BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Di Indonesia
perkembangan pertanian menunjukan kemajuan yang semakin pesat, namun demikian,
banyak segi yang secara langsung atau tidak langsung dapat memacu pertumbuhan
gulma, seperti penanaman dalam baris, jarak tanam yang lebar, mekanisasi,
pengairan, penggunaan bahan-bahan kimia berupa pupuk dan pestisida. Berarti
dengan meningkatnya intensifikasi pertanian maka masalah gulma tidaklah semakin
ringan, tetapi justru semakin berat. Keadaan suhu yang relatif tinggi, cahaya
matahari yang melimpah, dan curah hujan yang cukup untuk daerah tropik juga
mendorong gulma untuk tumbuh subur. Akibatnya gulma menjadi masalah dalam
budidaya tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, perairan dan lahan non
pertanian lainnya.
Gulma antara lain
didefinisikan sebagai tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak
dikehendaki menusia. Hal ini berarti tumbuhan tersebut merugikan baik secara
langsung atau tidak langsung, atau bahkan kadang-kadang juga belum diketahui
kerugian atau kegunaannya. Oleh karena itu, batasan untuk gulma ini sebetulnya
sangat luas sehingga dapat mencakup semua jenis tanaman dalam dunia
tumbuh-tumbuhan. Jenis gulma yang tumbuh biasanya sesuai dengan kondisi
perkebunan. Misalnya pada perkebunan yang baru diolah, maka gulma yang dijumpai
kebanyakan adalah gulma semusim, sedang pada perkebunan yang elah lama
ditanamai, gulma yang banyak terdapat adalah dari jenis tahunan.
Kehadiran gulma
pada lahan pertanian atau pada lahan perkebunan dapat menimbulkan
berbagai masalah. Secara umum masalah-masalah yang ditimbulkan gulma pada
lahan tanaman budidaya ataupun tanaman pokok adalah sebagai berikut.
1. Terjadinya
kompetisi atau persaingan dengan tanaman pokok (tanaman budidaya)
dalam hal: penyerapan zat makanan atau unsur-unsur hara di dalam
tanah, penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang tempat tumbuh.
2. Sebagian
besar tumbuhan gulma dapat mengeluarkan zat atau cairan yang
bersifat toksin (racun), berupa senyawa kimia yang dapat mengganggu dan
menghambat pertumbuhan tanaman lain disekitarnya. Peristiwa tersebut dikenal
dengan istilah allelopati.
3. Sebagai tempat
hidup atau inang, maupun tempat berlindung hewan-hewan kecil, insekta dan hama
sehingga memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat berkembang biak dengan baik.
Akibatnya hama tersebut akan menyerang dan memakan tanaman pokok ataupun
tanaman budidaya.
4. Mempersulit
pekerjaan diwaktu panen maupun pada saat pemupukan.
5. Dapat menurunkan
kualitas produksi (hasil) dari tanaman budidaya, misalnya dengan
tercampurnya biji-biji dari gulma yang kecil dengan biji tanaman
budidaya.
1.2. Tujuan
1. Mengetahui spesies gulma yang tumbuh
mengganggu dan bersaing dengan tanaman budidaya
2. Mengetahui jenis jenis gulma yang
menyerang tanaman
BAB 2
TINJAUAN
PUSTAKA
Keadaan suhu yang
relatif tinggi, cahaya matahari yang melimpah, dan curah hujan yang cukup untuk
daerah tropik juga mendorong gulma untuk tumbuh subur. Akibatnya gulma
menjadi masalah dalam budidaya tanaman pangan, perkebunan, hortikultura,
perairan dan lahan non pertanian lainnya (Sukman, 1991).
Berbeda dengan hama dan penyakit tanaman,
pengaruh yang diakibatkan oleh gulma tidak terlihat secara langsung dan
berjalan lambat. Namun, kebutuhan unsur hara, air, sinar matahari, udara, dan
rung tumbuh, gulma mampu berkompetensi kuat.(Emanuel. 2003)
Gulma terhadap pertanaman merupakan tanaman
pesaing bagi tanaman budidaya. Persaingan tersebut bisa berupa persaingan
untuk mendapatkan nutrisi, air, cahaya, ruang dan adanya peristiwa allelopati.
Gulma bersaing untuk hidup dengan lingkungannya baik di atas maupun di bawah
tanah (Moenandir, 1998).Gulma terhadap pertanaman merupakan tanaman pesaing
bagi tanaman budidaya. Persaingan tersebut bisa berupa persaingan untuk
mendapatkan nutrisi, air, cahaya, ruang dan adanya peristiwa allelopati.
Gulma bersaing untuk hidup dengan lingkungannya baik di atas maupun di bawah
tanah (Moenandir, 1998).
