banyak mengandung selulosa lignin, pentosan, zat ekstakrktif, dan abu yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah banyak disamping itu kayu yang keras membuat media tanaman tidak cepat habis. Kayu atau serbuk kayu yang berasal dari kayu berdaun lebar komposisi bahan kimianya lebih baik dibandingkan dengan kayu berdaun sempit atau berdaun jarum dan yang tidak mengandung getah, sebab getah pada tanaman dapat menjadi zat ekstraktif yang menghambat pertumbuhan miselium. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan serbuk kayu sebagai bahan baku media tanam adalah dalam hal kebersihan dan kekeringan, selain itu serbuk kayu yang digunakan ticlak busuk dan tidak ditumbuhi jornur jenis lain Untuk meningkatkan produksi jamur tiram, maka dalam campuran bahan media tumbuh selain serbuk gergaji sebagai bahan utama, perlu bahan tambahan berupa bekatul dan tepung jagung. Dalam hal ini harus dipilih bekatul dan tepung jagung yang mutunya baik, masih baru sebab jika sudah lama disimpan kemungkinan telah menggumpal atau telah mengalami fermentasi serta tidak tercampur dengan bahan-bahan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur. Kegunaan penambahan bekatul dan tepung jagung merupakan sumber karbohidrat, lemak dan protein.
Tjitrosoepomo (2001), menyatakan bahwa jamur tiram (Pleurotus ostreatus) memiliki tudung berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung dan berwarna putih hingga krem, memiliki tangkai yang tumbuh menyamping, bentuknya seperti tiram (ostreatus), permukaannya hampir licin, diameter 5-20 cm. Tepi tudung mulus sedikit berlekuk. Pada waktu muda, tubuh buah diselubungi oleh velum universal. Jiak tubuh membesar, tinggallah selaput pada pangkal tangkai tubuh buah sebagai bursa. Dari tepi tubuh buah ke tangkai terdapat pula selaput yang menutupi sisi bawah tubuh buah dinamakan velum partiale. Jika tubuh buah membesar, maka selaput ini akan robek dan merupakan suatu cicncin (annulus) pada bagian atas tubuh buah. Himenofora pada sisi bawah tubuh buah, membentuk papan-papan atau lamella yang tersusun radial, dapat juga himenofora membuat tonjolan berupa buluh-buluh. Himenium meliputi sisi bawah tubuh buah tadi dan mula-mula terletak di bawah velum partiale. Letak himenium yang demikian itu disebut angiokarp.
Menurut Kistinnah (2010) secara alamiah, jamur dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan seksual. Secara aseksual dilakukan dengan pembelahan, yaitu dengan cara sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa, penguncupan, yaitu dengan cara sel anak yang tumbuh dari penonjolan kecil pada sel inangnya atau pembentukan spora. Spora aseksual ini berfungsi untuk menyebarkan speciesnya dalam jumlah yang besar dengan melalui perantara angin atau air. Ada beberapa macam spora aseksual, di antaranya seperti berikut:
  1. Konidiospora, merupakan konidium yang terbentuk di ujung atau di sisi hifa. Ada yang berukuran kecil, bersel satu yang disebut mikrokonidium, sebaliknya konidium yang berukuran besar dan bersel banyak disebut makrokonidium.
  2. Sporangiospora, merupakan spora bersel satu yang terbentuk dalam kantung yang disebut sporangium, pada ujung hifa khusus.





BAB 3
METODELOGI

3.1 Waktu Dan Tempat
      Praktikum dilaksanakan di laboratorium jamur (kumbung jamur) produksi pertanian, politeknik negeri jember,pencampuran media, pembuatan baglog, pemadatan,   pada tanggal 5 November 2016. Inokulasi pada tanggal 10 November 2016. Inkubasi pada tanggal 17 November 2016.

