Tuesday, November 1, 2016

kumpulan jurnal pertanian



ANALISA BUDIDAYA SIRSAT
DALAM RANGKA MENINGKATKAN EKONOMI DAN
KESEHATAN MASYARAKAT BOJONEGORO
Oleh:
SUGIYANTO
Dosen STIE Cendekia Bojonegoro


ABSTRAK

Tanaman sirsak merupakan tanaman yang sudah populer di kalangan masyarakat, termasuk di daerah Bojonegoro. Khususnya di daerah pedesaan tanaman ini mudah dijumpai. Karena memang karakter tanaman ini sangat cocok dengan tanah dan iklim daerah setempat. Banyak dijumpai, ia tumbuh liar di hutan-hutan, tegalan, pinggir sungai, dan pekarangan penduduk.
Disamping itu pula, dari hasil penelitian medical (kesehatan) ternyata tumbuhan sirsak termasuk jenis tumbuhan yang mempunyai banyak khasiat dan manfaat untuk obat-obatan. Hal itu telah dijelaskan sebagaimana dalam pembahasan awal.
Berangkat dari hal-hal yang telah disebutkan di atas maka dapat dikatakan bahwa tanaman sirsak mempunyai prospek dan daya tawar yang baik untuk menjadi semacam bidang usaha yang bernilai komersial. Maka dengan melihat sisi ekonomisnya, perlulah upaya untuk meningkatkan produktifitasnya melalui budidaya. Dalam hal ini yang lebih baik dengan cara budidaya organik, agar tanaman bisa terbebas dari factor kimia, sehingga dapat menghasilkan sirsak yang mempunyai manfaat dan khasiat obat secara maksimal.
Untuk selanjutnya, budi daya mengkudu bisa dikembangkan menjadi tanaman komoditas, melalui penemuan dan penciptaan kretifitas sehingga dari mengkudu dapat dikembangkan menjadi barang-barang produksi yang praktis, efektif dan efesien. Seperti pembuatan jus sirsak, sirup, dan lain-lain.


I. PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Sirsak, merupakan jenis buah yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Bojonegoro pada umumnya. Dibeberapa tempat penjual buah-buahan, jenis buah sering banyak dijumpai. Disamping itu pula ada beberapa minuman buah segar seperti just atau yang instan seperti marimas sirsak dan lain-lain semakin menjadikan buah ini semakin memasyarakat.
Sirsak merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh dan berbuah sepanjang tahun. Hal ini jika kondisi air tanah terpenuhi pada masa pertumbuhannya. Oleh karenanya ia bisa mudah tumbuh dimana saja asal kebutuhan air dapat terepenuhi. Selain Indonesia, ada beberapa negara yang beberapa bagian daerah atau wilayahnya terkenal dengan daerah penghasil buah sirsak, seperti USA, Ekuador, Brazil, Chilli, Mexico, Uruguay, Peru dan masih banyak lagi yang lainnya seperti negara-negara bagian Amerika yang beriklim tropis.
Di Indonesia ada beberapa nama lain dari sirsak, seperti di jawa dikenal dengan buah nangka sebrang dan nangka landa, di Sunda dikenal dengan nama nangka walanda, di Madura nangka buris, di Bali srikaya jawa, di Lampung jambu landa dan lain sebagainya.
Di daerah Bojonegoro-Jawa Timur, tanaman sirsak dikenal dengan nangka landa, tetapi nama sirsak pun sudah tidak begitu asing di masyarakat. Meskipun di Bojonegoro ini, usaha budidaya buah sirsak oleh petani  masih langka bahkan bisa dibilang sangat kecil dan tidak berkembang. Tidak seperti budidaya salak, blimbing, dan jeruk yang sudah seperti komoditas yang banyak peminatnya di kalangan petani buah-buahan.
Padahal potensi alam Bojonegoro terbilang cocok untuk pengembangan budidaya jenis buah ini. Dari sudut potensi usaha agro-bisnis juga dipandang menguntungkan karena harga di pasar masih tinggi. Buah mengkudu pun bisa diolah menjadi minuman segar atau jus, sirup, jelly, manisan dan dodol sirsak.  Disamping itu pula, menurut hasil riset kesehatan buah ini mengandung zat anti kanker, sehingga bisa dijadikan obat penawar atau obat penyembuh penyakit kanker.
Melihat sisi potensial tersebut, ini menjadi modal utama untuk mengembangkan buah sirsak di beberapa daerah di Bojonegoro. Akan tetapi potensial yang demikian rupa, seperti yang dijelaskan di atas jika  tidak didukung oleh kesadaran dan sumber daya manusia (SDM) masyarakat setempat, maka  pemanfaatan sirsak sebagai usaha agrobisnis akan masih sulit dalam proses pengembangannya.
Berangkat dari hal itu, maka perlu upaya penyuluhan, pendidikan, pelatihan ketrampilan dan sharing kepada masyarakat tentang pengetahuan manfaat dan peluang budidaya sirsa dan pengolahannya, sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomis dan kesehatan bagi masyarakat.


