Saturday, October 1, 2016

laporan praktikum aplikasi dan kalibrasi


BAB I
DASAR TEORI

Menurut Sudarmo (1991), pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan perkembangan atau pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma. Tanpa menggunakan pestisida akan terjadi penurunan hasil pertanian yang signifikan. Pestisida secara umum digolongkan beberapa jenis menurut organisme yang akan dikendalikan populasinya yaitu Insektisida, herbisida, fungsida dan nematisida digunakan untuk mengendalikan hama, gulma, jamur tanaman yang patogen dan nematoda.
Semua alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara penyemproan disebut alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme kerjanya, sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot yang dilakukan oleh nozzle, menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran yang sangat halus (droplet). Pada alat pengkabut (miss blower) dimasukkan kedalam pengertian sprayer. Fogging machine dan cold aerosol generator sebenarnya juga dapat dianggap sebagai sprayer. Banyak jenis alat penyemprot yang bisa digunakan, yaitu penyemprot gendong, pengabut bermotor tipe gendong (Power Mist Blower and Dust), mesin penyemprot tekanan tinggi (High Pressure Power Sprayer), dan jenis penyemprot lainnya. Penggunaan alat penyemprot ini disesuaikan dengan kebutuhan terutama yang berkaitan dengan luas areal pertanaman sehingga pemakaian pestisida menjadi efektif dan efisien (Sukma, Y. dan Yakup, 1991).
Alat yang digunakan dalam aplikasi pestisida tergantung formulasi yang digunakan. Pestisida yang berbentuk butiran untuk menyebarkannya tidak membutuhkan alat khusus, cukup dengan ember atau alat lainnya yang bisa dugunakan untuk menampung pestisida tersebut dan sarungtangan agar tangan tidak berhubungan langsung dengan pestisida. Pestisida berwujud cairan (EC) atau bentuk tepung yang dilarutkan (WP atau SP) memerlukan alat penyemprot untuk menyebarkannya. Sedangkan pestisida yang berbentuk tepung hembus bisa digunakan alat penghembus. Pestisida berbentuk fumigant dapat diaplikasikan dengan alat penyuntik, misalnya alat penyuntik tanah untuk nematisida atau penyuntik pohon kelapa untuk jenis insektisida yang digunakan memberantas penggerek batang (Djojosumarto, 2000). Pada dasarnya semua alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara penyemprotan disebut alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme kerjanya, sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot, yang dilakukan nozzle, menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran yang sangat halus.
Berdasarkan ketahanannya di lingkungan, maka pestisida dapat dikelompokkan atas dua golongan yaitu yang resisten dimana meninggalkan pengaruh terhadap lingkungan dan yang kurang resisten. Menurut Raini (2007) pestisida yang termasuk organoklorin termasuk pestisida yang resisten pada lingkungan dan meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui rantai makanan, contohnya DDT, Cyclodienes, Hexachlorocyclohexane (HCH), endrin. Pestisida kelompok organofosfat adalah pestisida yang mempunyai pengaruh yang efektif sesaat saja dan cepat terdegradasi di tanah, contohnya Disulfoton, Parathion, Diazinon, Azodrin, Gophacide, dan lain- lain (Manuaba, 2008).
Penyemprot gendong, baik yang otomatis atau semiotomatis dilengkapi dengan sabuk penggendong. Sabuk ini berfungsi untuk menaruh alat pada punggung penyemprot. Bagi penyemprot gendong otomatis, sebelum penyemprotan dimulai maka diperlukan pemompaan terlebih dulu. Pemompaan dilakukan berulang kali sampai tekanan di dalam tangki dianggap cukup dengan melihat manometer yang ada pada alat tersebut. Tekanan yang terlalu tinggi dikhawatirkan bisa meledak. Dan sebaliknya, apabila tekanan rendah maka air semprotan keluarnya tidak sempurna. Lain lagi cara penggunaan penyemprotan gendong semiotomatis, jenis penyemprot ini diperlukan pemompaan yang kontinyu.











BAB II
 METODOLOGI

2.1. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum acara Aplikasi Pestisida dan Kalibrasi dilakukan pada tanggal  4 Mei 2016 . Praktikum dimulai pada pukul 08.00 WIB, di UPT Pertanian, POLITEKNIK NEGERI JEMBER.

