Tuesday, October 11, 2016

makalah review jurnal pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan kangkung



KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
PRODI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA

RESUM JURNAL
BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN
 PENGARUH PUPUK TERHADAP TANAMAN KANGKUNG

polije-color
















Pembimbing                                      : Ir.KASUTJIANGIATI,MP
Disusun oleh                                      : CITRA HELDA ANGGIA (A31151077)
Program studi / Semester                  : PTH / 3


PROGRAM STUDI D-3 PRODUKSITANAMAN HORTIKULTURA
JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2016

Telah Diperiksa dan Dinilai




BAB 1
 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kangkung (Ipomoea sp.) dapat ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi.. Kangkung merupakan jenis tanaman sayuran daun, termasuk kedalam famili Convolvulaceae. Daun kangkung panjang, berwarna hijau keputih-putihan merupakan sumber vitamin pro vitamin A. Berdasarkan tempat tumbuh, kangkung dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1) Kangkung darat, hidup di tempat yang kering atau tegalan, dan 2) Kangkung air, hidup ditempat yang berair dan basah.
Kangkung tergolong sayur yang sangat populer, karena banyak peminatnya. Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus, Water spinach. Berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma, Indonesia, China Selatan Australia dan bagian negara Afrika. Kangkung banyak ditanam di Pulau Jawa khususnya di Jawa Barat, juga di Irian Jaya di Kecamatan Muting Kabupaten Merauke kangkung merupakan lumbung hidup sehari-hari. Di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar tanaman kangkung darat banyak ditanam penduduk untuk konsumsi keluarga maupun untuk dijual kepasar.
Petanian Organik adalah sebuah bentuk solusi baru guna menghadapi kebuntuan yang dihadapi petani sehubungan dengan maraknya intervensi barang-barang sintetis atas dunia pertanian sekarang ini. Dapat dilihat, mulai dari pupuk, insektisida, perangsang tumbuh, semuanya telah dibuat dari bahan-bahan yang disintesis dari senyawa-senyawa murni (biasanya un organik) di laboratorium. Pertanian organik dapat memberi perlindungan terhadap lingkungan dan konservasi sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, memperbaiki kualitas hasil pertanian, menjaga pasokan produk pertanian sehingga harganya relatif stabil, serta memiliki orientasi dan memenuhi kebutuhan hidup ke arah permintaan pasar.
Tanaman sayuran dalam ilmu pertanian disebut sebagai anggota komoditas hortikultura, karena merupakan tanaman yang biasanya diusahakan di kebun. Dalam dunia pangan, tanaman sayuran mengandung vitamin, mineral, sumber protein dan kalori. Kalsium dan besi adalah diantara mineral yang terkandung di dalam sayuran, yang penting bagi penderita kekurangan kalsium dan anemia. Yang tidak kalah pentingnya lagi adalah kandungan serat di dalam sayuran berguna untuk memperbaiki pencernaan. (syarief husen, dkk : 1993).
Tanaman sayuran umumnya merupakan tanaman semusim. “Business” sayuran dengan faktor- faktor pendukungnya yang “rapuh” memerlukan pengelolaan yang baik dan penguasaan pengetahuan (ketrampilan ) yang tinggi. Misalnya filipina sudah mampu memproses beberapa macam hasil sayuran untuk ekspor. Taiwan selain mampu mengekspor sayuran segar dan olahan ke Amerika Serikat, Eropa dan negara- negara Asia Tenggara dan Selatan, negara ini juga telah mampu mengekspor biji/benih sayuran ke negara- negara lain dengan kualitas yang mendapat pengakuan internasional. (Syarief husen, dkk : 1993).
Kangkung (Ipomoea Spp.) merupakan salah satu sayuran yang tumbuh baik di daerah tropis. Kangkung tergolong sayur yang sangat populer, karena banyak peminatnya. Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus, Water spinach. Berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma, Indonesia, China Selatan Australia dan bagian negara Afrika. Kangkung banyak ditanam di Pulau Jawa khususnya di Jawa Barat, juga di Irian Jaya di Kecamatan Muting Kabupaten Merauke kangkung merupakan lumbung hidup sehari-hari.
Beragam olahan kangkung menjadi berkah bagi petani kangkung. Baik yang bergerak di sektor pembibitan maupun pembesaran. Permintaan bibit ini mencapai 4.000 ton per tahun. Tak heran, petani kangkung pun bisa meraup omzet puluhan hingga ratusan juta. Banyak kudapan yang menggunakan kangkung sebagai bahan baku utama. Sebut saja pecel, sayur asam, atau plecing kangkung. Itulah sebabnya, kangkung bisa dibilang sebagai sayuran yang populer di masyarakat kita. Dari kacamata bisnis, khususnya kangkung darat, menawarkan siklus budidaya sangat cepat, hanya 22 hari. Peluang bisnis ini semakin terbuka lantaran permintaan pasokan kangkung terus meningkat akibat membaiknya kesadaran masyarakat .
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Jurnal 1
2.1.1 judul
 Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kangkung Darat (Ipomea Reptans Poir) Diberi Trichokompos Jerami Padi Growth And Yeild Of Kang Kong (Ipomea Reptans Poir) Fertilized By Rice Kay Trickocompost
2.1.2 pendahuluan
 Kangkung darat (Ipomea reptans Poir) merupakan tanaman hortikultura yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia karena rasanya yang gurih. Selain rasanya yang gurih, gizi yang terdapat pada sayuran kangkung cukup tinggi, seperti vitamin A, B dan C serta berbagai mineral terutama zat besi yang berguna bagi pertumbuhan badan dan kesehatan
Akhir-akhir ini, dengan semakin sadarnya masyarakat terhadap bahaya lingkungan penggunaan pupuk buatan. bahan alternatif berupa pupuk organik.pupuk yang diguankan pupuk trichokompos dengan bahan dasar jerami pad yang didekomposisi dengan Trichoderma sp sehingga nutrisi tanaman lebih mudah tersedia dan di serap oleh tanaman trichokompos jerami padi mengandung nutrisi tanaman yang cukup beragam antara lain 0,54 – 0,74 % nitrogen, 0,30 – 0,49 % posfor dan 0,93 – 1,11% kalium. Trichokompos jerami padi mudah  diaplikasikan, harganya murah, tidak menghasilkan racun (toksin) dan ramah terhadap lingkungan.  Kualitas trichokompos jerami padi sangat ditentukan oleh besarnya perbandingan antara jumlah karbon dan nitrogen (C/N ratio).jika C/N tinggi berarti trichokompos jerami padi belum sempurna pelapukan dan menyebabakan daya ikat air menjadi berkurang
2.1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh pemberian trichompos jerami padi dan mendapatkan dosis trichompos jerami padi yang lebih baik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung darat sehingga dapat dijadikan alternatif pupuk dalam budidaya kangkung.
2.1.4 Bahan Dan Metode
A. Bahan
·        benih kangkung darat
·        tanah yang digunakan tanah top soil inceptisol
·        Pupuk Urea, TSP, KCL,
·        trichokompos jerami padi
B. Metode
Penelitian ini rancangan acak kelompok. Perlakuan terdiri dari 5 aplikasi dosis pupuk trichokompos. Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga diperoleh 20 satuan percobaan. Pengamatan dilakukan setiap plot dengan mengambil 5
tanaman sampel secara acak.
C. parameter
            tinggi tanaman, rasio tajuk akar, jumlah daun per rumpun, luas helaian daun terluas dan berat segar per tanaman. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan analisis ragam. dilanjutkan dengan uji berganda Duncan pada taraf 5%.
2.1.5 Hasil Dan Pembahasan
tabel.JPG
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk trichokompos jerami padi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun tapi tidak berpengaruh nyata terhadap luas daun terlebar. Rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun per tanaman dan luas daun terlebar kangkung darat setelah dilakukan uji berganda Duncan.
tabel 2.JPG
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk trichokompos jerami padi berpengaruh tidak nyata terhadap rasio tajuk akar tapi berpengaruh nyata terhadap berat segar tanaman kangkung darat. Rata-rata rasio tajuk akar dan berat segar per tanaman kangkung darat setelah dilakukan uji berganda Duncan pada taraf 5%
2.1.6 Kesimpulan Dan Saran
A.Kesimpulan
1. pemberian pupuk trichokompos jerami padi dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kangkung terutama tinggi tanaman, jumlah daun dan berat segar, sedangkan pada parameter luas daun dan ratio tajuk akar tidak memperlihatkan peningkatan pertumbuhan yang signifikan dengan pemberian trichokompos jerami padi.
2. Pemberian pupuk trichokompos jerami padi memperlihatkan pertumbuhan yang lebih baik pada dosis 12 ton/ha.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan disarankan untuk menggunakan pupuk trichokompos jerami padi pada dosis 12 ton/ha pada budidaya tanaman kangkung darat

2.2 Jurnal 2
2.2.1 Judul
Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Kangkung Darat (Ipomea Reptans Poir)
2.2.2 Pendahuluan
Salah satu usaha untuk mengatur lingkungan ini adalah dengan penambahan pupuk untuk pertumbuhan. Dalam penelitian ini digunakan pupuk Kascing sebagai pupuk organik. Kascing yaitu tanah bekas pemeliharaan cacing merupakan produk sampingan dari budidaya cacing tanah yang berupa pupuk organik sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah. Kascing mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yaitu suatu hormon seperti giberellin, sitokinin dan auxin, sertamengandung unsur hara (N, P, K, Mg dan Ca) serta Azotobacter sp yangmerupakan bakteri penambat N non-simbiotik yang akan membantu memperkaya unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman. Karena itu penggunaan Kascing diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kangkung. Dengan pertumbuhan tanaman yang baik diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman kangkung.
2.2.3 Metode Penelitian
A. Bahan
·        Bibit kangkug yang digunakan varietas grand
·        pupuk Kascing 1 kg/tanaman
·        tanah  dengan ketinggian kurang dari 50 60 mdpl
B. Metodelogi
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan lima ulangan. Ada 2 perlakuan yang dicobakan yaitu: pemberian Kascing 1 kg/tanaman dan tanpa pemberian kascing pada tanaman. Bibit kangkug yang digunakan varietas grand. Campuran pupuk Kascing diratakan pada garitan dengan jarak tanam35 cm menggunakan Analisis Varian (Anava) dengan taraf signifikan 5 %. Bila diperoleh perbedaan yang nyata atau sangat nyata analisis dilanjutkan dengan pengujian beda nyata perlakuan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT 0.05)
C. Parameter
Tinggi Tanaman, Berat Basah Tanaman, Dan Berat Kering Tanaman.
2.2.4  Hasil Dan Pembahasan
ts.JPG
Tinggi tanaman, berat basah dan berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan tanpa pemberian pupuk Kascing pada tanaman, sedangkan tinggi tanaman, berat basah dan berat kering tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian pupuk Kascing.
2.2.5 Kesimpulan Dan Saran
A.Kesimpulan
Pemberian pupuk Kascing dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kangkung darat yang meliputi tinggi, berat basah, dan berat kering.
4.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunaan Kascing dengan dosis yang lebih tinggi.