B.       Rumusan Masalah

Bagaimana cara pemanfaatan buah sirsak untuk peningkatan nilai ekonomi dan kesehatan masyarakat ?

C.      Tujuan
Tujuan dari idea tau gagasan pemanfaatan sirsak untuk peningkatan ekonomi dan kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut:
1.        Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang manfaat dan guna tanaman sirsak bagi dunia kesehatan.
2.        Menciptakan peluang komersial dari usaha budidaya sirsak, sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi bagi masyarakat.
3.        Optimalisasi sumber daya lokal (seperti tenaga kerja/masyarakat, banyaknya lahan kosong, manfaat sirsak, dll) sehingga dapat mengangkat taraf hidup masyarakat.
4.        Pengenalan dan pemanfaatan tehnologi, manajemen (meliputi produksi dan pemasaran) dari usaha budidaya dan pengolahan buah sirsak.

D.      Manfaat
Target yang hendak dicapai dari ide atau gagasan pemanfaatan sirsak untuk peningkatan ekonomi dan kesehatan masyarakat adalah:
1.        Terciptanya lapangan kerja/usaha dari pemanfaatan buah sirsak.
2.        Adanya peningkatan penanaman sirsak dan dengan tujuan komersial serta kombinasinya dengan manajemen produksi dan pemasarannya.
3.        Pengembangan dunia medis (kesehatan) dengan pemanfaatan sumber daya local untuk obat herbalis yang berbahan dasar dari sirsak.





II. PEMBAHASAN
A.      Letak Geografis Wilayah Bojonegoro
Keberadaan Kabupaten Bojonegoro dengan Ibu kota Bojonegoro terletak pada dataran rendah di Pantai Utara Jawa sekitar 120 KM ke arah barat dari Surabaya, Ibu Kota Propinsi Jawa Timur. Adapun batas –batas terotorial  Kabupaten Bojonegoro adalah : Di Utara Kabupatens Tuban, di Barat  Kabupaten Blora, di Timur  Kabupaten  Lamongan dan di Selatan Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Madiun. Luas wilayah  Kabupaten Bojonegoro  sekitar 2.307,06 Km2 dengan Jumlah penduduk 1.132.263 orang  (data pada tahun 1995), Terdiri atas 23 Kecamatan, 11 Kelurahan dan 419 Desa.
Dari stuktur geografis  berupa daratan rendah pada daerah utara dan dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 200 m diatas permukaan air laut pada wilayah disebelah selatan maka sangat memungkinkan kegiatan  ekonomi di Kabupaten Bojonegoro dominan pada sektor pertanian yaitu sebesar 50,4%, Industri pengolahan sebesar 3,02%, Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 13,2%, Bidang Jasa sebesar 16,87% dan kegiatan ekonomi lainya sebesar 16,51%. Dengan kekhasan daerahnya pemerintah Kabupaten Bojonegoro telah berhasil memacu pertumbuhan ekonominya yaitu dari 2,62% pada tahun 1994 menjadi 4,83% pada tahun 1995.
Melihat letak geografis daerah Bojonegoro, maka dapat dikatakan bahwa Budidaya tanaman sirsak sangat cocok dengan struktur alam yang ada di daerah tersebut. Mengingat persediaan air bisa terbilang mencukupi untuk usaha ini.
B.       Budidaya sirsak Secara Organik
Tumbuhan sirsak dapat tumbuh di sembarang tempat, paling baik ditanam di daerah yang cukup berair atau dataran rendah sampai daerah dengan ketinggian 500 meter dari permukaan air laut. Cuaca ekstrim, yaitu curah hujan yang tinggi dan kelembaban yang sangat rendah mempengaruhi dan merusak pembentukan buah.
Berikut cara bertanam sirsak yang baik sehingga nantinya dapat memperoleh hasil yang maksimal.
1.        Pembibitan
Cara pembibitan tanaman sirsak bisa menngunakan cara penyemaian biji, okulasi dan pencangkokan. Bedanya, jika penyemaian biji membutuhkan waktu antara 3-5 tahun dulu baru dapat berbuah, sedangkan jika mencangkok dan okulasi hanya memakan waktu antara 2 – 3 tahun.
Adapun cara pembibitan dengan biji atau benih, yaitu:
a)        Mencari induk pohon dan buah yang berkualitas.
b)        Benih disemai di tempat penyemaian (bisa dengan menggunakan polybag)
c)        Setelah 6-8 bulan benih semaian tersebut di pindahkan ke area penanaman.
d)       1 hektar area penanaman membutuhkan 333 – 420 bibit .
Catatan: Bibit tanaman sirsak dapat berasal dari hasil pengembangan generatif, tapi disini lebih dianjurkan menggunakan bibit tanaman sirsak yang berasal dari pohon hasil pengembangan vegetatif. Berupa bibit okulasi atau cangkokan terhadap pohon sirsak yang telah berumur 10-12 bulan.