2.2.  Alat dan Bahan
2.2.1 Alat
1.      Alat semprot SWAN dan SOLO
2.      Alat tulis
3.       Ember plastik
4.      Penggaris atau meteran
5.      Gelas ukur 1000 ml
6.      Stopwatch

2.2.2 Bahan
1.      Air
2.      Dithane, Gandasil D, Bayer

2.3 Cara Kerja

2.3.1 Kalibrasi Peralatan
a.        Penentuan kecepatan curah semprot
1.      Memasukkan air ke dalam alat semprot dan melakukan pemompaan secukupnya kemudian melakukan penyemprotan ke dalam ember plastik selama 1 menit.
2.      Mengukur jumlah larutan yang keluar selama 1 menit dengan menggunakan gelas ukur.
3.      Mengulang prosedur di atas sebanyak 3 kali ulangan, selanjutnya menghitung kecepatan curah per-menit (A)



b.        Penentuan lebar penyemprotan
1.      Melakukan penyemprotan pada ketinggian nozel 40 cm dari muka paving ke permukaan paving yang kering.
2.      Mengukur lebar penyemprotan yang dihasilkan oleh nozel yang digunakan dengan mengukur jarak tepi ke tepi (B meter)

c.         Penentuan kecepatan jalan
1.      Meletakkan alat semprot di punggung dan melakukan penyemprotan sambil berjalan secara teratr sejauh 50 meter.
2.      Menghitung waktu yang diperlukan untuk menempuk jarak 10 mter dengan menggunakan stopwatch.
3.      Melakukan hal yang sama sebanyak 3 kali, kemudian menghitung rata-rata waktu yang diutuhkan untuk menempuh jarak tersebut.
4.      Menghitung kecepatan jalan (C meter/menit)












3.2    Pembahasan
Kalibrasi merupakan hal yang harus dilakukan ketika seorang akan melakukan pengendalian terhadap OPT menggunakan alat semprot. Karena pada setiap alat semprot memililki perbedaan volume yang keluar. Selain itu factor manusia juga dapat menyebaakan perubahan tersebut. Alat semprot yang menyebabkan perubahan adalah dari nozel, yang kemudian akan menyebabkan volume curah yang keluar, dan nozel menyebabkan perbedaan lebar gawang. Faktor dari manusia (penyemprot) yang menyebabkan perubahan adalah kecepatan jalan, karena setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, kemudian lebar gawang dan tekanan. Oleh karena itu kalibrasi diperlukan karena pertimbangan hal tersebut, dengan kalibrasi maka akan didapatkan volume air per hektar.
Pada pratikum ini dilakukan kalibrasi dengan menggunakan alat semprot punggung semi otomatis tuas atas. Pada awalnya dilakukan perhitungan kecepatan jalan dengan 3 ulangan dengan jarak 50 meter. Pertama yang dilakukan adalah mencari curah dalam satuan liter/menit yaitu dengan meyemprot dengan memasukkan air yang keluar pada gelas ukur dengan volume 1 liter kemudian didapatkan rata-rata dari 3 ulangan.. Tahap kedua adalah melakukan penghitungan kecepatan jalan sejauh 50 meter. Kecepatan dihitung dari jarak yang ditempuh dibagi dengan banyaknya waktu yang dihabiskan. Dari 3 ulangan didapatkan data kecepatan jalan.











BAB IV. PENUTUP

4.1    Kesimpulan
Berdasarkan  pratikum yang telah dilakukan dengan Pestisida dan Kalibrasi dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Tujuan utama dari kalibrasi adalah mencari volume air/ ha.
2.      Penyebab dilakukannya kalibrasi adalah adanya perubahan yang disebabkan dari nozel yang selanjutnya akan menyebabakan perubahan curah.
3.      Manusia juga merupakan salah satu faktor  penyebab perubahan yang disebabkan karena perbedaan kecepatan jalan dari masing-masing orang yang tidak sama, kemudian lebar gawang dan tekanan yang diberikan dari masing-masing orang juga tidak sama.

4.2    Saran
Sebaiknya sebelum melakukan aplikasi pestisida dilapangan dilakukan kalibrasi terlebih dahulu agar penggunaan dapat efektif dalam mengendalikan OPT sasaran. Selain itu kalibrasi juga akan menghemat biaya pengedalian karena jumlah pestida yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan.




















DAFTAR PUSTAKA

Djojosumarto, P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Djojosumarto, Panut. 2004. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Kartika, Yuyun. 2012. Faktor Risiko yang Berkaitan dengan Kejadian Keracunan Pestisida pada Petani Penyemprot Tanaman Bawang Merah di Desa Sengon Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes. Unnes Journal of Public Health 2 (1): 72-79.

Manuaba, I. B. P. 2008. Cemaran Pestisida Fosfat-Organik di Air Danau Buyan Buleleng Bali. Jurnal Kimia, 2(1): 7-14.

Parlyna, Ryna. 2011. Konsumsi Pangan Organik: Meningkatkan Kesehatan Konsumen. Econosains, 9(2): 157-165.

No comments:

Post a Comment