II. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengklasifikasian makhluk hidup
didasarkan pada banyaknya persamaan dan perbedaan, baik morfologi, fisiologi
maupun anatominya. Makin banyak persamaan di antara makhluk hidup makin dekat
kekerabatannya, makin sedikit persamaan makhlik hidup dikatakan makin jauh
kekerabatannya.
Untuk dapat
mengklasifikasikan, perlu dilakukan determinasi ataupun identifikasi,
Determinasi merupakan upaya membandingkan suatu tumbuhan dengan satu tumbuhan lain
yang sudah dikenal sebelumnya (dicocokkan atau dipersamakan). Karena di dunia
ini tidak ada dua benda yang identik atau persis sama, maka istilah determinasi
(Inggris to determine = menentukan, memastikan) dianggap lebih tepat daripada
istilah identifikasi (Inggeris to identify = mempersamakan(Anonim, 2008)
Klasifikasi tumbuhan
pada dasarnya merupakan pembentukan kelompok-kelompok dari seluruh tumbuhan
yang ada di bumi ini hingga dapat disusun ke dalam takson-takson secara teratur
mengikuti suatu hierarki. Sifat-sifat yang dijadikan dasar dalam mengadakan
klasifikasi berbeda-beda tergantung orang yang mengadakan klasifikasi dan
tujuan yang ingin dicapai dengan pengklasifikasian itu. Takson yang terdapat
pada tingkat takson (kategori) yang lebih rendah mempunyai kesamaan sifat lebih
banyak daripada takson yang terdapat pada tingkat takson (kategori) di atasnya.
Perbedaan antara istilah takson dengan kategori yaitu istilah takson yang
ditekankan adalah pengertian unit atau kelompok yang mana pun, sedangkan istilah
kategori yang ditekankan adalah tingkat atau kedudukan golongan dalam suatu
hierarki tertentu.
Untuk mendeterminasi
tumbuhan pertama sekali yang perlu dilakukan adalah adalah mempelajari sifat
morfologi tumbuhan tersebut. Cirri-ciri morfologis yang digunakan dalam
klasifikasi ialah bagian vegetatif atau bagian yang ada kaitannya dengan
reproduksi. Contoh bagian vegetatif antara lain yaitu ada tidaknya jaringan
pembuluh, macam serta kedudukan daun, dn cirri-ciri organ lainnya. Pada
umumnya, struktur reproduktif lebih luas penggunaannya dibandingkan dengan
struktur vegetatif. Banyak studi tentang morfologi tumbuhan memperlihatkan
bahwa struktur yang berhubungan dengan alat reproduktif ternyata hanya sedikit
yang mengalami perubahan selama evolusi dibandingkan dengan struktutr
vegetatif(Tjitrosomo, 1984). Setelah dilakukan pengamatan terhadap cirri-ciri
morfologi, langkah selanjutnya adalah membandingkan atau mempersamakan
ciri-ciri tumbuhan tadi dengan tumbuhan lainnya yang sudah dikenal
identitasnya, dengan menggunakan salah satu cara berikut diantaranya yaitu
ingatan, bantuan ahli, specimen acuan, pustaka, computer.(Anonimous, 2007):
Biasanya, proses determinasi akan lebih
mudah jika menggunakan kunci determinasi. Kunci determinasi merupakan suatu
alat yang diciptakan khusus untuk memperlancar pelaksanaan pendeterminasian
tumbuh-tumbuhan. Kunci determinasi dibuat secara bertahap, sampai bangsa
saja, suku, marga atau jenis dan seterusnya. Ciri-ciri tumbuhan disusun
sedemikian rupa sehingga selangkah demi selangkah si pemakai kunci dipaksa
memilih satu di antara dua atau beberapa sifat yang bertentangan,begitu
seterusnya hingga akhirnya diperoleh suatu jawaban berupa identitas tumbuhan
yang diinginkan(Anonimous, 2007).
A. Tujuan
1. Mengenal nama jenis tumbuhan yang
tergolong tumbuhan tingkat rendah.
2. Mengenal nama jenis tumbuhan yang
tergolong tumbuhan tingkat tinggi.
III. BAHAN DAN ALAT
A.
Bahan.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah: tumbuhan hasil eksplorasi
di lapangan.
B.
Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah: loup (kaca pembesar), buku
kunci determinasi dan alat tulis.