3.2  Alat Dan Bahan
A. Alat
Ø  Alat yang digunakan untuk pencampuran media  adalah sekop, corong, ember, timbangan, dan pengayak.
Ø  Alat yang digunakan dalam pemadatan  adalah plastik baglog, cincin jamur, karet gelang, plastik penutup, kapas, ember, dan kertas.
Ø  Alat yang digunakan untuk sterilisasi diantaranya adalah drum, kompor minyak, thermometer, selang karburator, dan pompa.
Ø  Alat yang digunakan untuk inokulasi  adalah spatula, ember
Ø  Alat yang digunakan untuk inkubasi adalah rak pada kumbung jamur
B. Bahan
Ø  Bahan  yang digunakan untuk sterilisasi diantaranya adalah minyak tanah dan air
Ø  Bahan yang digunakan untuk pembuatan baglog diantaranya adalah  bekatul (12 %/12 kg), serbuk gergaajii (87 %/87 kg ), kapur (1 %/ 1 kg)
Ø  Bahan yang digunakan untuk inokulasi adalah bibit


3.3  Pelaksanaan praktikum
-          Tahap 1 pencampuran bahan
1.      Menyiapkan alat dan bahan
2.      Menimbang bahan dengan komposi: bekatul (12 kg), serbuk gergaji (87 kg), kapur (1 kg)
3.      Mencampur dan Meratakan komposisi bahan tersebut hingga homogen dan tidak menggumpal.
4.      Mengecek kelembaban adukan bahan, apabila sudah lembab dihentikan. sampai  kandungan air sama media 50%

-          Tahap 2 pemadatan  baglog
1.      Menyiapkan alat dan bahan
2.      Memasukkan komposisi bahan ke dalam plastik baglog, kira-kira ¾ dari plasti atau 1-1,5 kg
3.      Memadatkan bahan yang dimasukkan dalam plastik hingga tidak ada ruang kosong.
4.      Memasukkan cincin jamur pada ujung plastik.
5.      Menyumbat cincin jamur dengan kapas.
-          Tahap 3 sterilisasi
1.    Memasukkan log pada drum steam
2.    Menyalakan kompor
3.    Mensterilisasi log pada suhu 1140C konstan selama 4-5 jam.
4.    Mendinginkan log pada tempat yang steril atau ruang inokulasi
-          Tahap 4 inokulsi
1.    Mensterilkan telapak tangan dengan menggunakan alcohol 70%.
2.    Membuka plastik yang menutup cincin jamur pada baglog.
3.    Membuka sumbatan kapas pada cincin jamur.
4.    Mengeluarkan 3 sendok makan media dalam baglog dengan tingkat inokulasi dan selanjutnya menamping sisa media tersebut dalam ember.
5.      Menginokulasikan bibit jamur tiram putih kurang lebih 3 sendok makan ke dalam log menggunakan tongkat inokulasi.
6.       Menutup kembali cicncin log dengan kapas.

-          Tahap 5 inkubasi
1.      Menginkubasikan log pada ruang pembibitan
2.      Menata pada rak ruang pembibitan
3.      Mengamati pertumbuhan miselium jamur dalam log.



5.      
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil
A.    Pencampuran media

B.     Pemadatan media pada baglog

C.      Sterilsasi

D.  Inokulasi

E.  Inkubasi
F.     Analisa usaha tani 10 baglog
No
Nama barang
Jumlah
Status
Harga satuan (Rp)
1.
Kapur
1%  (1 karung )
Beli
50
2.
Serbuk kayu
1 kg
Beli
6000
3.
Bekatul
1 kg
Beli
3500
4.
Cincin
10 biji
Beli
1250
5.
Tutup
10 biji
Beli
2000
6.
Tempat produksi
-
Sewa
200
7.
Kapas
-
Beli
300
8.
Bibit
1 botol (25 baglog)
Beli
3200
9.
Plastik
10 lembar
Beli
500
10.
Alkohol
-
Beli
200
11.
Tenaga kerja
-
-
2000
12.
Gas
-
Beli
500
Total
19700