2.3 Jurnal 3
2.3.1 Judul
Pengaruh Dosis Pupuk Organik Dan Bobot Abu Vulkan Kelud Terhadap Hasil Kangkung Darat (Ipomea Reptans L.Poir) Pada Tanah Regosol
2.3.2 Pendahuluan
Tanaman kangkung (Ipomea sp) adalah sayuran dapat ditanam di perairan (kolam, rawa, parit, sawah) maupun di darat. kangkung dapat tumbuh di berbagai jenis / tipe tanah. dan perairan tawar seperti sungai, danau, aliran air, kolam, maupun sawah. Tumbuh yang optimal pada ketinggian 1-2.000 m dpl (dataran rendah-tinggi), curah hujan 500-5.000 mm/tahun, gembur dan subur (Nazaruddin, 2000; Sunarjono, 2003; Setyaningrum & Saparinto, 2011; Harjowigeno & Widiatmaka, 2011).
2.3.3 Tujuan
Tujuan
1.Memperoleh data pertumbuhan dan hasil kangkung sebagai akibat terutama penggunaan campuran media dari abu vulkan Kelud yang masih baru.
2.Menyediakan & menyajikan data komoditas kangkung yang ada terutama Kota Surakarta
2.3.4 Metodelogi
A Alat
cangkul, cetok, timbangan, gunting, ayakan, gembor, penggaris, alat tulis, papan nama / spanduk, ember, polybag (30x40cm), plastic pembungkus (10x4cm), amplop pembungkus, oven.
B. Bahan
Stek Kangkung darat, pupuk organic (campuran sekam dan pupuk kandang), abu vulkan Kelud.
C.Cara Kerja
Metode penelitian agronomis menggunakan Rancangan dasar Acak Lengkap (RAL). Dalam model percobaan factorial dengan 2 faktor perlakuan, yakni factor pertama adalah Dosis Pupuk Organik (D) yang terdiri 4 taraf , yakni: dosis 0 kg/polybag; 0.5 kg/polybag; 1,0 kg/polybag; 1.5 kg/polybag. Faktor yang kedua adalah bobot abu vulkan (V), masing-masing 0 kg/polybag, 0,5 kg/polybag, 1.0 kg/polybag, lalu perlakuan dikombinasikan yang hasilnya menjadi 12 kombinasi perlakuan (D0V0, D0V1, D0V2, D1V0, D1V1, D1V2, D2V0, D2V1, D2V2, D3V0, D3V1, D3V2), selanjutnya masing-masing kombinasi perlakuan diulang 3 kali, sehingga seluruhnya berjumlah 36 kombinasi ulang perlakuan
D. Parameter
Tinggi tanaman, Jumlah daun,Panjang daun, Lebar daun. Berat segar seluruh tubuh,Berat kering seluruh tubuh.
2.3.5 Hasil Dan Pembahasan
tbr.JPG
1.Tinggi Tanaman
perlakuan dosis pupuk organic 0 kg/polybag dan bobot abu vulkan 0,5 kg/plybag berbepgaruh nyata terhdap tinggi tanaman kakngkung darat. Hasil ini sama dengan perlakuan puuk organic 0 kg/polybag dan bobot abu vulkan 1 kg/polybag serta dosis pupuk organic yang ditingkatkan menjadi 0,5 kg/polybag dan 1,5 kg/polybagmemberikan pengaruh sama besarnya terhadap tinggi tanaman. Dilain pihak pemberian bobot abu vulkan 0 kg/polybag dengan dosispupuk organik yang berbeda – beda dan bobot abu vulkan 0,5 kg/polybag dengan dosis pupuk organic 0,5
kg/polybag dan 1,5 kg/polybag, serta bobot abu vulkan 1,0 kg/polybag dengan dosis pupuk organic 1 kg/polybag berbeda nyata dibandingkan dengan kombinasi terbaik dari perlakuan bobot abu vulkan 0,5 kg/polybag dengan dosis pupuk organic 0 kg/polybag maupun perlakuan bobot abu vulkan 1 kg/polybag dengan dosis pupuk
organic 0,0; 0,5 dan 1,5 kg/polybag terhadap tinggi tanaman pada tanaman kakung darat. Adanya perbedaan tinggi tanaman yang nyata ini diduga oleh kebutuhan
2. Panjang Daun
 Pengaruh perlakuan bobot abu vulkan dan dosis pupuk organic tidak nyata terhadap panjang daun tanaman kangkung darat
tb 2.JPG
3. Lebar Daun
Pengaruh perlakuan bobot abu vulkan dan dosis pupuk organic tidak nyata terhadap lebar daun tanaman kangkung darat.
tb 3.JPG
tb 4.JPG
4.Jumlah Daun
Pengaruh dosis pupuk organic dan bobot abu vulkan sangat nyata terhadap jumlah daun tanaman kakung darat.
tb 5.JPG
5.Berat Segar
 Seluruh Tubuh Tanaman Pengaruh dosis pupuk organic dan bobot abu vulkan sangat nyata terhadap berat segar seluruh tubuh kakung darat.


tb 6.JPG
6. Berat kering          
seluruh tubuh tanaman Pengaruh dosis pupuk organic dan bobot abu vulkan sangat nyata terhadap berat kering seluruh tubuh tanaman tanaman kakung darat.
2.3.6 Kesimpulan Dan Saran
A. Kesimpulan
perlakuan bobot abu vulkan 0,5 kg/polybag dengan dosis pupuk organik 0 s/d 0,5 kg/polybag maupun kombinasi perlakuan bobot abu vulkan 1 kg/polybag dengan dosis pupuk organik 0; 0.5 dan 1.5 kg/polybag memberikan pertumbuhan tanaman kangkung darat lebih baik dibandingkan dengan kombinasi perlakuan bobot abu vulkan 0 kg/polybag dengan semua dosis pupuk organik. Peningkatan dosis pupuk organik dari 0,5, hingga 1,5 kg/polybag tidak berdampak merubah hasil menjadi lebih
baik lagi karena kombinasi bobot abu vulkan 0,5 kg/polybag dengan dosis pupuk organik 0 sampai 0,5 kg/polybag dan bobot abu vulkan 1,0 kg/polybag dengan dosis pupuk organik 0; 0,5 dan 1,5 kg/polybag pada tanah regosol menandakan lebih efisien dan menjanjikan.
B.Saran
Kepada petani di lingkungan Soloraya dalam budidaya kangkung darat cukup menggunakan bobot abu vulkan 0.5 hingga 1.5 kg/polybag walaupun tidak harus disertai pemakaian pupuk organik.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pemberian pupuk trichokompos jerami padi memperlihatkan pertumbuhan yang lebih baik pada dosis 12 ton/ha. Terutama pada  peningkatan tinggi tanaman, jumlah daun dan berat segar.
2. Pemberian pupuk Kascing dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kangkung darat yang meliputi tinggi, berat basah, dan berat kering.
3. Perlakuan bobot abu vulkan 0,5 kg/polybag dengan dosis pupuk organik 0 s/d 0,5 kg/polybag maupun kombinasi perlakuan bobot abu vulkan 1 kg/polybag dengan dosis pupuk organik 0; 0.5 dan 1.5 kg/polybag memberikan pertumbuhan tanaman kangkung darat lebih baik.
3.2 saran
Dalam melakukan pemupukan diharapkan tidak terlalu berlebihan dikarenakan tidak efisien dan harga pupuk terlalu mahal