Menurut Sastroutomo
(1990), gulma memiliki definisi tertentu yang didefinisi secara subjektif dan
definisi ekologis. Beberapa definisi subjektif adalah:
1. Merupakan
tumbuhan yang tidak dikehendaki manusia.
2. Semua
tumbuhan selain tanaman budidayanya.
3. Tumbuhan yang
masih belum diketahui manfaatnya.
4. Tumbuhan yang
mempunyai pengaruh negatif terhadap manusia baik secara langsung maupun tidak
langsung.
5. Tumbuhan yang
hidup di tempat yang tidak diinginkan.
Berdasar sifat morfologinya, gulma dibedakan
menjadi gulma berdaun sempit (grasses), gulma teki-tekian (sedges), gulma
berdaun lebar (broad leaves), dan gulma pakis-pakisan (ferns).
Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat
dibedakan menjadigulma semusim (annual weeds), gulma semusim (biannual weeds),
dan gulma tahunan (prennial weeds). Berdasarkan habitat tumbuhnya gulma dapat
dibedakan menjadi gulma air (aquatic weeds) dan gulma daratan (terestrial weeds)
Berdasarkan pengaruh terhadap tanaman
dibedakan menjadi gulma kelas A, B, C, D dan E. (Emanuel. 2003)
Identifikasi gulma dapat ditempuh dengan satu
cara atau kombinasi dari cara-cara di bawah ini (Tjitrosudiro, 1984):
1. Membandingkan gulma
tersebut dengan material yang sudah ada (herbarium).
2. Konsultasi langsung
dengan para ahli dibidang yang bersangkutan.
3. Mencari sendiri melalui
kunci identifikasi.
4. Membandingkan dengan
determinasi yang telah ada.
5. Membandingkan dengan
ilustrasi yang telah tersedia.
Bagian-bagian yang
hasrus diperhatikan untuk memperoleh efisiensi pendataan vegetasi diantaranya
adalah: keadaan geologi tanah, topografi, dan data-data sebelumnya serta
fasilitas kerja atau keadaan seperti peta,lokasi yang dicapai, waktu yang
tersedia dan sebagainya
Vegetasi menggambarkan perpaduan berbagai
jenis tumbuhan suatu wilayah atau daerah. Suatu analisis vegetasi kadang kala
dibagi menjadi beberapa komunitas yang tumbuh bersama dalam satu
wilayah.komunitas tumbuhan (asosiasi) sering kali digunakan oleh ahli
ekologi untuk menjelaskan suatu vegetasi di sustu wilayah.Sifat dasar yng harus
dimiliki oleh oleh komunitas tumbuhan adalah :
a.
Mempunyai komposisi floristic yang tetap
b. Fisiognonomi
(struktur ,tinggi, penutupan\,tasjuk daun, dan sebagainya.)
Keberadaan gulma pada
areal pertanaman budidaya dapat menimbulkan kerugian baik dari segi kuantitas
maupun kualitas produksi. Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma diantaranya
penurunan hasil pertanian akibat persaingan atau kompetisi dalam perolehan
sumber daya (air, udara, unsur hara, dan ruang hidup), menjadi inang hama dan
penyakit, dapat menyebabkan tanaman keracunan akibat senyawa racun yang
dimiliki gulma (alelopati), menyulitkan pekerjaan lapangan dan dalam pengolahan
hasil serta dapat merusak atau menghambat penggunaan alat pertanian. Kerugian –
kerugian tersebut merupakan alasan kuat mengapa gulma harus dikendalikan
(Hamid, 2010).
Gulma dapat
diklasifikasikan menurut morfologinya menjadi beberapa golongan, yaitu golongan
rerumputan (grasses), berdaun lebar (broad leaf) dan teki-tekian
(sedges). Beberapa definisi yang termasuk kelompok ini adalah (Sukman,
1991) :
1. Tumbuhan yang tidak
dikehendaki manusia.
2. Semua tumbuhan selain
tanaman budidaya, sebagai contohnya selain tanaman padi di sawah yang sengaja
ditanaman tumbuhan lainnya dianggap gulma.
3. Tumbuhan yang belum
diketahui manfaatnya.
4. Tumbuhan yang mempunyai
pengaruh negatif pada manusia baik secara langsung maupun tidak dan lain
sebagainya.
5. Mempunyai daya saing / daya
kompetisi yang tinggi terhadap tanaman pokok.
6. Dapat menjadi inang
sementara bagi penyakit atau parasit tanaman utama.
7. Menghambat kelancaran
aktivitas manusia.
Perkembangbiakan gulma
sangat mudah dan cepat, baik secara generatif maupun secara vegetatif. Secara
generatif, biji-biji gulma yang halus, ringan, dan berjumlah sangat banyak
dapat disebarkan oleh angin, air, hewan, maupun manusia. Perkembangbiakan
secara vegetatif terjadi karena bagian batang yang berada di dalam tanah akan
membentuk tunas yang nantinya akan membentuk tumbuhan baru.