2.        Pengelolaan Media Tanaman
Jarak penanaman sirsak  adalah 6 x 4 atau 5 x 5 atau 6 x 6 meter. Namun, area atau lahan penanaman sirsak tersebut disarankan membuat lubang yang diberi nama resapan biopori. Untuk satu pohon dibuatkan 5 lubang yang melingkarinya. Maksud pembuatan lubang biopori ini dapat menggemburkan tanah dan meningkatkan daya serap air, mengubah sampah organik menjadi kospos.
Adapun tehnik pembuatan lubang biopori sebagai berikut:
a)        Buat lubang silindris, diagmeter sektar 10 cm dan kedalaman 120 cm serta jarak antar lubang sekitar 50-100 cm (mulut lubang bisa dengan diperkuat adukan semen dengan lebar 2-3 cm dan ketebalan 2 cm mengelilingi mulut lubang.
b)        Mengisi lubang biopori dengan sampah organik (daun-daun, sampah dapur atau yang lainnya)
c)        Sampah organik selalu ditambahi jika terjadi penyusustan dan pada akhir musim bisa diambil.

3.        Tehnik Penanaman
Setelah membuat lubang dengan memilih beberapa alternatif ( 6 x 4 atau 5 x 5 atau 6 x 6 meter). Lantas  mengisi dasar lubang tanaman dengan pupukkandang yang sudah matang atau pupuk kompos sebanyak 5 – 10 kg dan menaburi pupuk campuran Urea, TSP dan KCI dengan perbandingan 2:11 yaitu sekitar 50 – 100 gram. Pemberian pupuk ini hanya dilakukan pada awal penanaman.
Penanaman tanaman sirsak sama dengan jenis buah-buahan yang lainnya, yaitu sebaiknya pada awal musim penghujan.

4.        Pengairan
Tanaman sirsak membutuhkan pengairan yang teratur supaya dapat berbunga dengan baik. Tanaman sirsak yang masih kecil atau muda memerlukan pengairan intensif sampai berumur satu tahun. Tanaman sirsak memang tahan terhadap kekeringan. Namun, selama perkembangan buah hingga matang, pohon sirsak membutuhkan air secara teratur dalam jumlah tetap. Penyiraman dapat dilakukan sebanyak dua kali sehari. Perhatikan faktor drainase karena akar sirsak yang dangkal tidak tahan terhadap genangan air.

5.        Penyerbukan
Penyerbukan alami pada tanaman sirsak biasanya berlangsung kurang sempurna. Penyebabnya adalah sifat bunga yang proterogyne, yaitu matangnya putik (stigma) lebih dahulu daripada tepungsari. Alhasil, pertumbuhan buah tidak sempurna (bengkok) atau kerempeng.
Agar tanaman sirsak berbuah lebat dan normal perlu dilakukan penyerbukan buatan. Caranya, ketuk bunga sirsak yang baru saja mekar, kemudan kumpulkan tepungsari ke dalam mangkuk seteril. Lakukan cara ini pada siang hari.
Setelah itu, keesokan harinya (antara pukul 08.00-10.00), tepungsari dioleskan sebanyak 1-2 kali pada mahkota bunga yang akan mekar (daun mahkota batang) agar lebih efektif. Penyemprotan jangan dilakukan pada buah yang telah besar karena dapat menyebabkan terjadinya residu.
Sangat dianjurkan untuk melakukan pengolesan serbuk sari saat bentuk bunga, pentil, atau buah sebesar kaleng.

