Saturday, October 1, 2016

syarat menyeleksi eksplant,sumber kontaminasi dan mensterilkan eksplan beserta contohnya tugas kultur jaringan

1. Syarat-syarat :
- Pemilihan eksplan sebagai bahan dasar untuk pembentukkan kalus, syarat –syarat tumbuhan eksplan:

1. Jaringan tersebut sedang aktif pertumbuhanya,diharapkan masih terdapat zat tumbuh yang masih
aktif sehingga membantu perkembangan jaringan selanjutnya
2. Eksplan yang diambil beerasal dari bagian daun, akar, mata tunas, kuncup, ujung batang, dan umbi
yang dijaga kelestatranya.
3. Eksplan yang diambil dari bagian yang masih muda (bila ditusuk pisau akan terasa lunak sekali.
- Penggunaan medium yang cocok, keadaan yang aseptik dan pengaturan udara yang baik terutama untuk kultur cair.
- Pilih bagian tanaman yang masih muda dan mudah tumbuh yaitu bagian meristem, seperti: daun muda, ujung akar, ujung batang, keping biji dan sebagainya. Bila menggunakan embrio bagian bji-biji yang lain sebagai eksplan, yang perlu diperhatikan adalah kemasakan embrio, waktu imbibisi, temperatur dan dormansi.
2.  Faktor yang menyebabkan terjadinya kontaminasi
Kontaminasi merupakan permasalahan mendasar yang sering terjadi pada kultur in vitro. Pada kondisi media yang mengandung sukrosa dan hara, serta kelembaban dan suhu yang relatif tinggi, memungkinkan mikroorganisme serta spora jamur tumbuh dan berkembang dengan pesat. Kontaminasi pada kultur in vitro dapat berasal dari:
a.       Udara
b.      Eksplan, baik secara eksternal maupun internal.
c.       Organisme kecil yang masuk ke dalam media, seperti semut.
d.      Botol kultur serta alat-alat yang kurang steril.
e.       Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor.
f.       Kecerobohan dalam bekerja.
Faktor yang menyebabkan terjadinya kontaminasi pada media:
a.       Tidak kuatnya tutup botol. Botol ditutup menggunakan aluminium foil yang ditutup sedemikian rupa sangat rapat agar factor-faktor penyebab kontam tidak masuk ke dalam botol. Apabila tutup ( aluminium foil ) tidak rapat maka tidak menutup kemungkinan terjadinya kontaminasi.
b.      Media steril yang sudah di autoclave yang di simpan beberapa hari dengan maksud untuk melihat kontaminasi atau tidak, seringkali juga menjadi penyebab kontaminasi, karena tempat penyimpanan yang tidak steril serta tutup botol yang tidak kuat atau rapat.
c.       Pada saat autoclave dibuka, maka kita harus ingat bahwa kondisi lingkungan tidak steril sehingga berpeluang masuknya kontaminasi ke dalam botol. Oleh sebab itu maka sebaiknya membuka autoclave seharusnya diruang steril, dan tutup botol harus segera dikuatkan kembali.
d.      Terjadinya pengerasan pada media diakibatkan kelalaian dalam proses pemasakan media yang dilakukan secara berulang-ulang. 
e.       Kondisi praktikan yang tidak aseptik, yang dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi pada media tanam akibat dari mikroorganisme yang tersebar dan dibawa oleh praktikan. 

