Friday, September 23, 2016

REVIEW JURNAL Kajian Frekuensi Pemberian Air Dan Macam Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kumis Kucing.



BAB I
DASAR TEORI

Pertumbuhan merupakan proses pertambahan volume dan jumlah sel yang mengakibatkan bertambah besarnya organisme. Pertambahan jumlah sel terjadi karena adanya pembelahan mitosis, dan bersifat irreversiabel artinya organisme yang tumbuh tidak akan kembali ke bentuk semula. Pertambahan jumlah sel terjadi karena adanya pembelahan mitosis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil interaksi antara faktor-faktor yang terdapat dalam tubuh organisme, seperti sifat genetika yang ada dalam gen dan hormon yang merangsang pertumbuhan. Perkembangan adalah suatu proses kemajuan yang terjadi secara berangsur-angsur dari kompleksitas rendah ke kompleksitas tinggi dan terjadi diferensiasi. Perkembangan dapat dinyatakan melalui berbagai cara, mulai dari bagian tertentu suatu tanaman sampai jumlah total perkembangan tanaman. Pada tanaman, aktifitas perkembangan yang vital ini banyak tumpang tindih. Pertumbuhan apikal pada ujung akar dan ujung batang mendahului morfogenesis dan diferensiasi. Tetapi pembesaran batang terjadi oleh karena pembesaran sel – sel setelah morfogenesis dan diferensiasi berlangsung.

Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan merupakan peristiwa kompleks yg melibatkan peroses perubahan bentuk (morfogenesis) dan biokimia dalam tubuh. Proses pertumbuhan satu tanaman di wilayah dari sebuah sel tunggal (zigot) yg mengalami pembelahan mitosis berulang-ulang menjadi embrio multiseluler dalam biji peroses ini di lannjutkan oleh perkecambahan. Dari ciri ini, pertumbuhan dapat di artikan suatu peningkatan ukuran yg sifatnya tidak dapat balik (irreuesible), serta di hasilkan dari pembelahan sel dan pembesaran sel. Parameter/ukuran yg bisa di gunakan pada proses pertumbuhan ialah volume, masa, panjang, lebar, atau tinggi tanaman.
Tumbuhan bertambah tinggi dan besar karena kegiatan titik tumbuhan primer (yg terletak pada ujung batang dan ujung akar) dan titik tumbuh sekunder. Pertumbuhan primer menyebabkan bertambah tingginya tanaman. Kegitan titik tumbuh sekunder (kambium) yg menyebebkan tumbuhan bertambah besar.
Pertumbuhan pada tanaman dimulai dengan pembelahan sel, pemanjangan dan deferensiasi yg terjadi pada daerah titik tumbuhan. Kecepatan bertambah panjang ujung batang dan ujung akar tumbuhan di tiap-tiap bagian tidak sama.
Parameter untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah :
  ukuran panjang, lebar atau luas,
  pertambahan massa atau berat
  meningkatnya tinggi tanaman, panjang, lebar, dan luas daun,
  berat kering masing-masing organ yang meliputi akar, batang, daun dan buah;
  jumlah sel dan konsentrasi kandungan kimia tertentu, yaitu asam nukleat, nitrogen terlarut, lipid, karbohidrat dalam jaringan dan organ.
  perkembangan akar, daun, dan batang.
  pembentukan dan perkembangan kuncup bunga, bunga, buah, dan biji
  pendewasaan struktur penyimpanan makanan dan penimbunan karbohidrat.



BAB II
HASIL REVIW JURNAL

Judul penelitian           : Kajian Frekuensi Pemberian Air Dan Macam Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kumis Kucing.
Penulis                         : Samanhudi, Endang Setia Muliawati, dan Esty Setyorani (FAPERTA UNS)