DAFTAR PUSTAKA



 LAMPIRAN
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomea reptans Poir) DIBERI TRICHOKOMPOS JERAMI PADI
GROWTH AND YEILD OF KANG KONG (Ipomea reptans Poir) FERTILIZED BY RICE KAY TRICKOCOMPOST
Adyan Adnan, Aslim Rasyad dan Armaini
Department of Agrotechnology, Agriculture Faculty, University of Riau
ABSTRACT
Kang kong (Ipomea reptans Poir) is popular and tasty vegetable mainly grown in tropical asia. In this experiment, we tried to apply rice hay trichocompost to look at if the trichocompost could be utilized for fertilizer in cultivating kang kong. The research was conducted at the Agriculture Experiment Station, University of Riau from June to July 2013. Five rates of trichocompost was applied and arranged in a randomized block design with four replications. Two seed of kang kong were planted each planting hill with planting space of 20 cm x 30 cm in. Plot size was 1,0 m in length and 1,5 m wide. Observations were made for plant height, shoot-root ratio, number of leaves per plant, leaf canopy area, and fresh weight per plant. The results showed that rice hay trichokompost improved plant growth, mainly in plant height, number of leaves and increased production as represented by vegetable fresh weight. However, leaf canopy area and shoot-root ratio showed no significant differences among the rate of trichokompost. The research suggested that rice hay trichocompost may be applied to the rate of 12 tons / ha in order to obtain better growth and higher fresh vegetable yield.
Keyword : vegetable, kang kong, trichocompost
PENDAHULUAN
Kangkung darat (Ipomea reptans Poir) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia karena rasanya yang gurih. Tanaman ini termasuk kelompok tanaman semusim dan berumur pendek dan tidak memerlukan areal yang luas untuk membudidayakannya sehingga memungkinkan dibudidayakan di kota yang pada umumnya lahannya terbatas. Tanaman ini berasal dari India namun kemudian menyebar ke berbagai negara di Asia dan Afrika (Plucknett dan Beemer, 1981). Selain rasanya yang gurih, gizi yang terdapat pada sayuran kangkung cukup tinggi, seperti vitamin A, B dan C serta berbagai mineral terutama zat besi yang berguna bagi pertumbuhan badan dan kesehatan (Emilia dan Ainun, 1999).
Budidaya tanaman kangkung darat di Kota Pekanbaru mampu memproduksi sayur sebanyak 5.660 ton per tahun dengan luas panen 556 ha (BPS Kota Pekanbaru, 2008). Untuk mendapatkan sayur yang mutunya baik dan hasil yang optimal, pemupukan merupakan salah satu teknologi yang sangat penting. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara bagi tanaman agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Akhir-akhir ini, dengan semakin sadarnya masyarakat terhadap bahaya lingkungan penggunaan pupuk buatan, muncul gagasan untuk menggunakan
bahan alternatif berupa pupuk organik. Kelebihan pupuk organik dibandingkan pupuk anorganik antara lain adalah tidak menimbulkan resiko pada hewan maupun manusia, mudah didapatkan, memberikan pengaruh positif terhadap tanaman terutama pada musim kemarau, serta meningkatkan aktivitas mikroorganisme menguntungkan yang ada di dalam tanah. Pupuk organic yang sedang populer saat ini adalah pupuk trichokompos dengan bahan dasar jerami pad yang didekomposisi dengan Trichoderma sp sehingga nutrisi tanaman lebih mudah tersedia dan di serap oleh tanaman. Teknologi ini sudah banyak dilakukan untuk berbagai tanaman pertanian seperti pada padi yang ternyata pertumbuhan vegetatif tanaman yang diberi trichokompos meningkat 2 x lipat dibanding yang tidak diberi trichokompos (Elfina et al., 2011) Hal ini menurut Elfina et al., (2011) adalah karena trichokompos jerami padi mengandung nutrisi tanaman yang cukup beragam antara lain 0,54 – 0,74 % nitrogen, 0,30 – 0,49 % posfor dan 0,93 – 1,11% kalium. Trichokompos jerami padi mudah diaplikasikan, harganya murah, tidak menghasilkan racun (toksin) dan ramah terhadap lingkungan.
Kualitas trichokompos jerami padi sangat ditentukan oleh besarnya perbandingan antara jumlah karbon dan nitrogen (C/N ratio). Jika C/N tinggi berarti trichokompos jerami padi belum sempurna pelapukannya dan menyebabkan daya ikat air menjadi berkurang. Kualitas kompos yang dianggap baik adalah jika memiliki C/N atara 12 sampai 15 (Novizan, 2005).
Rinsema (1993), menyatakan bahwa pupuk organik yang baik mutunya bermanfaat untuk memperbaiki dan mempertahankan kesuburan tanah. Dalam aplikasinya, pupuk organic ini pada umumnya diberikan melalui tanah namun dapat juga diberikan melalui daun (Musnamar, 2004). Keuntungan lain dari pupuk organik adalah kemampuannya untuk mengembalikan keseimbangan ekosistem, meningkatkan ketersedian hara, merangsang pertumbuhan akar tanaman, agen pengendalian biologis dan meningkatkan keuntungan dalam berusaha tani (Anonim, 2002).
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian trichokompos jerami padi dan mendapatkan dosis trichokompos jerami padi yang lebih baik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung darat sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif pupuk dalam budidaya kangkung
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau, Kampus Bina Widya, Pekanbaru, topografi datar (0-31%) dan ketinggian tempat 10 meter dari permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan dimulai dari bulan Juni sampai Juli 2013.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kangkung darat, tanah yang digunakan tanah top soil inceptisol yang ada di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pupuk Urea, TSP, KCL, trichokompos jerami padi (diperoleh dari Inovasi Berbasis Industri Kewirausahaan Kemahasiswaan Fakultas Pertanian Universitas Riau).
Penelitian ini dilakukan secara eksperimen dengan menggunakan rancangan acak kelompok. Perlakuan terdiri dari 5 aplikasi dosis pupuk trichokompos. Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga diperoleh 20 satuan percobaan. Pengamatan dilakukan setiap plot dengan mengambil 5
tanaman sampel secara acak, yang meliputi tinggi tanaman, rasio tajuk akar, jumlah daun per rumpun, luas helaian daun terluas dan berat segar per tanaman. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan analisis ragam. dilanjutkan dengan uji berganda Duncan pada taraf 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman (cm)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk trichokompos jerami padi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun tapi tidak berpengaruh nyata terhadap luas daun terlebar. Rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun per tanaman dan luas daun terlebar kangkung darat setelah dilakukan uji berganda Duncan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun terlebar kangkung darat yang diberikan beberapa dosis pupuk trichokompos jerami padi.
Trichokompos Jerami Padi (ton/ha)
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun per rumpun (helai)
Luas helaian Daun (cm2)
Tanpa trichokompos
4 ton/ha
8 ton/ha
12 ton/ha
16 ton/ha
35,95 b
41,43 a
40,00 ab
39,45 ab
41,24 a
26,05 b
38,25 ab
38,45 ab
44,66 a
44,51 a
26,50 a
40,54 a
37,42 a
40,45 a
34,30 a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang samaberbeda tidak nyata menurut uji lanjut DNMRT pada taraf 5%
Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian pupuk trichokompos cenderung meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun per tanaman. Tanaman yang terpendek didapatkan jika tanaman tidak diberi trichokompos sedangkan tanaman yang paling tinggi didapatkan pada pemberian trichokompos 4 ton per hektar. Kurang optimalnya pertumbuhan tinggi tanaman yang tidak diberi kompos adalah karena ketersediaan unsur hara yang rendah di dalam tanah sehingga tanaman proses pembelahan dan perpanjangan sel pada ujung pucuk tanaman tidak optimal. Tinggi tanaman yang diberi 4 ton/ha sampai 16 ton/ha pupuk trichokompos jerami padi lebih tinggi nilainya dibanding tanpa pemberian kompos namun tinggi tanaman kangkung yang terbaik terlihat pada perlakuan pemberian pupuk trichokompos jerami padi 4 ton dan 16 ton/ha. Penambahan kompos kelihatannya mampu memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan tanaman kangkung darat sehingga mampu menghasilkan pertumbuhan yang baik termasuk tinggi tanaman. Lingga dan Marsono (2005) menyatakan bahwa dosis pupuk yang tepat merupakan salah satu pertimbangan dalam pertumbuhan tanaman.
Pemberian pupuk trichokompos jerami padi dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara terutama unsur nitrogen pada tanah sehingga dapat memacu pertambahan tinggi tanaman. Karena kebutuhan nitrogen dapat tercukupi, maka pertambahan tinggi tanaman yang diberi kompos menjadi semakin maksimal.
Menurut Hakim, dkk (1986) pupuk organik mempunyai kelebihan secara fisik dapat menggemburkan konsistensi atau kepadatan tanah, membantu melarutkan unsur-unsur, mengurangi kebutuhan pupuk dengan menciptakan
sistem aerasi tanah, meningkatkan daya simpan air dan memperbaiki struktur tanah. Rosita, dkk (2007) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman semakin meningkat dengan bertambahnya umur tanaman. Meningkatnya pertumbuhan tanaman ini diduga karena adanya penambahan unsur hara dengan penambahan bahan organik.
Jumin (2002) menjelaskan bahwa nitrogen berfungsi untuk merangsang penambahan tinggi tanaman. Lingga (2001) menyatakan bahwa nitrogen dalam jumlah yang cukup,berperan dalam mempercepat pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang dan daun. Selain itu, Yuliarti dan Redaksi Agromedia (2007) menambahkan bahwa nitrogen berfungsi sebagai bahan sintesis klorofil, protein dan asam amino, serta bersama fosfor nitrogen digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.