Demikian juga, bagian
akar tanaman, misalnya stolon, rhizomma, dan umbi, akan bertunas dan membentuk
tumbuhan baru jika terpotong-potong (Barus, 2003).
Gulma mengakibatkan
kerugian-kerugian yang antara lain disebabkan oleh:
1. Persaingan antara
tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan berproduksi, terjadi persaingan
dalam pengambilan air, unsur- unsur hara dari tanah, cahaya dan ruang lingkup.
2.
Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih oleh biji-
biji gulma.
3.
Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang beracun bagi
tanaman yang lainnya, sehingga merusak pertumbuhannya.
4. Gangguan kelancaran pekerjaan
para petani, misalnya adanya duri- duri Amaranthus spinosus, Mimosa
spinosa diantara tanaman yang diusahakan.
5. Perantara atau sumber
penyakit atau hama pada tanaman, misalnya Lersia hexandradan Cynodon
dactylon merupakan tumbuhan inang hama ganjur pada padi.
6. Gangguan kesehatan
manusia, misalnya ada suatu gulma yang tepung sarinya menyebabkan alergi.
7. Kenaikan ongkos- ongkos
usaha pertanian, misalnya menambah tenaga dan waktu dalam pengerjaan tanah,
penyiangan, perbaikan selokan dari gulma yang menyumbat air irigasi.
8. Gulma air mengurangi
efisiensi sistem irigasi, yang paling mengganggu dan tersebar luas ialah eceng
gondok (Eichhornia crssipes). Terjadi pemborosan air karena penguapan
dan juga mengurangi aliran air. Kehilangan air oleh penguapan 7,8 kali lebih
banyak dibandingkan dengan air terbuka.
Identifikasi gulma
adalah suatu metode pengenalan gulma dengan cara menentukan nama botani dan
takson gulma yang akan dikenali. Dalam melakukan identifikasi gulma diperlukan
pengetahuan dasar ilmu botani, alat bantu seperti buku pedoman identifikasi,
herbarium, dan sebagainya, serta latihan keterampilan (Sembodo, 2010).
BAB III
METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum gulma di
laksanakan gedung produksi pertanian lantai 2.
3.2 Alat dan Bahan
A.
Alat
v Pisau
v Kertas hvs
v Penggaris
v Buku literature
v Hp
B.
Bahan
v Gulma daun lebar
3.3 Prosedur Kerja
1.
Lakukan pengkoleksian gulma pada tanaman hortikultura disekita
gedung produksi pertanian polije
2.
Lakukan identifikasi dengan bantuan gambar,buku-buku penunjang
atau literature
3.
Dokumentasikan dengan pemotretan menggunakan kamera kemudian
sajikan dalam bentuk laporan dengan format terlampi
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4. golongan rumput
|
v Nama latin:Paspalum conjugatum
v Nama daerah:rumput pahit
v Golongan :Rumput
v Cirri-ciri:menjalar,daun berbentuk lanset,warna kuning muda dan hijau
v Alat
perkembangbiakan:stolon dan biji
v Jenis gulma:Darat
|
|
4.2 pembahasan
conjugatum merupakan gulma yang dapat merusak tanaman karena berkompeetisi mengambil cadangan makanan nama latin yaiti Paspalum conjugatum biasa dikenal di daerah- daerah yaitu rumput pahit atau rumput paitan termasuk golongan rumput ciri"nya menjalar,daun berbentuk lanset,warna kuning muda dan hijau berkembang dengan biji dikarenakan punya bunga dan stolon biasanya jenis gulma tersebut ada di darat
BAB 5
PENUTUP
kesimpulan
dapat di simpulkan bahwa gulma mengakibatkan kerugian-kerugian yang antara lain disebabkan oleh:
1. Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan berproduksi, terjadi persaingan dalam pengambilan air, unsur- unsur hara dari tanah, cahaya dan ruang lingkup.
2. Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih oleh biji- biji gulma.
3. Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang beracun bagi tanaman yang lainnya, sehingga merusak pertumbuhannya.
4. Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya adanya duri- duri Amaranthus spinosus, Mimosa spinosa diantara tanaman yang diusahakan.
5. Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman, misalnya Lersia hexandradan Cynodon dactylon merupakan tumbuhan inang hama ganjur pada padi.
6. Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma yang tepung sarinya menyebabkan alergi.
7. Kenaikan ongkos- ongkos usaha pertanian, misalnya menambah tenaga dan waktu dalam pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan selokan dari gulma yang menyumbat air irigasi.
8. Gulma air mengurangi efisiensi sistem irigasi
DAFTAR PUSTAKA
suhartiningsih niniek,2016.Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman ,politeknik negeri jember,jember
No comments:
Post a Comment