Latar belakang masalah           :
Banyak tumbuhan berkhasiat obat yang selama ini dibiarkan hidup secara liar pada era sekarang mulai intensif dibudidayakan. Kumis kucing merupakan salah satu jenis tumbuhan berkhasiat obat yang tumbuh secara liar dan umumnya ditanam hanya sebagai pagar hidup. Bagian tanaman kumis kucing yang dimanfaatkan sebagai obat yaitu daunnya. Beberapa zat yang terkandung di dalamnya antara lain orthosiponin glikosida, minyak atsiri, garam kalium dan juga sinensetin. Garam kalium berkhasiat diuretik dan peluruh batu ginjal, sedangkan sinensetin berkhasiat sebagai antibakteri (Badan POM RI, 2004).
Faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman adalah ketersediaan air dan unsur hara. Kekurangan atau pun kelebihan air dan unsur hara tertentu dapat menyebabkan terganggunya biosintesis protein dan klorofil, metabolisme sel, penurunan fotosintesis dan akhirnya menghambat pertumbuhan tanaman (Ernawati, 1996). Pemberian air serta pemupukan pada budidaya tanaman kumis kucing menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Hal ini berkaitan pula dengan efektivitas dan efisiensi pemberian air dan macam pupuk yang diberikan dalam budidaya kumis kucing. Percobaan ini diperlukan untuk mengetahui frekuensi penyiraman yang sesuai dan macam pupuk organik yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman kumis kucing secara maksimal.

Tujuan yang ingin dicapi jurnal
            mengkaji adakah interaksi antara frekuensi pemberian air dan macam pupuk organik serta pengaruhnya terhadadap pertumbuhan dan hasil tanaman kumis kucing.

Metode penelitian
            Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2008 bertempat di Rumah Kaca dan Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman Fakultas Pertanian UNS. Bahan yang digunakan pada penelitian adalah bibit tanaman kumis kucing umur ± 1 bulan, tanah latosol, pupuk kotoran kambing, pupuk kompos, pupuk kascing. Alat yang digunakan antara lain polybag, Chlorophyl meter, penggaris, timbangan, oven, gelas ukur, pisau, kertas label, cethok, plastik dan alat tulis.
Penelitian disusun secara faktorial dan diacak dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAKL) yang dikelompokkan berdasarkan jumlah ruas pada bibit tanaman, dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah frekuensi pemberian air terdiri atas 3 taraf yaitu :1 hari sekali, 2 hari sekali, 3 hari sekali (air diberikan hingga mencapai kapasitas lapang). Faktor kedua adalah macam pupuk organik terdiri atas 3 macam yaitu pupuk kotoran kambing, pupuk kompos (fine compost), pupuk kascing, sehingga didapatkan 9 kombinasi perlakuan yang diulang 3 kali. Pengamatan dilakukan secara destruktif pada 20, 40 dan 60 HST.
Tata laksana percobaan meliputi persiapan media tanam, penanaman, pemberian air, pemeliharaan dan panen. Variabel pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, kandungan klorofil, luas daun, berat kering total, berat simplisia. Data dari hasil pengamatan dianalisis dengan Uji F taraf 1% dan 5%, dan jika terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan’s (DMRT) taraf 5%. Selain itu, juga dilakukan uji korelasi untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel yang diamati.
Hasil penelitian

1. Tinggi Tanaman

pemberian air 1, 2, ataupun 3 hari sekali tidak berbeda pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman khususnya pada peningkatan tinggi.

Gambar 1. Pengaruh frekuensi pemberian air terhadap peningkatan tinggi tanaman kumis kucing umur 10-60 HST.
Perlakuan macam pupuk organik memberikan pola peningkatan tinggi tanaman disajikan dalam  (gambar 2). Dari gambar terlihat bahwa pupuk kascing memberikan pola peningkatan tinggi tanaman yang paling baik. Meskipun pada awal pertumbuhan (umur 10–30 HST) untuk masing–masing perlakuan memberikan pengaruh sama, namun pada 40 HST tanaman kumis kucing yang diberi perlakuan pupuk kascing mulai menunjukkan adanya peningkatan tinggi tanaman yang lebih tinggi sampai pada akhir pengamatan pada umur 60 HST. Dan Berdasarkan uji F perlakuan macam pupuk menunjukkan pengaruh yang sama terhadap tinggi tanaman. Begitu pula dengan perlakuan frekuensi pemberian air maupun interaksi kedua perlakuan, semuanya menunjukkan pengaruh yang sama.
Gambar 2. Pengaruh macam pupuk organik terhadap peningkatan tinggi tanaman kumis kucing umur 10-60 HST.