Dari Tabel 1 terlihat pula bahwa jumlah daun tanaman kangkung cenderung meningkat dengan pemberian pupuk trichokompos jerami padi. Tanaman yang tidak diberi trichokompos menghasilkan jumlah daun yang terendah, Semakin tinggi dosis kompos yang diberikan menyebabkan jumlah daun yang semakin banyak, namun jumlah daun yang terbanyak dihasilkan oleh tanaman yang diberi kompos 14 dan 16 ton per ha. Meningkatnya jumlah daun tanaman kangkung yang diberi kompos disebabkan oleh ketersediaan hara nitrogen dan posfor yang meningkat dalam tanah. Nyakpa, dkk (1988) menyatakan bahwa proses pembentukan daun tidak terlepas dari peranan unsur hara seperti nitrogen dan fosfor yang terdapat pada tanah dan tersedia bagi tanaman. Kedua unsur ini berperan dalam pembentukan sel-sel baru dan komponen utama penyusun senyawa organik dalam tanaman seperti asam amino, asam nukleat, klorofil, ADP dan ATP. Apabila tanaman defisiensi untuk kedua unsur hara tersebut maka metabolisme tanaman akan terganggu sehingga proses pembentukan daun menjadi terlambat.
Banyaknya unsur hara yang diserap oleh tanaman dari tanah berpengaruh dalam proses pembentukan daun karena pembentukan sel-sel baru dalam suatu tanaman sangat erat hubungannya dengan hara yang ada dalam tanaman. Proses pembentukan daun tidak terlepas dari peranan unsur hara seperti nitrogen dan fosfor yang terdapat pada medium tanah dan tersedia bagi tanaman (Nyakpa dkk, 1988). Secara umum apabila tanaman kekurangan unsur hara tersebut akan mengganggu kegiatan metabolisme tanaman sehingga proses pembentukan daun yang baruakan terhambat. Lakitan (1996) menyatakan bahwa tanaman yang tidak mendapat tambahan nitrogen akan tumbuh kerdil serta daun yang terbentuk lebih kecil, tipis dan jumlahnya akan sedikit sedangkan tanaman yang mendapatkan unsur nitrogenyang cukup maka daun yang terbentuk akan lebih banyak dan lebar.
Luas daun terlebar yang dihasilkan tanaman tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata diantara perlakuan pupuk trichokompos jerami padi, namun begitu ada indikasi bahwa peningkatan dosis pupuk cenderung meningkatkan luas daun (Tabel 1). Peningkatan luas daun dengan penambahan dosis pupuk menunjukkan ketersediaan unsur hara makro dan mikro lainnya pada media tanam tercukupi pada tanaman diberi kompos sehingga tumbuh lebih baik. Suriatna (2002) menyatakan bahwa unsur hara makro seperti N, P, K dan unsur hara mikro merupakan unsur utama yang berpengaruh baik bagi pertumbuhan tanaman, apabila tanaman kekurangan unsur tersebut maka pertumbuhan akan terhambat.
Rasio tajuk akar dan Berat segar tanaman
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk trichokompos jerami padi berpengaruh tidak nyata terhadap rasio tajuk akar tapi berpengaruh nyata terhadap berat segar tanaman kangkung darat. Rata-rata rasio tajuk akar dan berat segar per tanaman kangkung darat setelah dilakukan uji berganda Duncan pada taraf 5% disajikan padaTabel 2.
Tabel 2.Rata-rata berat segar per tanaman kangkung darat setelah diberikan beberapa dosis pupuk trichokompos jerami padi.
Trichokompos Jerami Padi (ton/ha)
Ratio Tajuk Akar
Berat Segar Per tanaman (g)
Tanpa pemberian trichokompos
4 ton/ha
8 ton/ha
12 ton/ha
16 ton/ha
5,07 a
6,46 a
5,88 a
6,46 a
5,06 a
20,12b
40,93 ab
38,52 ab
45,01 a
52,59 a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji lanjut DNMRT pada taraf 5%
Tabel 4 menunjukkan bahwa ratio tajuk akar untuk semua perlakuan berada pada kisaran antara 5,06 sampai 6,46 dan tidak berbeda nyata satu sama lain. Perbandingan antara berat tajuk dengan berat akar mencirikan bahwa pertumbuhan bahagian atas tanaman diikuti dengan pertumbuhan bagian akar dimana pertumbuhan atas yang lebih dominan dari akarnya (Gardner, dkk, 1991).
Pemberian trichokompos jerami padi cenderung menyebabkan meningkatnya berat segar tanaman kangkung (Tabel 2). Berat segar yang paling rendah dihasilkan tanaman yang tidak diberi kompos, sedangkan berat segar tanaman kangkung yang lebih tinggi dihasilkan tanaman yang diberi 16 ton per ha trichokompos jerami padi. Berat segar tanaman yang diberi 16 ton/ha kompos ini berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemberian trichokompos, namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa tanaman kangkung sangat respon terhadap pemupukan, seperti yang dilaporkan Cahyono (2003), bahwa tanaman kangkung merupakan tanaman semusim yang pertumbuhannya sangat tanggap terhadap pemberian pupuk.
Terjadinya peningkatan berat segar pada tanaman yang diberi pupuk trichokompos ini berhubungan dengan pertambahan jumlah daun yang cukup signifikan serta kencendrungan luas daun yang semakin besar. Peningkatan dosis trichokompos jerami padi cenderung meningkatkan jumlah daun dan luas helaian daun terluas. Peningkatan berat segar tidak terlepas dari peningkatan unsur hara seperti nitrogen, posfor, kalium dimana unsur nitrogen mempengaruhi pembentukan sel-sel baru, fosfor berperan dalam pengaktifan enzim-enzim dalam proses fotosintesis dan kalium mempengaruhi perkembangan jaringan meristem yang dapat mempengaruhi panjang dan lebar daun. Pernyataan ini sesuai dengan Salisbury dan Ross (1995) yang menyatakan bahwa nitrogen merupakan penyusun bagian terpenting dalam pembentukan sel-sel baru dan enzim-enzim, asam amino, asam nukleat, karbohidrat sehingga pembentukan sel-sel baru bagi
tanaman akan berlangsung dengan optimal dengan ketersediaan unsur ini. Nitrogen berperan pula dalam membentuk sel-sel baru dan senyawa-senyawa penting seperti asam nukleat, asam amino dan klorofil. Terdapatnya klorofil yang cukup pada daun menyebabkan daun memiliki kemampuan untuk menyerap cahaya matahari, sehingga akan menghasilkan energi yang diperlukan sel untuk melakukan aktivitasnya seperti pembelahan dan pembesaran sel (Nyakpa, et al., 1986).
Untuk produksi berat segar tanaman unsur nitrogen sangat membantu dalam pertumbuhan dan produksi tanaman yang diikuti unsur P dan K, dimana Sarief (1986), menyatakan bahwa nitrogen dapat meningkatkan perbandingan protoplasma terhadap bahan-bahan dinding sel yang dapat menyebabkan pertambahannya ukuran sel dengan dinding sel yang tipis, sehingga sel banyak diisi oleh air.
Berat segar tanaman tergantung kadar air dalam jaringan dimana proses fisiologi yang berlangsung pada tumbuhan banyak berkaitan dengan air atau bahan-bahan yang terlarut dalam air. Hal ini sejalan dengan pendapat Prawinata dan Tjondronegoro (1989) bahwa berat segar tanaman mencerminkan komposisi hara di jaringan tanaman dengan mengikut sertakan airnya. Air akan membentuk ikatan hidrogen dengan bahan organik seperti protein dan karbohidrat.
Daun merupakan organ vegetatif tanaman, jumlahnya sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena daun merupakan organ tempat terjadinya fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun yang terdapat pada tanaman seperti kangkung, produksinya akan besar pula. Fitter dan Hay (1981) melaporkan bahwa salah satu organ yang berperan penting bagi tanaman adalah daun. Dimna Jumlahnya sangat menetukan hasil fotosintesisdan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk trichokompos jerami padi dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kangkung terutama tinggi tanaman, jumlah daun dan berat segar, sedangkan pada parameter luas daun dan ratio tajuk akar tidak memperlihatkan peningkatan pertumbuhan yang signifikan dengan pemberian trichokompos jerami padi.
2. Pemberian pupuk trichokompos jerami padi memperlihatkan pertumbuhan yang lebih baik pada dosis 12 ton/ha.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan disarankan untuk menggunakan pupuk trichokompos jerami padi pada dosis 12 ton/ha pada budidaya tanaman kangkung darat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Pupuk Super Bionik. Forever Young. Jakarta.
Badan Pusat Statistik Riau. 2008. Riau Dalam Angka. BPS. Pekanbaru.
Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budidaya Sawi Hijau. Yayasan PustakaNusantara. Semarang.
Elfina, Y, A. Rasyad, Agus Salim, Jefri Efendi dan Efita Rahmi. 2011. Penggunaan Agens Hayati Trichoderma Lokal Riau Sebagai Biofertilizer dan Biopestisida dalam PHT untuk Mengendalikan Penyakit dan Meningkatkan Produksi Padi Laporan Penelitian (Tidak di publikasikan) . Universitas Riau dan Litbang Pertanian.
Emilia dan Ainun. 1999. Kangkung (Ipomoea reptans). www. Google.com. h. 1-9.
Fitter, A. H dan Hay, R. K. M. 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Diterjemahkan oleh Sri Adani dan E. D. Purbayanti. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Gardner, F. P., R. B. Peace dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Hakim, N., M. Y. Nyakpa., A. M. Lubis., S. G. Nugroho., M. R. Saul., M.A. Diha., Go Ban Hong., H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.
Inovasi Berbasis Industri Kewirausahaan Kemahasiswaan Faperta UR. 2010. Biotrikom Pupuk Alami Kaya Nutrisi. Universitas Riau. Pekanbaru.
Jumin, H. B. 2002. Dasar-Dasar Agronomi. Rajawali. Jakarta.
Lingga, P dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Lingga, P dan Marsono. 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Mas’ud, 1992. Telah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung.
Musnamar, E, 2004. Pupuk Organik Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi Seri Agriwawasan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Nyakpa, M.Y., AM Lubis, M. A. Pulung, A. G. Amroh, A. Munawar, G. B. Hong dan N. Hakim 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Nyakpa, M. Y., AM Lubis, M. A. Pulung, A. G. Amroh, A. Munawar, G. B. Hong dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Plucknett, D. L dan H.L. Beemer. 1981. Vegetable Farming System in China. Frances.
Prawiranata, W, S. Harran dan P. Tjandronegoro. 1989. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan II. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Rinsema. 1993. Petunjuk dan Cara Penggunaan Pupuk. Bharata Karya Akdara. Jakarta.
Rosita, S, M. D. Raharjo, M. Kosasih. 2007. Pola Pertumbuhan dan Serapan Hara N, P, K Tanaman Bangle. Balai Pelatihan Tanaman Rempah dan Obat, http.//digiliblipi.go.id/view.html?idm=39615. Diakses pada tanggal 04 Januari 2013.
Suriatna, S. 1992. Pupuk dan Pemupukan, Sfedfatoma Sarana Perkasa. Jakarta.
Salisbury, F. B Dan Ross, C. W. 1995. Fisiologi Tanaman. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Sarief, E. 1986. Kesuburan Dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.
Yuliarti, N., 2007. Media Tanam dan Pupuk untuk Athurium Daun. Agromedia Pustaka. Jakarta.