IV. PROSEDUR PRAKTIKUM
Prosedur Praktikum
1.
Tumbuhan yang telah dikoleksi dibuat catatan selengkap mungkin.
2.
Tumbuhan di candra dengan baik. Lakukan dengan menggunakan kunci
determinasi sampai diketahui nama familinya.
3.
Daria beberapa karakter yang diamati, maka dapat diketahui sesuai dengan
pertanyaan a ataukah b. pada akhir pertanyaan didapatkan nomor baru yang
menunjukan arah berikutnya, dan seterusnya. Yang akhirnya akan ditemukan sebuah
nama familia.
4.
uraian atau deskripsi tentang familia dibaca dengan teliti dan bandingkan
uraian tersebut dengan tanamannya, untuk meneliti apakah uraian tersbut cocok.
5.
Mulailah dengan tabel untuk menentukan nama genus, dan seterusnya sehingga
ditemukan nama spesiesnya.
6.
pada akhir kegiatan, cantumkan tanah asal, tempat timbuh dan tinggi letak
diatas permukaan laut serta nama daerahnya.
V. HASIL PENGAMATAN
Dari pengamatan melalui determinasai
berdasarkan kunci determinasi pada buku karya Dr. C.G.G.J. van Steenis “FLORA
Untuk Sekolah di Indonesia” (1981) terhadap tumbuhan hasil eksplorasi,
diperoleh data sebagai berikut:
1. Caesalpinia pulcherrima diperoleh dengan
menelusuri kunci determinasi sebagai berikut:
1b:Tumbuhan dengan bunga sejati, sedikitdikitnya
dengan benang sari dan (atau) putik. Tumbuh-tumbuhan berbunga …………………………….2
2b:Tiada alat pembelit. Tumbuh-tumbuhan dapat juga
memanjat atau membelit (dengan batang, poros daun atau tangkai daun)…..……….…3
3b:Daun tidak berbentuk jarum ataupun tidak terdapat
dalam berkas tersebut diatas……………………………………...……………………4
4b:Tumbuh-tumbuhan tidak menyerupai bangsa rumput.
Daun dan (atau) bunga berlainan dengan yang diterangkan
diatas……,,,,,,,,,,,,……..…..6
6b:Dengan daun yang jelas……………………………………………..….7
7b:Bukan tumbuh-tumbuhan bangsa palem atau yang
menyerupainya……9
9b:Tumbuh-tumbuhan tidak memanjat dan tidak
membelit………………10
10b:Daun tidak tersusun sedemikian rapat menjadi
rozet…………..……11
11b:Tidak semikian. Ibu tulang daun dapat dibedakan
jelas dari jarring urat daun dan dari anak cabang tulang daun yang kesamping
dan yang serong ke atas………………………………………………………….12
12b:Tidak semua daun duduk dalam karangan atau tidak
ada daun sama sekali…………………………………………………………………..13
13b:Tumbuh-tumbuhan berbentuk lain………………………………..….14
14a:Daun tersebar, kadang-kadang sebagian
berhadapan………..………15
15a:Daun tunggal, tetapi tidak berbagi menyirip
rangkap sampai bercangap menyirip rangkap (golongan 8)……………………………………....109
109b:Tanaman daratan (atau tumbuh) diantara tanaan
bakau…………119
119b:Tanaman lain………………………………………………………120
120b:Tanaman tanpa getah…………………………………………..….128
128b:Daun lain. Bukan rumput-rumputan yang merayap,
dan mudah berakar……………………………………………………………….129
129b:Tidak ada upih daun yang jelas, paling-paling
pangkal daun sedikit atau banyak mengelilingi batang………………………………….….135
135a:Daun berbentuk kupu-kupu, berlekuk dua. 59
Caesalpiniaceae.