2. Jumlah Daun
Hasil pengamatan peningkatan jumlah daun menunjukkan frekuensi pemberian air memberikan pengaruh yang sama terhadap pola peningkatan jumlah daun. Pada gambar 3 terlihat semua perlakuan menunjukkan pola kurva sigmoid.
Gambar 3. Pengaruh frekuensi pemberian air terhadap peningkatan jumlah daun tanaman kumis kucing umur 10-60 HST.

Hasil pengamatan peningkatan jumlah daun dari perlakuan pemberian macam pupuk organik (Gambar 4) terhadap peningkatan jumlah daun juga menunjukkan bahwa masing–masing perlakuan memberikan pengaruh sama terhadap pola peningkatan jumlah daun. Namun pada Gambar 4, masing-masing perlakuan juga menunjukkan adanya kurva sigmoid.
            Berdasarkan hasil uji F, masing–masing perlakuan berpengaruh sama terhadap jumlah daun tanaman kumis kucing saat umur 60 HST, begitu pula dengan interaksinya. Berdasarkan analisis ragam tidak terdapat interaksi antara dua faktor perlakuan. Pada frekuensi pemberian air diasumsikan bahwa pemberian air 1, 2, hingga 3 hari sekali masih dapat memenuhi kebutuhan tanaman. Perlakuan macam pupuk juga tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah daun diduga karena dosis yang ditetapkan pada masing–masing pupuk telah dilakukan penyetaraan kandungan nitrogen. Berdasarkan uji korelasi, tidak ada hubungan antara peningkatan tinggi tanaman dengan peningkatan jumlah daun. Hal ini dikarenakan jumlah daun yang dihasilkan kumis kucing tergantung pada jumlah buku dan jumlah cabang.


3. Kandungan Klorofil
Tabel 1. Rerata kandungan klorofil kumis kucing umur 40 HST pada berbagai frekuensi
pemberian air Frekuensi pemberian air
Rerata
1 hari
55,82 b
2 hari
54,82 b
3 hari
60,94 a



Keterangan : Nilai-nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata
pada DMRT 5%. HST : Hari Setelah Tanam.

Hasil uji F menunjukkan antar kedua perlakuan tidak terjadi interaksi. Perlakuan macam pupuk tidak berpengaruh nyata. Namun, perlakuan frekuensi pemberian air memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kandungan klorofil kumis kucing pada umur 40 HST. Rerata kandungan klorofil tertinggi dihasilkan oleh perlakuan pemberian air 3 hari sekali. Hasil percobaan ini menunjukkan pada umur 40 HST pemberian air yang semakian lama frekuensinya mampu meningkatkan kandungan klorofil. Hal ini berlawanan dengan pernyataan Gardner et al. (1991) bahwa sintesis klorofil dibatasi oleh kekurangan air. Diduga pada percobaan ini, pemberian air 3 hari sekali merupakan kondisi optimum bagi tanaman kumis kucing pada umur 40 HST.


4. Luas Daun
Gambar 4. Histogram rerata luas daun total


5.BeratSimplisia
Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan.
Gambar 7. Histogram rerata berat simplisia
Hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan frekuensi pemberian air dan macam pupuk kandang memberikan pengaruh yang sama dan tidak terjadi interaksi. rata–rata berat tertinggi dihasilkan oleh pemberian pupuk kotoran kambing dan pemberian air 1 hari sekali, sedangkan rata–rata berat terendah dihasilkan oleh pemberian pupuk kompos dan pemberian air 2 hari sekali. Simplisia kumis kucing diambil pada bagian pucuk tanaman sekitar 4-5 ruas. Pemetikan dari pucuk hingga pasangan daun ke-5 masih memenuhi persyratan mutu yang ditetapkan (Rusli dan Nasution, 1979 cit Sudiarto et al, 1996). Faktor-faktor yang mempengaruhi berat simplisia adalah jumlah tunas samping dan cabang yang terbentuk dari tunas samping.

No comments:

Post a Comment