J. Sains MIPA, Edisi Khusus Tahun 2007, Vol. 13, No. 1, Hal.: 26 - 28
ISSN 1978-1873
26 2007 FMIPA Universitas Lampung
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KASCING TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomea reptans Poir)
Anak Agung Oka
Universitas Muhamadiyah Metro
Diterima 28 Agustus 2007, perbaikan 10 Desember 2007, disetujui untuk diterbitkan 27 Desember 2007
ABSTRACT
Kascing is a kindof organic fertilizer which contains fitohormone, microba and elements which are needed for the growth
of the plant. This research aims to study the effect of Kascing on the growth of kangkung (Ipomea reptans Poir) and it
was carried out in East Metro Distric Metro City, using Group Random Design (GRD) with two treatments and five
replications. The treatmentswereshadingwithKascing0kg/plant and1kg/plant. Theresults showedthat thoseKascing
affected significantly to the number of growth comprising of height, wet weight, dryweight of plant (p<0.05). The highest
growth was obtained fromthe experiments usingKascing, with height 53.33 cm, wet weight 79.66 g and dryweight 7.65
g, while the lowest growth fromthe experiments without Kascing, with height 24.70 cm, wet weight 67.49 g and dry
weight 6.38 g.
Keywords: microorganism effective, Ipomea reptans Poir, and growth
1. PENDAHULUAN
Tanaman kangkung (Ipomea reptans Poir) termasuk tanaman sayuran yang berumur pendek. Kegunaan daunnya
mempunyai peran penting bagi perekonomian Indonesia. Kebutuhan kangkung akan meningkat akibat pertumbuhan
jumlah penduduk, juga akibat perubahan pola konsumsi di beberapa negara berkembang.
Kangkung sangat digemari oleh masyarakat, karena kangkung memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi1,2). Selain
mengandung vitaminA, B1, danC, kangkung jugamengandung protein, kalsium, fosfor, besi, karoten, dan sitosterol. Di
Indonesia dan daerah tropis lainnya kangkung menjadi bahan sayuran yang sangat digemari dan hampir dijumpai di
setiap pasar tradisional maupun supermarket1).
Mengingat kangkung yang memiliki kandung nutrisi yang cukup banyak tersebut dan memiliki arti penting bagi
kesehatan, maka produksi kangkung perlu ditingkatkan secara kualitas maupun kuantitas. Pelaksanaan pemupukan di
lapangan seringmenjadimasalah dalambercocok tanamkangkung, walaupun demikian tanaman kangkungmempunyai
respon yang baik terhadap pemupukan, baik organik maupun pupuk an organik (buatan)3,4).
Untuk meningkatkan hasil maka perlu ditingkatkan pertumbuhan tanaman kangkung. Dengan meningkatnya
pertumbuhan, maka hasil produksi kangkung juga akan meningkat6). Pertumbuhan tanaman dan produksi suatu
tanaman tergantung pada interaksi antara tanaman dan keadaan lingkungan dimana tanaman itu tumbuh. Keadaan
lingkungan dapat dibagi dalambeberapa faktor yaitu iklim, tanah dan organisme lainnya. Faktor ini dapat membatasi
serta mendorong pertumbuhan dan produksi tanaman, sehingga untuk memperoleh produksi yang tinggi dapat dilakukan
dengan pengaturan faktor-faktor lingkungan sebaik mungkin. Salah satu usaha untuk mengatur lingkungan ini adalah
dengan penambahan pupuk untuk pertumbuhan5). Dalam penelitian ini digunakan pupuk Kascing sebagai pupuk organik.
Kascing yaitu tanah bekas pemeliharaan cacingmerupakan produk sampingan dari budidaya cacing tanah yang berupa
pupuk organik sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah. Kascing
mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yaitu suatu hormon seperti giberellin,
sitokinin dan auxin, sertamengandung unsur hara (N, P, K, Mg dan Ca) serta Azotobacter sp yangmerupakan bakteri
penambat N non-simbiotik yang akan membantu memperkaya unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman7). Karena itu
penggunaanKascing diharapkan dapatmeningkatkan pertumbuhan tanaman kangkung. Dengan pertumbuhan tanaman
yang baik diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman kangkung.
J. Sains MIPA, Edisi Khusus Tahun 2007, Vol. 13, No. 1
2007 FMIPA Universitas Lampung 27
2. METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Iringmulyo Kecamatan Metro Timur Kota Metro yang terletak pada ketinggian
kurang lebih 50 60 mdpl, pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2005. Rancangan yang digunakan
adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK)8) dengan lima ulangan. Ada 2 perlakuan yang dicobakan yaitu: pemberian
Kascing 1 kg/tanaman dan tanpa pemberian kascing pada tanaman.
Bibit kangkug yang digunakan varietas grand. Campuran pupuk Kascing diratakan pada garitan dengan jarak tanam35
cm. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, berat basah tanaman, dan berat kering tanaman. Data diolah
menggunakan Analisis Varian (Anava) dengan taraf signifikan 5 %. Bila diperoleh perbedaan yang nyata atau sangat
nyata analisis dilanjutkan dengan pengujian beda nyata perlakuan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT 0.05)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan kangkung meliputi: tinggi tanaman, berat basah tanaman dan berat kering tanaman. Hasil Analisis Varian
(Anava) menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata (p<0.05) pada pengaruh pemberian pupuk Kascing pada
tanaman kangkung terhadap tinggi tanaman, berat basah tanaman, berat kering tanaman. Rerata tinggi, berat basah
dan berat kering tanaman disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rerata dan simpangan baku tinggi, berat basah, dan berat kering tanaman kangkung darat dalam satu rumpun
Perlakuan
Parameter
Tanpa Kascing Diberi Kascing
Tinggi tanaman (cm) 24.70a +0.56 33.33b +0.43
Berat basah (gram) 87.49a +0.34 99.73b +0.40
Berat Kering (gram) 8.38a +0.18 8.95b +0.25
Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbeda-an yang nyata (p<0.005)
Tinggi tanaman, berat basah dan berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan tanpa pemberian pupuk
Kascing pada tanaman, sedangkan tinggi tanaman, berat basah dan berat kering tanaman tertinggi terdapat pada
perlakuan pemberian pupuk Kascing.
Pada tanaman yang tanpa Kascing unsur hara yang dikandung dalamtanah tidak bertambah, oleh sebab itu tanaman
tumbuh lebih pendek karena pembelahan sel pada ujung batang berkurang dan pembentukan cabang daun menjadi
lebih sedikit dibanding pada tanaman yang diberi Kascing. Dengan berkurangnya tinggi tanaman, daun yang terbentuk
menjadi lebih sedikit. Hasil asimilasi tanaman jugamenurun, yang akanmenyebabkan penurunan berat basah tanaman
serta berat kering tanaman. Menurut Gardner6), berat kering tanaman budidayamerupakan penimbunan hasil asimilasi
CO2 sepanjang masa pertumbuhan.
Pemberian Kascing sebagai pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah dan dapat mempertahankan kestabilan
dan aerasi tanah. Selain mengandung unsur hara utama (N, P, K, Mg dan Ca), Kascing juga banyak mengandung
mikroba Azotobacter sp. Dengan demikian Kascing dapat meningkatkan kesuburan tanah7).
Dengan pemberianKascingmaka diasumsikanmineral danmikroorganisme yang dapatmenyuburkan tanah bertambah
sehingga dengan adanya kandungan hara yang tinggi disertai fitohormon tinggi tanaman dapat tumbuh lebih baik dan
pertumbuhan akan lebih baik pula. Menurut Dwijoseputro9) tanaman yang diberi fitohormonmendorong ukuran tanaman
menjadi lebih tinggi karena terjadi pembelahan sel yang lebih banyak dan pengembangan jaringanmeristempada ujung
batang dan pada interkalar yang lebih baik.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
PemberianpupukKascingdapatmeningkatkanpertumbuhantanaman kangkung darat yang meliputi tinggi, berat basah,
dan berat kering.
AnakAgungOka Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing terhadap Pertumbuhan
28 2007 FMIPA Universitas Lampung
4.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunaan Kascing
dengan dosis yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rukmana, R. 1994. Bertanam Kangkung. Yogyakarta: Kanisius: Pp. 11-15.
2. Rukmana, Rahmat. 1993. Wirausahatani Kangkung Darat. Jakarta: Kanisius: 25-30.
3. Samandi; NunungNurtika danM. Husna. 1989. Pengaruh Jarak TanamdanDosis PemupukanNPKPertumbuhan
dan Hasil Kangkung Darat (Ipomea reptans). Buletin Penelitian Holtikultura , XVII (4): 20-28.
4. Abidin, Z., A. Sumarna, Subhan, dan K.V. Veggal. 1990. Pengaruh cara penanaman, jumlah bibit, dan aplikasi
nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil kangkung darat pada Tanah Latosol. Buletin Penelitian Tanaman
Hortikultura. 19(3): 14-26.
5. Higa T. dan Wididana. 1991. Change in the Soil Micro Flora Induced by Effective Microorganismes, First
International Conference on Kyusei Nature Farming, Washington, USA, pp. 153 162.
6. Gardner. P.F, 1991. Physiology of Crop Plants, The Iowa State University Press, pp. 3-355.
7. Zahid A, 1994. Manfaat Ekonomis Dan Ekologi Daur Ulang Limbah Kotoran Ternak Sapi Menjadi Kascing. Studi
Kasus Di PT. Pola Nusa Duta, Ciamis. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, pp. 6 14.
8. Gomez, A. 1980. Statistical Procedures for Agricultural Research, 2nd edition, John Wiley and Sons publication, New
York, pp. 97 101.
9. Dwidjoseputro, D. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT. Gramedia, Jakarta: pp. 180-201.