Selanjutnya berdasarkan kunci determinasi khusus Famili Caesalpiniaceaeditelusuri
sebagai berikut:
1a:Daun setidak-tidaknya sebagian menyirip
rangkap……………………..2
2b:Ranting dan daun tidak berduri atau
berduri temple atau hanya beberapa duri temple. Pohon atau perdu
yang tegak………………………….…3
3b:Kepala putik kecil. Polongan
bersayap………………………………….4
4b:Taju kelopak tidak sama, tidak berbentuk garis,
tumpul atau membulat tidak berdaging. Daun mahkota lebih pendek daripada 3
cm…..1. Caesalpinia
Selanjutnya berdasarkan kunci determinasi khusus genus Caesalpinia ditelusuri
sebagai berikut:
1a:Anak tangkaibunga 3,5-10 cm. benag sari dua kali lebih
panjang daripada mahkota, polongan tidak berduri temple...Caesalpinia
pulcherrima
2. Asplenium belangeri diperoleh dengan
menelusuri kunci determinasi sebagai berikut:
1a:Tumbuh-tumbuhan tidak dengan bunga sejati, artinya
tidak ada benang sari atau putik dan perhiasan bunga. Tumbuh-tumbuhan
berspora…...17
17b:Tumbuh-tumbuhan darat atau rawa, berakar
ditanah…………...……18
18b:Daun-daun lain macamnya
..............................………………………19
19b:Daun lebih besar dan lain bentuknya. Bagian yang
fertile berbentuk bulir atau tidak. Sporangia tidak demikian
letaknya…….…………....22
22b:Tumbuh-tumbuhan lain; tidak ada bagian yang
fertile yang berbentuk bulir….………………………………………………………………..23
23b:Daun fertile tidak demikian………………………………………….24
24b:Daun lain………………………………………………………….….25
25b:Paku lainnya………………………………………………………….26
26b:Paku lainnya…………………………………..…….11. Polypodiaceae
Selanjutnya berdasarkan kunci determinasi khusus
Famili Polypodiaceae ditelusuri sebagai berikut:
1b:Sporangia terkumpul menjadi timbunan spora (sori)
yang jelas, bulat atau berbentuk garis (kadang-kadang terkumpul rapat);
mempunyai atau tak mempunyai selaput penutup………………………………………..….5
5b:Sori sedikit atau banyak tertutupoleh suatu selaput
penutup khusus atau oleh tepi daun yang menggulung………………………………………….10
10a:Sori terdapat agak berjarak daripada tepi
daun…………………….....11
11b:Sori berbentuk garis seperti selaput penutupnya,
yang terikat hanya pada satu sisi………………………………………………………………12
12b:Sori terdapat diatas tulang daun lateral yang
merupakan percabangan melintang daripada ibu tulang daun….11. Asplenium
3. Arachis hypogea tidak
dideterminasi berdasarkan kunci determinasi, namun dibandingkan dengan pustaka
karena tanaman tersebut sudah cukup familiar.
4. Pogonatum cirrhatum tidak
dideterminasi berdasarkan kunci determinasi, namun dibandingkan dengan gambar
yang terdapat pada buku Taksonomi Tumbuhan karya Gembong Tjitrosoepomo (1994).
II. PEMBAHASAN
Tumbuhan tingkat
rendah atau biasa dikenal dengan istilah Cryptogamae merupakan semua tumbuhan
kecuali gimnofita dan tumbuhan berbunga, karena organ reproduksi tumbuhan ini
tidak menonjol seperti pada kelompok tumbuhan berbunga. Sedangkan tumbuhan
tingkat tinggi atau biasa dkenal dengan istilah Phanaerogamae merupakan
tumbuhan yang memiliki biji dan bunga dengankata lain, organ reproduksinya
tampak jelas.