4.2    Pembahasan
(Wikipedia.org) Dalam menggunakan media pertumbuhan, jerami yang baik untuk dibuat sebagai bahan media tanam adalah dari jenis jerami yang keras sebab jerami yang keras banyak mengandung selulosa yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah banyak disamping itu jerami yang keras membuat media tanaman tidak cepat habis. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jerami sebagai bahan baku media tanam adalah dalam hal kebersihan dan kekeringan, selain itu jerami yang digunakan tidlak busuk dan tidak ditumbuhi jamur jenis lain.  Media yang terbuat dari campuran bahan-bahan tersebut perlu diatur kadar airnya.  Kadar air diatur 60 - 65 % dengan menambah air bersih agar misellia jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media tanam dengan baik.
       Dalam praktikum saya menggunakan serbuk gergaji, bekatul dan kapur kandungan dan fumgsinya yaitu: Sebagai media tumbuh jamur tiram, serbuk gergaji berfungsi sebagai penyedia nutrisi bagi jamur, Dedak/bekatul berfungsi sebagai substrat dan penghasil kalori untuk pertumbuhan jamur dan Kapur (CaCo3) berfungsi sebagai sumber mineral dan pengatur pH. Kandungan Ca dalam kapur dapat menetralisir asam yang dikeluarkan meselium jamur yang juga bisa menyebabkan pH media menjadi rendah.
(Wikipedia. Org). Boiler merupakan alat yang digunakan untuk menghasilkan uap panas bertekanan tinggi yang kemudian dialirkan ke tabung steamer.
Boiler dan steamer merupakan satu kesatuan alat yang dipergunakan untuk proses sterilisasi baglog jamur tiram putih.
Metode ini dipergunakan dengan cara mengukus atau memberi uap panas hingga suhu mencapai 100° C. dimana suhu tersebut dapat membunuh bakteri ataupun jamur lain yang terdapat pada media, dan hendaknya suhu tersebut dipertahankan selama kurang lebih 4 jam dari mulai tercapainya suhu 100° C.
Keuntungan dari Penggunaan Boiler Jamur
1. Tekanan yang dihasilkan cukup tinggi
2. Keberhasilan dalam proses sterilisasi tinggi
3. Efektif dan efisien dalam penggunaan bahan bakar
4. Pemanasan ruangan di dalam steamer lebih cepat
Setiap hasil usaha tani 10 baglog pengeluarannya yaitu 19700 jadi perbaglog yaitu 1970 keperluannya yaitu diantaranya alat, bahan, sewa tempat dan tenaga kerja.   
  









BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Media yang digunakan yaitu :serbuk gergaji, bekatul dan kapur kandungan dan fumgsinya yaitu: Sebagai media tumbuh jamur tiram, serbuk gergaji berfungsi sebagai penyedia nutrisi bagi jamur, Dedak/bekatul berfungsi sebagai substrat dan penghasil kalori untuk pertumbuhan jamur dan Kapur (CaCo3) berfungsi sebagai sumber mineral dan pengatur pH. Kandungan Ca dalam kapur dapat menetralisir asam yang dikeluarkan meselium jamur yang juga bisa menyebabkan pH media menjadi rendah.
2. Metode boiler  ini dipergunakan dengan cara mengukus atau memberi uap panas hingga suhu mencapai 100° C. dimana suhu tersebut dapat membunuh bakteri ataupun jamur lain yang terdapat pada media, dan hendaknya suhu tersebut dipertahankan selama kurang lebih 4 jam dari mulai tercapainya suhu 100° C.
3. Proses pembuatan media yaitu pencampuran, pemadatan, sterilisasi, inokulsai dan inkubasiyaitu harus sesuai sop agar tidak terjadikontaminasi
4. analisis usaha tani jamur per 10 baglog yaitu 19700 jadi perbaglog dibutuhkan 1970

5.2 Saran
Mencampur dan Meratakan komposisi bahan tersebut hingga homogen dan tidak menggumpal agar plastik tidak sobek waktu pemasukan media pada platik baglog


DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Jamur_tiram. Diakses pada 24 desember 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/Boiler_jamur. Diakses pada 24 Desember 2016


Lampiran-Lampiran
Tahap 1 pencampuran media
   
 
Tahap 2 pemadatan baglog
 
Tahap 3 sterilisasi
 
Tahap 4 inokulasi
  
Tahap 5 inkubasi

No comments:

Post a Comment