Pengaruh Dosis Pupuk Organik Dan Bobot
Abu Vulkan Kelud Terhadap Hasil Kangkung
Darat (Ipomea Reptans L. Poir) Pada Tanah Regosol ISSN :
Jurnal Agronomika Vol. 10 No. 01, Januari 2015 1
PENGARUH DOSIS PUPUK ORGANIK DAN BOBOT ABU
VULKAN KELUD TERHADAP HASIL KANGKUNG DARAT
(Ipomea reptans L.Poir) PADA TANAH REGOSOL
Priyono dan Sarwono
FP UNISRI Surakarta
Abstrak
Tanaman kangkung darat merupakan tanaman mudah hidup pada sembarang jenis tanah.
Namun untuk mempertahankan keberadaan dan mengembangkannya diperlukan suatu penelitian
berkait dengan pemupukan, baik berupa pupuk organik maupun bahan penyubur lainnya seperti abu
vulkan.
Penelitian ini dilakukan pada tanah regosol menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan analisis ragam yang dilanjutkan uji jarak berganda Duncan (DMRT) taraf 5% dan 1%
dihasilkan : 1) kombinasi perlakuan bobot abu vulkan 0.5 kg/polybag dengan dosis pupuk organik 0 –
0.5 kg/polybag maupun kombinasi perlakuan bobot abu vulkan 0 kg/polybag, 0.5 kg/polybag, dan 1.5
kg/polybag memberikan pertumbuhan kangkung darat lebih baik daripada kombinasi perlakuan bobot
abu vulkan 0 kg/polybag dengan perlakuan semua dosis pupuk organik; 2) namun selanjutnya setelah
dosis pupuk organik ditingkatkan 0.5 hingga 1.5 kg/polybag justru tidak meningkatkan hasil secara
nyata.
Kata kunci: kangkung darat, pupuk organik, bobot abu vulkan.
Abstract
Plant kale crop land is easy to live in any type of soil. However, to maintain and develop the
necessary existence of an investigation related fertilizer, either organic fertilizers or fertlizing
materials such as volcanic ash. The study was conducted on soil Regosol using Completely
Randomized Design (CRD) with analysis of variance followed Duncan’s multiple range test (DMRT)
level of 5% and 1 % produced: 1) a combination of treatments volcanic ash weight of 0.5 kg / polybag
with a dose of organic fertilizer 0 – 0.5 kg / polybag or combined treatments of volcanic ash weight of
0 kg / polybag, 0.5 kg / polybag, and 1.5 kg / polybag provide land kale growth better than
combination treatments colcanic ash weight of 0 kg / polybag with all treatment doses of organic
fertilizer; 2) but then after a dose of organic fertilizer increased 0.5 to 1.5 kg / polybag it doesn’t
improve the results significanly.
Key words: Kaleland, organic fertilizer, the weight volcanic ash
Pengaruh Dosis Pupuk Organik Dan Bobot
Abu Vulkan Kelud Terhadap Hasil Kangkung
Darat (Ipomea Reptans L. Poir) Pada Tanah Regosol ISSN :
Jurnal Agronomika Vol. 10 No. 01, Januari 2015 2
PENDAHULUAN
Jenis dan Syarat Pertumbuhan
Kangkung
Tanaman kangkung (Ipomea sp)
adalah sayuran dapat ditanam di perairan
(kolam, rawa, parit, sawah) maupun di
darat. Sesuai habitatnya, ada dua macam
varietas kangkung (kangkung air &
kangkung darat). Kangkung air tumbuh
baik pada tempat yang basah/berair, dan
kangkung darat tumbuh di tegalan/lahan
kering (Nazaruddin, 2000; Setyaningrum
& Saparinto, 2011).
Syarat lain kangkung dapat
tumbuh di berbagai jenis / tipe tanah
(tidak terpengaruh kemasaman tanah)
dan perairan tawar seperti sungai, danau,
aliran air, kolam, maupun sawah.
Tumbuh yang optimal pada ketinggian
1-2.000 m dpl (dataran rendah-tinggi),
curah hujan 500-5.000 mm/tahun,
gembur dan subur (Nazaruddin, 2000;
Sunarjono, 2003; Setyaningrum &
Saparinto, 2011; Harjowigeno &
Widiatmaka, 2011).
Kultur Teknik
Kegiatan kultur teknik tanaman
kangkung meliputi persiapan benih/bibit
& media tanah, penanaman,
pemeliharaan (penyiraman, penyiangan,
pemupukan, pengendalian hama &
penyakit), panen & pasca panen
(Nazaruddin, 2000; Setyaningrum &
Saparinto, 2011).
Tujuan
1.Memperoleh data pertumbuhan dan
hasil kangkung sebagai akibat
terutama penggunaan campuran media
dari abu vulkan Kelud yang masih
baru.
2.Menyediakan & menyajikan data
komoditas kangkung yang ada
terutama Kota Surakarta
Luaran
Luaran (output) dari kegiatan ini
tersusunnya Buku Laporan Akhir
Hasil Penelitian dan Hasil Tanaman
Kangkung berikut publikasi ilmiah
dan dapat menjadi acuan penelitian
serta upaya pelestarian alam yang
akan datang.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan riset di
lapangan melalui percobaan di green
house (agronomi) maupun analisa
laboratorium. Adapun aktivitasnya:
Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan kegiatan ini meliputi
;
a. Pengumpulan data primer (hasil dari
per cobaan di green house dan
analisa tanah di laboratorium) dan
sekunder (bahan dokumen,
buku/jurnal/bahan pustaka yang
relevan).
b. Analisis Data Deskriptif dan
Analisis Inferensial untuk
mengetahui kongkritnya data yang
diperoleh dikumpulkan
dikelompokkan / diklasifikasikan,
ditabulasi dan selanjutnya disajikan
dalam bentuk table, grafik dan peta
yang dikemas dalam bentuk buku
laporan hasil.
Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan: cangkul, cetok,
timbangan, gunting, ayakan,
gembor, penggaris, alat tulis, papan
nama / spanduk, ember, polybag
(30x40cm), plastic pembungkus
(10x4cm), amplop pembungkus,
oven.
b. Bahan yang digunakan: Stek
Kangkung darat, pupuk organic
(campuran sekam dan pupuk
kandang), abu vulkan Kelud.
Teknis
a. Metode Agronomis
Metode penelitian agronomis
menggunakan Rancangan dasar
Acak Lengkap (RAL). Dalam model
Pengaruh Dosis Pupuk Organik Dan Bobot
Abu Vulkan Kelud Terhadap Hasil Kangkung
Darat (Ipomea Reptans L. Poir) Pada Tanah Regosol ISSN :
Jurnal Agronomika Vol. 10 No. 01, Januari 2015 3
percobaan factorial dengan 2 faktor
perlakuan, yakni factor pertama
adalah Dosis Pupuk Organik (D)
yang terdiri 4 taraf , yakni: dosis 0
kg/polybag; 0.5 kg/polybag; 1,0
kg/polybag; 1.5 kg/polybag. Faktor
yang kedua adalah bobot abu vulkan
(V), masing-masing 0 kg/polybag,
0,5 kg/polybag, 1.0 kg/polybag, lalu
perlakuan dikombinasikan yang
hasilnya menjadi 12 kombinasi
perlakuan (D0V0, D0V1, D0V2,
D1V0, D1V1, D1V2, D2V0, D2V1,
D2V2, D3V0, D3V1, D3V2),
selanjutnya masing-masing
kombinasi perlakuan diulang 3 kali,
sehingga seluruhnya berjumlah 36
kombinasi ulang perlakuan.
b. Operasional
1). Penyiapan Media Tanam
Caranya didahului pengambilan
top soil tanah terus
dikeringanginkan lalu (ditumbuk
jika perlu) diayak dengan
diameter (Ø) 0.5 cm hingga
diperoleh volume sesuai
kebutuhan (36 polybag a 2,5 kg =
90 kg). masing-masing polybag
diberi dengan pupuk kandang
masing-masing dosisnya sesuai
perlakuan dan diaduk dengan abu
vulkan sesuai perlakuan.
2).Penanaman dengan cara
membenamkan 1 setek kangkung
tiap polybag. Jarak tanam yang
dipakai adalah jarak tanam dalam
baris 20 cm dan jarak tanam
antar blok masing-masing 15 cm.
3).Pemupukan, caranya sebelum
tanam masing-masing polybag
diberi pupuk dengan dosis dan
dicampur merata dengan abu
vulkan sesuai perlakuan.
4). Pemeliharaan
a).Pengairan/penyiraman
dilakukan 2 hari sekali setiap
sore atau yang penting dijaga
kelembabannya yang baik
nampak segar.
b).Penyulaman dilakukan ketika
tanman berumur 1 minggu
untuk mengganti tanaman
yang tumbuhnya tidak
dikehendaki seperti bibit yang
pertumbuhannya jelek,
terserang hama/penyakit
secara nyata, bibit yang sudah
mati dengan cadangan
tanaman yang disediakan.
c).Penyiangan dilakukan untuk
membersihkan/menghilangkan
gulma yang dapat menjadi
pesaing dalam penggunaan
tempat, penyerapan unsure
hara, udara dan cahaya
matahari bahkan dapat sebagai
inang/perantara tersebarnya
hama/penyakit dengan cara
dicabut seperti padi-padian.
d).Pemberantasan hama/
penyakit, caranya dengan
membunuh dan atau
menyemprot ulat dan
belalang dengan pestisida
terhadap hama/penyakit yang
menyerang tanaman.
e). Panen & pengaturannya,
dilakukan caranya dengan
memotong tangkai daun umur
35 – 60 hari dengan interval 5
hari sekali.
Lokasi dan Waktu Kegiatan
Lokasi kegiatan di Green house
FP UNISRI Ds. Kadipira, Kec.
Banjarsari, Kota Surakarta dengan jenis
tanah Regosol dan waktunya bulan
Maret s/d Juni 2014.
Pengamatan
Pengamatan penelitian pada setiap
tanaman/polybag meliputi:
Pengaruh Dosis Pupuk Organik Dan Bobot
Abu Vulkan Kelud Terhadap Hasil Kangkung
Darat (Ipomea Reptans L. Poir) Pada Tanah Regosol ISSN :
Jurnal Agronomika Vol. 10 No. 01, Januari 2015 4
a. Tinggi tanaman
b. Jumlah daun
c. Panjang daun
d. Lebar daun
e. Berat segar seluruh tubuh
f. Berat kering seluruh tubuh.
Uji Statistik dan Evaluasi Hasil
Analisis hasil : Sidik ragam
dilanjutkan Uji Duncan’s dengan taraf
5% dan 1 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan pada