Berdasarkan cara
penyusunan sifat-sifat yang harus dipilih maka dikenal tiga macam kunci
determinasi, yaitu kunci perbandingan, kunci analisis dan sinopsis. Kunci
determinaasi yang digunakan pada praktikum ini adalah kunci analisis. Kunci
analisis merupakan kunci yang paling umum digunakan dalam pustaka. Kunci ini
sering juga disebut kunci dikotomi sebab terdiri atas sederetan bait atau
kuplet. Setiap bait terdiri atas dua (atau adakalanya beberapa) baris yang disebut
penuntun dan berisi ciri-ciri yang bertentangan satu sama lain. Untuk
memudahkan pemakaian dan pengacuan, maka setiap bait diberi bernomor, sedangkan
penuntunnya ditandai dengan huruf(Anonim, 2007)
Pemakai kunci analisis
harus mengikuti bait-bait secara bertahap sesuai dengan yang ditentukan oleh
penuntun. Dengan mempertentangkan ciri-ciri yang tercantum dalam
penuntun-penuntun itu akhirnya hanya akan tinggal satu kemungkinan dan kita
dituntun langsung pada nama takson yang dicari. Kunci analisis dibedakan
menjadi dua macam berdasarkan cara penempatan bait-baitnya yaitu kunci bertakik
(kunci indent) dan kunci parallel. Pada kunci bertakik maka penuntun-penuntun
yang sebait ditakikkan pada tempat tertentu dari pinggir (menjarak pada jarak
tertentu dari pinggir), tapi letaknya berjauhan. Di antara kedua penuntun itu
ditempatkan bait-bait takson tumbuhan, dengan ditakikkan lebih ke tengah lagi
dari pinggir yang memenuhi ciri penuntun pertama, juga dengan penuntun-penuntun
yang dipisah berjauhan. Dengan demikian maka unsure-unsur takson yang mempunyai
ciri yang sama jadi bersatu sehingga bisa terlihat sekaligus(Anonim, 2007)
Penuntun-penuntun
kunci paralel yang sebait ditempatkan secara berurutan dan semua baitnya
disusun seperti gurindam atau sajak. Pada akhir setiap penuntun diberikan nomor
bait yang harus diikuti, dan demikian seterusnya sehingga akhirnya diperoleh
nama takson tumbuhan yang dicari. Kunci paralel lebih menghemat tempat,
terutama kalau takson tumbuhan yang dicakupnya besar sekali. Buku Flora of Java
yang ditulis oleh Backer dan Backuizen van den Brink semuanya ditulis dalam
bentuk kunci parallel begitu pula buku Flora Untyuk sekolah di Indonesia yang
ditulis oleh C.G.G.J van Steenis juga merupakan kunci determinasi analisis
dengan tipe kunci parallel.
Dari hasil eksplorasi
yang selanjutnyua dilakukan determinasi, ditemukan timbuhan dari tiga divisi
yang berbeda yaitu divisi Bryophyta, Magnoliophyta, dan Pteridophyta. Dari
ketiga divisi tersebut, tumbuhan yang ditemukan dari hasil ekksplorasi terbagi
kedalam empat famili yang berbeda yaitu Famili Polytrichaceae (untuk jenisPogonatum
cirrhatum), Famili Polypodiaceae (untuk jenis Asplenium belangeri),
Famili Caesalpiniaceae(untuk jenis Caesalpinia pulcherrima) dan
Famili Fabaceae (suku polong-polongan) atau disebut pada buku Flora Untuk
Sekolah di Indonesia Famili dari kacang tanah (Arachis hypogea) adalah
famili Papilionaceae (suku bunga kupu-kupu).
Hasil eksplorasi yang
kemudian dideterminasi, diketahui bahwa Asplenium belangeri dan Pogonatum
cirrhatum merupakan golongan tumbuhan tingkat rendah, karena pada
kedua tumbuhan tersebut tidak ditemukan adanya biji dan organ reproduksi yang
jelas. Sedangkan tumbuhan Caesalpinia pulcherrima dan Arachis
hypogeadigolongkan kedalam tumbuhan tingkat tinggi karena kedua tumbuhan
tersebut mempunyai biji dan mempunyai organ reproduksi berupa bunga yang tampak
jelas.
Deskripasi hasil detrminasi.
1. Familia Caesalpiniaceae:
Pohon, perdu atau semak. Daun berseling atau tersebar, kerapkali menyirip atau
menyirip rangkap, kadang-kadang tunggak. Daun penumpu ada, kerapkali cepat
rontok. Bunga kerapkali berkelamin 2, dalam tanbdan, malai rata atau malai,
jarang berdiri sendiri, kerapkali zygomorph. Kelopak berdaun lekat, bergigi
atau bertaju 4-5. daun mahkpta lepas, kerapkali 5, kerapkali sebagian tidak ada
atau rudimenter. Benag sari 1-50, lepas atau bersatu, kerapkali sebagian tidak
sempurna; kepala sari beruang 2. bakal buah menumpang, beruang 1. kepala putik
diujung atau dibawah tangkai putik. Polongan membuka tau tidak membuka. Biji 1
sampai banyak.