Faktor yang menyebabkan terjadinya kontaminasi pada eksplan yang dikultur:
a.       Pada saat melakukan di Laminar Air Flow maka kondisi tangan tidak boleh keluar dari tempat tersebut, dan sebelum masuk tangan harus disemprot alcohol terlebih dahulu. Apabila terjadi kelalaian tangan tidak disemprot atau tangan tidak sengaja keluar dari laminar saat bekerja maka tidak menutup kemungkinan factor kontam akan masuk ke dalam.
b.      Pada saat disubkultur dan di belah-belah, maka terjadilah luka baru maka terbukalah peluang keluarnya mikroba dari dalam sel eksplan tersebut dan akhirnya mengontaminasi kultur tersebut.
c.       Adanya kontaminan disekeliling botol, bahkan di sekitar leher botol, maka pada saat subkultur, bila kita tidak hati-hati maka masuklah kontaminan tersebut ke dalam botol dan menempel pada eksplan, dan terbawa ke media yang baru.
d.      Terkontaminasi oleh media disekitar yang mengalami kontaminasi. Contohnya pada saat pemotongan daun yang akan dikultur, pisau yang digunakan belum dalam keadaan steril, atau cawan petri tempat pemotongan yang kurang steril.

3. Sterilisasi  eksplan  dilakukan  dengan  cara  dicuci
menggunakan  deterjen  (2g/L,  10  menit),  direndam
dalam fungisida kontak (3 g/L, 2 jam), dan bakterisida
(3  g/L,  1  jam)  yang  dilakukan  di  luar  LAF.  Perkejaan
berikutnya  dilakukan di dalam  LAF,  eksplan direndam
dalam larutan NaOCl konsentrasi 10% (v/v) dan  tween
20  (2  tetes).  Lama  perendaman  bervariasi  bergantung
pada  perlakuan.  Setelah  eksplan  disterilasi  kemudian
ditanam pada media MS.
Rancangan  percobaan  yang  digunakan  pada
penelitian  ini  adalah  rancangan  acak  lengkap  dengan
satu  faktor  yaitu  waktu  perendaman  NaOCl  10%  (v/v)
dengan  4  taraf  perlakuan  (5,  10,  15,  dan  20  menit).
Setiap  perlakuan  terdiri  atas  3  ulangan,  setiap  ulangan
terdiri  atas  10  eksplan.  Total  eksplan  yang  digunakan
adalah 4x3x10=120 eksplan.
Pengamatan  dilakukan  selama  4  minggu. Eksplan  yang  telah  aseptik  kemudian  dipindahkan
ke  media  induksi  tunas.  Media  yang  digunakan  untuk
induksi  tunas  yaitu  MS,  MS  modifikasi  (NO3
-:NH4
+
,
3:1,  total  N  80  µM),  dan  MS  dengan  tambahan  air
kelapa  (CW)  150  mL/L.  Rancangan  percobaan  untuk
tahap induksi tunas  yang digunakan dalam penelitian ini
adalah rancangan acak lengkap  dengan satu faktor  yaitu
komposisi  media  tumbuh  (MS0,  MS  modifikasi,
MS+CW 15%, MS+BAP 1.5 ppm, MS modifikasi+BAP
1.5  ppm,  dan  MS+CW  15%+BAP  1.5  ppm).  Setiap
perlakuan  terdiri  atas  3  ulangan  dan  setiap  ulangan
terdiri  atas  5  eksplan,  sehingga  total  eksplan
pengamatan berjumlah 6x3x5=90 eksplan.
Pengamatan  dilakukan  selama  4  minggu
Bahan  yang  digunakan  antara  lain  bagian  tunas
(apikal  atau lateral) tembesu  (F. fragrans) berukuran 2
sampai  dengan  3  cm,  fungisida  (bahan  aktif  propineb
70%),  bakterisida  (bahan  aktif  streptomicyn  sulfate
6.41%),  media Murashige-Skoog  (MS) (Murashige and
Skoog 1962),  air kelapa (coconut  water (CW)),  akuades
steril,  deterjen,  alkohol  70
%,  tween  20,  natrium
hipoklorit  (NaOCl  5.25%),  dan  benzilaminopurin
(BAP).  Alat  yang  digunakan  antara  lain  laminar  air
flow cabinet  (LAF), botol kultur, cawan petri, dan gelas
ukur

journal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/viewFile/9257/7265

No comments:

Post a Comment