penelitian ini berikut hasil analisisnya
tersaji sebagai berikut :
1. Tinggi Tanaman
Pengaruh dosis pupuk
organic dan bobot abu vulkan sangat
nyata terhadap tinggi tanaman kakung
darat. Seterusnya untuk mengetahui
pangaruh lebih lanjut dengan uji
jarak berganda Duncan (Duncan
multiple range test/DMRT) pada taraf
nyata 5%, hasilnya terdapat pada
tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh bobot abu vulkan dan dosis pupuk organic terhadap
tinggi tanaman kangkung darat (cm).
Dosis pupuk organic
(kg/polybag)
Bobot abu vulkan (kg/polybag)
0 (V0) 0,5 (V1) 1,0 (V2)
0,0 (D0)
0,5 (D1)
1,0 (D2)
1,5 (D3)
30,99 pq
39,98 st
32,97 qr
25,53 p
48,51 u
39,62 st
36,96 qrs
38,95 rst
48,65 u
44,01 tu
35,26 qrs
44,51 tu
Keterangan :
Angka-angka yang diikuti huruf sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji
DMRT.
Hasil analisis DMRT yang terdapat
pada tabel 1 menunjukkan bahwa
kombinasi perlakuan dosis pupuk
organic 0 kg/polybag dan bobot abu
vulkan 0,5 kg/plybag berbepgaruh
nyata terhdap tinggi tanaman
kakngkung darat. Hasil ini sama
dengan perlakuan puuk organic 0
kg/polybag dan bobot abu vulkan 1
kg/polybag serta dosis pupuk organic
yang ditingkatkan menjadi 0,5
kg/polybag dan 1,5 kg/polybag
memberikan pengaruh sama
besarnya terhadap tinggi tanaman.
Dilain pihak pemberian bobot abu
vulkan 0 kg/polybag dengan dosis
pupuk organik yang berbeda – beda
dan bobot abu vulkan 0,5 kg/polybag
dengan dosis pupuk organic 0,5
kg/polybag dan 1,5 kg/polybag, serta
bobot abu vulkan 1,0 kg/polybag
dengan dosis pupuk organic 1
kg/polybag berbeda nyata
dibandingkan dengan kombinasi
terbaik dari perlakuan bobot abu
vulkan 0,5 kg/polybag dengan dosis
pupuk organic 0 kg/polybag maupun
perlakuan bobot abu vulkan 1
kg/polybag dengan dosis pupuk
organic 0,0; 0,5 dan 1,5 kg/polybag
terhadap tinggi tanaman pada
tanaman kakung darat. Adanya
perbedaan tinggi tanaman yang
nyata ini diduga oleh kebutuhan
Pengaruh Dosis Pupuk Organik Dan Bobot
Abu Vulkan Kelud Terhadap Hasil Kangkung
Darat (Ipomea Reptans L. Poir) Pada Tanah Regosol ISSN :
Jurnal Agronomika Vol. 10 No. 01, Januari 2015 5
tanaman kangkung darat terhadap
unsur hara penting telah tercukupi
oleh pemberian bobot abu vulkan 0,5
kg/polybag dengan dosis pupuk
organic 0 kg/polybag.
Diperolehnya hasil tersebut
menandakan bahwa pupuk organik
dapat menambah tersedianya bahan
makanan bagi tanaman yang dapat
diserap dari dalam tanah, disamping
itu pupuk organik mempunyai
pengaruh baik terhadap sifat fisik
dan kimia tanah serta sifat biologis
(mendorong aktivitas
mikroorganisme). Dengan demikian
berarti pupuk organik mempunyai
kemampuan dalam mengubah
berbagai faktor dalam tanah menjadi
faktor – faktor yang menjamin
kesuburan tanah yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan
perkembangan hasil tanaman (Suteja
dan Kartasapoetra, 1988); lebih
lanjut dilengkapi Musnawar (2004)
yaitu pupuk kandang / organik
mengandung unsur hara lengkap
yang dibutuhkan tanaman yakni
unsur hara makro primer seperti
nitrogen, fosfor dan kalium, serta
unsur hara makro sekunder seperti
kalsium, magnesium dan sulfur
disamping unsur hara mikro . Lebih
lanjut dikatakan bahwa unsur hara
fosfor lebih banyak bersumber dari
kotoran padat, sedangkan unsur
nitrogen dan kalsium sebagian besar
berasal dari kotoran cair. Kemudian
Lingga dan Marsono (2001)
menyatakan, bahwa unsur hara
nitrogen mempunyai pernaan
penting dalam merangsang
pertumbuhan vegetative tanaman
khususnya batang, cabang dan daun.
Sehingga jika unsur nitrogen
tersedia cukkup banyak dalam tanah
maka dapat meningkatkan protein
tanaman maupun semakin cepat pula
merubah sistematis karbohidrat
menjadi protoplasma yang
berperanan penting dalam
meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan hasil tanaman.
2. Panjang Daun
Pengaruh perlakuan bobot
abu vulkan dan dosis pupuk organic
tidak nyata terhadap panjang daun
tanaman kangkung darat. Kemudian
untuk mengetahui pangaruh lebih
lanjut digunakan uji jarak berganda
Duncan pada taraf nyata 5%,
hasilnya tersaji pada tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh bobot abu vulkan dan dosis pupuk organik terhadap
panjang daun tanaman kangkung darat (cm).
Dosis pupuk organic (kg/polybag)
Bobot abu vulkan (kg/polybag)
0 (V0) 0,5 (V1) 1,0 (V2)
0,0 (D0)
0,5 (D1)
1,0 (D2)
1,5 (D3)
11,71 p
12,35 p
12,68 p
10,72 p
15,32 p
13,95 p
12,52 p
11,21 p
13,49 p
12,45 p
12,74 p
13,85 p
Keterangan :
Angka-angka yang diikuti huruf sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji
DMRT.
Hasil analisis DMRT pada tabel 2,
menunjukkan bahwa kombinasi
perlakuan semua bobot abu vulkan
dengan perlakuan semua doses
pupuk organic memberikan
pengaruh tidak nyata terhadap
panjang daun. Hasil yang sama juga
ditunjukkan ketika doses pupuk
Pengaruh Dosis Pupuk Organik Dan Bobot
Abu Vulkan Kelud Terhadap Hasil Kangkung
Darat (Ipomea Reptans L. Poir) Pada Tanah Regosol ISSN :
Jurnal Agronomika Vol. 10 No. 01, Januari 2015 6
organic ditingkatkan dari 0, menjadi
0,5, 1,0 sampai 1,5 kg/polybag,
ternyata memberikan hasil yang
tidak berbeda nyata terhadap panjang
daun tanaman kangkung darat.
Sehingga dapat dinyatakan bahwa
kombinasi perlakuan bobot abu
vulkan dan perlakuan semua dosis
pupuk organik tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap panjang
daun tanaman kangkung darat.
3. Lebar Daun
Pengaruh perlakuan
bobot abu vulkan dan dosis pupuk
organic tidak nyata terhadap lebar
daun tanaman kangkung darat.
Kemudian untuk mengetahui
pangaruh lebih lanjut digunakan uji
jarak berganda Duncan pada taraf
nyata 5%, hasilnya tersaji pada tabel
3. Hasil analisis DMRT pada tabel 3,
menunjukkan bahwa kombinasi
pelakuan semua dosis pupuk organik
dan perlakuan semua bobot abu
vulkanik memberikan pengaruh
tidak berbeda nyata terhadap lebar
daun. Hasil yang sama juga
ditunjukkan ketika dosis pupuk
organik ditingkatkan dari 0 menjadi
0,5, 1,0 sampai 1,5 kg/polybag,
ternyata memberikan hasil yang
tidak berbeda nyaa juga terhadap
lebar daun pada tanaman kangkung
darat. Yang berarti pemberian
perlakuan semua bobot abu vulkan
dan perlakuan semua dosis pupuk
organik tidak memberikan pengaruh
berbeda nyata terhadap lebar daun
tanaman kangkung darat.
Tabel 3. Pengaruh bobot abu vulkan dan dosis pupuk organic terhadap lebar
daun tanaman kangkung darat (cm).
Dosis pupuk organic (kg/polybag)
Bobot abu vulkan (kg/polybag)
0 (V0) 0,5 (V1) 1,0 (V2)
0,0 (D0)
0,5 (D1)
1,0 (D2)
1,5 (D3)
2,78 p
2,96 p
2,95 p
2,42 p
3,34 p
3,12 p
3,19 p
3,01 p
3,59 p
3,24 p
3,31 p
3,22 p
Keterangan :
Angka-angka yang diikuti huruf sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji
DMRT.
Kondisi ini terjadi tidak terlepas dari
kandungan unsur hara N pada abu
vulkan G.Kelud (baru tahun 2014)
hampir tidak ada (Priyono, 2014)
dan kandungan nitrogen dalam
pupuk organik belum mampu
mendorong peningkatan hasil daun
(lebar daun). Hal ini menandakan
bahwa unsur Nitrogen yang
terkandung pada pupuk organik /
kandang secara umum tergolong
jauh lebih sedikit dibanding
kandungan N pupuk buatan (pupuk
yang sengaja dibuat untuk siap/cepat
mewmenuhi kebutuhan kebutuhan
pertumbuhan tanaman), yakni
menurut van Dijk (1952) kandungan
unsur hara pupuk kandang di
Indonesia ≤ 0.3 %; dan Sutejo (1999)
menyatakan kandungan N pada
pupuk buatan pabrik ≥ 10% .
4.Jumlah Daun
Pengaruh dosis pupuk
organic dan bobot abu vulkan sangat
nyata terhadap jumlah daun tanaman
kakung darat. Seterusnya untuk
mengetahui pangaruh lebih
gamblangnya dapat dilihat dengan
Pengaruh Dosis Pupuk Organik Dan Bobot
Abu Vulkan Kelud Terhadap Hasil Kangkung
Darat (Ipomea Reptans L. Poir) Pada Tanah Regosol ISSN :
Jurnal Agronomika Vol. 10 No. 01, Januari 2015 7
uji jarak berganda Duncan pada
taraf nyata 5%, hasilnya terdapat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh bobot abu vulkan dan dosis pupuk organic terhadap
jumlah daun tanaman kangkung darat (helai).
Dosis pupuk organic
(kg/polybag)
Bobot abu vulkan (kg/polybag)
0 (V0) 0,5 (V1) 1,0 (V2)
0,0 (D0)
0,5 (D1)
1,0 (D2)
1,5 (D3)
13,65 qr
14,35 rst
14,01 qrs
11,01 p
16,68 vw
16,66 vw
13,01 q
14.99 stu
15,65 uv
15,34 tu
13,66 qr
17,69 p
Keterangan :
Angka-angka yang diikuti huruf sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji
DMRT
Hasil analisis DMRT pada tabel 4
menunjukkan bahwa kombinasi
perlakuan bobot abu vulkanik 1.0
kg/polybag dan dosis pupuk organik