Caesalpinia pulcherrima (L.) Swartz. memiliki cirri Perdu tegak; tinggi
2-4 m. ranting kerap kali dengan beberapa duri temple, tidak berambut. Poros
daun kadang-kadang sedikit berduri temple; sirip 3-9 pasang, yang tertengah
yang terbesar. Anak daun persirip 4-12 pasang. Bunga berkelamin 2 atau sebagian
jantan, dalam tandann yang tidak bercabang atau bercabang sedikit panjang 15-50
cm. tabunhg kelopak pendek. Daun mahkota panjang 2-3 cm,merah atau kuning, yang
teratas berkuku lebih panjang. Benag sari 10, lepas, 5,5-5,7 cm; tangkai sari
pipih, panjang 6-12 cm, berkatup 2. biji 1-8. tanaman hias, kadang-kadang
seolah liar. Dikenal sebagian besar di Indonesia dengan nama Bunga
Merak(Steenis, 1981).
2. Familia Papilionaceae: semak,
perdu atau pohon, kerapkali memanjat. Daun berseling atau tersebar, tunggal
atau majemuk. Daun penumpu ada.bunga berkelamin 2, dalam karangan yang
berbeda-beda, kerapkali zygomorph menyolok. Mahkota hamper selalu bentuk
kupu-kupu. Daun mahkota kebanyakan 5, lepas atau hamper lepas; 2 yang terbawah
bersama-sama mambentuk lunas, kerapkali berlekatan satu sama lain, diapit antra
2 sayap disebelahnya; daun mahkota teratas. Benang sari kebanyakan 10,
kerapkali 9 bersatu dan 1 lepas (beerbekas dua), jarang lebih dari satu lepas;
ruang sari 2. bakal buah menumpang. Polongan membuka taau tidak membuka atau
patah dalam ruas. Biji 1 atau banyak(Steenis, 1981).
Spesies Arachis hypogaea L. memiliki ciri Semak 1 tahun
yang sudah mulai dari pangkal bercabang; tinggi 0,6-0,9 m. batang naik
pelan-pelan pada pangkalnya kerapkali berakar. Daun penumpu pada pangkalnya
bersatu dengan tangkai daun. Anak daun oval, memanjanmg atau bulat telur
terbalik, tumpul sampia terpancung. Bunga dalam bulir yang diketiak, duduk,
berbunga sedikit, masing-masing dalam daun ketiak daun pelindung yang melipat
dobbel. Daun pelindung pada pangkal kelopak panjang dan sempit. Tabung kelopak
berbentuk tangkai, tinggi 0,5-6 cm; tepi serupa selaput. Bendera bentuk
lingkaran,kuning cerah berutrat ungu; lunas jauh lebih pendek daripada sayap,
kuning pucat. Tabung benang sari tertutup. Kepala sari berseling panjang dan
pendek. Dasar bunga setelah pembuahan berbentuk tangkai dan memanjang, dan
mendorong bakal buah, yang dari luar tidak berobah, kedalam tanah. Polongan
memanjang, tanpa sekat antara, kuning pucat gundul, tidak membuka, panjang 2-7
cm. bji 1-5, merah kuning, coklat ungu. Dari Brazilia; seringkali
ditanam(Steenis, 1981).
3. Famili Polypodiaceae: Paku
tanah atau epiphyt. Tidak ada batang yang sesungguhnya diatas tanah. Akar
rimpang kerqapkali bersisik. Daun mempunyai hubungan beruas atau tidak dengan
akar rimpang atau hubungan dengan tonjolan diatas akar rimpang (pendukung
daun), tunggal atau majemuk; daun muda menggulung secara spiral. Sporangia pada
sisi bawah daun (kadang-kadang pada tepi bawah daun); semua berturutan atau
dalm kelompok (sori), hampir selalu bertangkai, dengan cincin vertical terdiri
dari sel yang berdinding tebal, hanya terputus pada tertancapnya tangkai
tesebut, jarang sekali dengan cincin yang miring tetapi sempurna, membuka,
melintang, mudah rontok. Sori berbeda-beda menurut penempatan, bentuk besar,
telanjang atau tertutup oleh tepi daun selaput penutup. Selaput penutupnya
banyak variasinya dalam hal cara menancap, bentuk dan besarnya, tetapi tinggal
atau rontok(Steenis, 1981).
Spesies Asplenium belangeri (Bory) Kze. Memiliki ciri
epiphyt, 1,2 m (jarang sampai 2,5 m) tingginya. Akar rimpang tegak, pendek,
bersisk. Daun tunggal, bertulang dan menyirip, tidak berruas dengan akar
rimpang, rapat berjejal, setelah mongering menggantung lemah, duduk atau
bertangkai sangat pendek, berbentuk lanset sampai pita, dengan pangkal
menyempit, lancip atau pendek meruncing, tepi rata, seperti kulit, 2,5-25 cm,
jarang lebih besar; ibu tulang daun berasal dari bawah, coklat mengkilat,
tulang daun lateral banyak, sejajar. Sori banyak, berobah-robah panjangnya.