1.5 kg/polybag berpengaruh nyata
terhadap jumlah daun tanaman
kangkung darat. Hasil ini sama juga
pengaruhnya pada perlakuan bobot
abu vulkan 0,5 kg/polybag dengan
dosis pupuk organik 0 hingga 0.5
kg/polybag terhadap jumlah daun.
Tetapi ketika pemberian bobot abu
vulkan 0 kg/polybag dengan masingmasing
ke tiga perlakuan dosis
pupuk organik, dan perlakuan bobot
abu vulkan 0.5 kg/polybag dengan
dosis pupuk organik 1 hingga 1.5
kg/polybag, serta perlakuan bobot
abu vulkan 1 kg/polybag dengan
dosis pupuk organik 1.5 kh/polybag
berbeda nyata perbedaannya
dibanding dengan kombinasi terbaik
dari perlakuan bobot abu vulkan 1
kg/polybag dengan perlakuan dosis
pupuk organik 0 hingga 0.5
kg/polybag, serta perlakuan bobot
abu vulkan 0.5 kg/polybag dengan
pupuk organik 0 hingga 0.5
kg/polybag terhadap jumlah daun
pada tanaman kangkung darat
Jika melihat hasil di atas,
menunjukkan bahwa penambahan
pupuk organik cenderung dapat
menambah tersedianya bahan
makanan bagi tanaman untuk diserap
dari dalam tanah. Disamping pupuk
kandang mempunyai pengaruh
positif terhadap perbaikan sifat fisik,
kimia dan biologis tanah. Yang
berarti pupuk organik
berkemampuan mengubah berbagai
faktor dalam tanah menjadi faktor –
faktor yang menjamin kesuburan
tanah (Sutejo dan Kartasapoetra,
1988). Demikian pula pemberian
bahan yang mengandung nitrogen
cukup pada tanaman dapat menjamin
pertumbuhan yang baik dan
peningkatan hasil panen (Cahyono,
2003, Sarief, 1986).
5. Berat Segar Seluruh Tubuh Tanaman
Pengaruh dosis pupuk organic dan
bobot abu vulkan sangat nyata
terhadap berat segar seluruh tubuh
kakung darat. Seterusnya untuk
mengetahui pangaruh lebih lanjut
dengan uji jarak berganda Duncan
(Duncan multiple range test/DMRT)
pada taraf nyata 5%, hasilnya
terdapat pada tabel 5.Untuk lebih
lanjut digunakan uji jarak berganda
Duncan taraf 5%, hasilnya seperti
pada Tabel 5.
Pengaruh Dosis Pupuk Organik Dan Bobot
Abu Vulkan Kelud Terhadap Hasil Kangkung
Darat (Ipomea Reptans L. Poir) Pada Tanah Regosol ISSN :
Jurnal Agronomika Vol. 10 No. 01, Januari 2015 8
Tabel 5. Pengaruh bobot abu vulkan dan dosis pupuk organic terhadap
berat segar seluruh tubuh tanaman kangkung darat (kg).
Dosis pupuk organic (kg/polybag)
Bobot abu vulkan (kg/polybag)
0 (V0) 0,5 (V1) 1,0 (V2)
0,0 (D0)
0,5 (D1)
1,0 (D2)
1,5 (D3)
15,81 pq
19,34 pqr
16,35 pq
17,06 pq
27,52 st
17,85 pq
13,80 p
16,32 pq
29,92 t
21,80 qrs
20,.28 pqrs
26,27 rst
Keterangan :
Angka-angka yang diikuti huruf sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji
DMRT.
Sesuai analisis DRMT pada Tabel 5
menunjukkan bahwa kombinasi
perlakuan bobot abu vulkan 1
kg/polybag dan dosis pupuk organik
0 kg/polybag berpengaruh sangat
nyata terhadap berat segar seluruh
tubuh tanaman pada tanaman
kangkung darat. Hasil ini sama juga
pengaruhnya dengan perlakuan yang
sama dengan dosis pupuk organik
yang ditingkatkan menjadi 1.5
kg/polybag serta perlakuan bobot
abu vulkan 0.5 kg/polybag dengan
dosis pupuk organik 0 kg/polybag
terhadap berat segar seluruh tubuh
tanaman kangkung darat.
Tetapi jika pemberian bobot abu
vulkan 0 kg/polybag dengan masingmasing
dosis pupuk organik sesuai
ketiga perlakuan dan bobot abu
vulkan 0.5 kg/polybag dengan dosis
pupuk organik 0 kg/polybag yang
ditingkatkan menjadi 0.5 hingga 1.5
kg/polybag dan bobot abu vulkan 1
kg/polybag dengan dosis pupuk
organik 0.5 hingga 1 kg/polybag
berbeda nyata perbedaannya
dibanding dengan kombinasi terbaik
dari perlakuan bobot abu vulkan 1
kg/polybag dengan dosis pupuk
organik 0 hingga 1.5 kg/polybag,
dan perlakuan bobot abu vulkan 0.5
kg/polybag dengan dosis pupuk
organik 0 kg/polybag terhadap berat
segar seluruh tubuh tanaman
kangkung darat. Hal ini didukung
Sitompul dan Guritno (1995), bahwa
berat segar seluruh tubuh tanaman
selain ditentukan oleh ukuran organ
– organ tanaman yang dipengaruhi
oleh banyaknya timbunan asimilat,
juga ditentukan oleh kadar air dari
bagian – bagian tanaman itu sendiri
yang diserap akar.
6. Berat kering seluruh tubuh tanaman
Pengaruh dosis pupuk organic dan
bobot abu vulkan sangat nyata
terhadap berat kering seluruh tubuh
tanaman tanaman kakung darat.
Seterusnya untuk mengetahui
pangaruh lebih lanjut dengan uji
jarak berganda Duncan (Duncan
multiple range test/DMRT) pada
taraf nyata 5%, hasilnya terdapat
pada tabel 6.
Pengaruh Dosis Pupuk Organik Dan Bobot
Abu Vulkan Kelud Terhadap Hasil Kangkung
Darat (Ipomea Reptans L. Poir) Pada Tanah Regosol ISSN :
Jurnal Agronomika Vol. 10 No. 01, Januari 2015 9
Tabel 6. Pengaruh bobot abu vulkan dan dosis pupuk organic terhadap berat
kering seluruh tubuh tanaman kangkung darat (kg).
Dosis pupuk organic (kg/polybag)
Bobot abu vulkan
0 (V0) 0,5 (V1) 1,0 (V2)
0,0 (D0)
0,5 (D1)
1,0 (D2)
1,5 (D3)
1,53 p
1,84 q
1,68 pq
1,97 pq
2,85 rs
2,25 pqr
1,98 pq
2,48 qr
3,46 e
3,03 cd
2,97 cd
3,30 e
Keterangan :
Angka-angka yang diikuti huruf sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji
DMRT
Melihat hasil analisis DRMT pada
tabel 6 menunjukkan bahwa
kombinasi perlakuan bobot abu
vulkan 1 kg/polybag dan dosis
pupuk organik 0 kg/polybag
berpengaruh sangat nyata terhadap
berat kering seluruh tubuh tanaman
kangkung darat. Hasil ini sama juga
dengan perlakuan yang sama dengan
dosis pupuk organik yang
ditingkatkan menjadi 1.5 kg/polybag
terhadap berat kering seluruh tubuh
tanaman kangkung darat.
Hal ini menurut Prawiranata, dkk
(1981), bahwa berat kering seluruh
tubuh tanaman menunjukkan status
hara dari tanaman yang tergantung
dari laju fotosintesis dan respirasi
berupa bahan organik yang
dihasilkan sehingga makin
meningkat berat kering seluruh
tubuh tanaman (termasuk
berangkasan) menunjukkan
pertumbuhan vegetatif berjalan baik.
KESIMPULAN
Bedasarkan permasalahan dan hasil
penelitian menunjukkan bahwa kombinasi
perlakuan bobot abu vulkan 0,5
kg/polybag dengan dosis pupuk organik 0
s/d 0,5 kg/polybag maupun kombinasi
perlakuan bobot abu vulkan 1 kg/polybag
dengan dosis pupuk organik 0; 0.5 dan 1.5
kg/polybag memberikan pertumbuhan
tanaman kangkung darat lebih baik
dibandingkan dengan kombinasi perlakuan
bobot abu vulkan 0 kg/polybag dengan
semua dosis pupuk organik.
Peningkatan dosis pupuk organik
dari 0,5, hingga 1,5 kg/polybag tidak
berdampak merubah hasil menjadi lebih
baik lagi karena kombinasi bobot abu
vulkan 0,5 kg/polybag dengan dosis pupuk
organik 0 sampai 0,5 kg/polybag dan
bobot abu vulkan 1,0 kg/polybag dengan
dosis pupuk organik 0; 0,5 dan 1,5
kg/polybag pada tanah regosol
menandakan lebih efisien dan
menjanjikan.
Saran yang disampaikan kepada
petani di lingkungan Soloraya dalam
budidaya kangkung darat cukup
menggunakan bobot abu vulkan 0.5 hingga
1.5 kg/polybag walaupun tidak harus
disertai pemakaian pupuk organik.
Pengaruh Dosis Pupuk Organik Dan Bobot
Abu Vulkan Kelud Terhadap Hasil Kangkung
Darat (Ipomea Reptans L. Poir) Pada Tanah Regosol ISSN :
Jurnal Agronomika Vol. 10 No. 01, Januari 2015 10
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B, 2003, Teknik dan Strategi Budi Daya Sawi Hijau, Pustaka Nusantara, Ygy.
Harjowigeno, S.& Widiatmaka. 2011. Evaluasi Kesesuaian Lahan & Perencanaan Tata Guna
Lahan. GM University Press. Ygy.
Lingga dan Marsono, 2001, Petunjuk Penggunaan Pupuk, Penebar Swadaya, Jakarta.
Musnawar, E.I. 2004 Pupuk Organik Cair dan Padat, Pembuatn, Aplikasi, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Nazaruddin. 2000.Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah.Penebar
Swadaya. Jakarta.
Prawiranata, W. Said Hasan dan P Tjondronegoro, 1981. Dasar-dasar Fisiologi Tanaman,
Jilid II, Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Priyono. 2014. Studi Kasus Sebaran Abu Vulkan Pasca Erupsi G.Kelud 7-2-2014 di Seputar
Soloraya. FP UNISRI. Surakarta.
Sarief, S, 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian,Pustaka Buana, Bandung.
Setyaningrum, HW dan Cahyo Saparinto. 2011.Panen Sayur Secara Rutin di Lahan
Sempit.PS. Jkt.
Sunarjono, H.2003.Seri Agribisnis Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Supraptoharjo.1979.Jenis Tanah di Indonesia.Dokumen LPT Bogor.
Sutejo, MM dan Kartasapoetra. 1988. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina Aksara. Jkt.
--------------. 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jkt.
van Dijk. 1952 dalam Sutejo, MM. 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jkt.

No comments:

Post a Comment