Didaerah yang tidak begitu kering(Steenis, 1981).
Tanaman paku tersebut dikenal di Indonesi dengan istilah Paku Tamaga.
Merupakan salah satu jenis paku yang cukup menarik dan banyak dijumpai pada
daerah-daerah dataran tinggi. Di Jawa Barat mudah dijumpai di sekitar Gunung
Gede, Pangrango dan Gunung Salak misalnya. Tumbuhnya bersama-sama dengan jenis
paku yang lain, pada tebing-tebing atau di tepi-tepi aliran sungai dan selokan
yang tempatnya agak terlindung. Tanah yang berbatu-batu atau tanah cadas yang
ditutupi oleh lumut adalah tempat-tempat yang disukainya.
Orang-orang sunda menyebutnya paku tamaga atau paku beunyeur. Perawakannya
kecil, rumpunnya agak banyak. Rimpangnya pendek dan tumbuhnya agak tegak.
Tangkai daun bagian atas beralur. Kadang-kadangterdapat bulu. Entalnya berwarna
hijau yang panjangnya antara 15-30 cm, dan lebarnya 4-8 cm. terdapat 18-20
pasang daun yang letaknya mendatar. Helaian daun yang letaknya paling bawah
ukurannya lebih besar. Semakin keatas daun semakin mengecil. Ukuran yang besar
mencapai 0,5-1 cm. helaian anak daun pertama bercabang dua. Daunnya agak
berdaging dan warnanya agak hijau pucat. Sori terdapat dekat pangkal lekukan
daun. Sori-sori itubergerombol dan warnanya cokelat terang. Paku tamaga tumbuh
liar dan belum dibudidayakan. Mempunyai bentuk menarik. Selain itu,
pertumbuhannya cepat and tidak memerlukan perawatan yang khusus(Sastrapradja,
1979).
4. Famili Polytrichaceae:
famili ini termasuk bangsa bryales. Mempunyai gigi-gigi peristom terdiri atas
sel-sel utuh, tidak bergaris-garis. Lumut yang umurnya bisa lebih dari satu
tahun, daun-daun sempit, pada sisi perut tulang daun seringkali terdapat
lamella yang membujur. Kapsul spora tegak atau mendatar. Peristom terdiri atas
32-64 gigi. Dari sudut letak sporogoniumnya termasuk yang bersifat akrokarp.
Selain spesies Pogonatum cirrhatum, juga terdapat spesies Polytrichum
commune danGeorgia pellucida(Tjitrosoepomo, 1994).
VII. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dan pembahasan,
dapat disimpulkan bahwa:
5. Tumbuhan tingkat tinggi yang ditemukan
diperoleh berdasarkan determinasi yang selanjutnya diperoleh takson sebagai
berikut: Div. Magnoliophyta, ditemukan dua familia yaitu
Familia Caesalpiniaceae yang mempunyai spesies Caesalpinia
pulcherrima dan Familia Fabaceae atau Papilionaceae mempunyai
spesies Arachis hypogea.
6. Tumbuhan tingkat rendah yang ditemukan
diperoleh berdasarkan determinasi yang selanjutnya diperoleh takson sebagai
berikut: Div. Pteridophyta, ditemukan FamiliaPolypodiaceae yang
mempunyai spesies Asplenium belangeri dan Div. Bryophyta
ditemukan Familia Polytrichaceae mempunyai spesies Pogonatum
cirrhatum.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. “Keanekaragaman dan Klasifikasi
Organisme”. http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.pdf. diakses
tanggal 12 Juni 2009.
Anonimous. 2007. “Taksonomi Tumbuhan”. http://e-course.usu.ac.id/content/biologi/taksonomi/textbook.pdf.
diakses tanggal 15 Juni 2009
Sastrapradja. 1979. Jenis
Paku Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Steenis, C.G.G.J van. 1981. Flora Untuk Sekolah di
Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita
Tjitrosoepomo, Gembong. 1994. Taksonomi Tumbuhan.
Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1984. Botani Umum 3. Bandung:
Penerbit Angkasa.
Diposkan oleh ardiawan1990 di 09.05
No comments:
Post a Comment