6.        Penyiangan
Penyiangan tanaman  sirsak sebaiknya dilakukan secara kntinu setahun sekali bersamaan dengan pemupukan dan penggemburan. Penyianagan an penggemburan tanah dapat dilakukan di sekeliling tajuk (kanopi) tnaman sirsak.

7.        Pemupukan dan pengendalian hama
Pemupukan sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan menggunakan pupuk kandang dan pupuk kosmos (20 kg/pohon) yang dilakukan beberapa kali dalam setahun. Perlakuan ini akan mendorong pertumbuhan dan pembuhan sirsak.
Untuk pengendalian hama, selama vigor pohon dapat dipertahankan, kerusakan yang serius disebabkan oleh penyakit dan hama umumnya terbatas hanya pada buah. Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides merupakan penyakit utama pada sirsak di daerah yang lembap. Produksi buah sirsak dapat menyusut sekali karena bunga dan buahnya terserang penyakit sehingga menjadi busuk atau keriput; selanjutnya penyakit ini juga mengganggu buah, daun, batang, dan pematangan buah.
Di Hindia Barat ada anjuran agar diadakan seleksi terhadap kemampuan pembentukan buah dalam kondisi lingkungan yang lembap. Jika terjadi musim kemarau barangkali ada kemungkinan untuk mempercepat pembungaan dan pembentukan buah agar terhindar dari periode kelembapan yang tinggi. Penyakit busuk coklat batang (Corticium sp.) menyerang pohon sirsak dan menyebabkan busuknya cabang dan mungkin membunuh pohonnya juga. Pembersihan yang sebaik-baiknya menjelang akhir musim kemarau, termasuk pembakaran bagian-bagian pohon yang terserang, dapat menolong untuk menahan penyakit pada musim hujan berikutnya. Kutu perisai seringkali menyerang pohon sirsak, dan kutu bubuk dapat bergerombol banyak sekali pada buah sirsak. Jika semut dapat diberantas dengan baik, musuh-musuh alaminya akan mampu menanggulangi hama ini. Buah dapat dibungkus untuk menghindari kerusakan yang disebabkan oleh lalat buah. Annonaepestis bengalella adalah penggerek buah sirsak, dan ngengat ini tersebar dari India sampai ke Jawa dan Filipina. Ulat besar dari kupu-kupu Meganotron rufescens dan Papilio agamemnon sering sekali dijumpai memakan daun sirsak. Kerusakan yang disebatkan oleh ketiga jenis hama ini umumnya belum sampai mengharuskan dilakukannya pemberantasan secara kimiawi.

8.        Panen
Buah sirsak sebaiknya dipanen setelah tua benar tetapi masih keras. Buah ini dianggap tua jika duri-durinya sudah saling berjauhan dan warna kulitnya yang tadinya hijau berkilat telah berubah menjadi hijau kusam atau hijau kekuning-kuningan. Jika dipetik terlalu awal, kualitas buah akan jelek. Sebaliknya jika buah dibiarkan matang di pohon, seringkali buah itu dimakan oleh kelelawar sebelum jatuh ke tanah. Di daerah yang iklimnya tidak mengenal musim, buah sirsak dapat dijumpai sepanjang tahun, tetapi biasanya pohon sirsak memiliki 1-3 kali masa panen, dengan puncaknya yang nyata pada masa musim utama. Buah harus dipetik secara selektif; dipotong gagangnya dengan pisau yang tajam atau gunting setek, kemudian disimpan di dalam keranjang bambu yang telah dialasi dengan bahan yang empuk, seperti jerami.
C.      Penelitian Ilmiah Tentang Tanaman Sirsak
Hasil riset beberapa universitas itu membuktikan jika pohon ajaib dan buahnya ini bisa:
1.        Menyerang sel kanker dengan aman dan efektif secara alami, tanpa rasa mual, berat badan turun, rambut rontok, seperti yang terjadi pada terapi kemo.
2.        Melindungi sistim kekebalan tubuh dan mencegah dari infeksi yang mematikan.
3.        Energi meningkat dan penampilan fisik membaik.
4.        Secara efektif memilih target dan membunuh sel jahat dari 12 tipe kanker yang berbeda, di antaranya kanker usus besar, payudara, prostat, paru-paru, dan pankreas.
5.        Daya kerjanya 10.000 kali lebih kuat dalam memperlambat pertumbuhan sel kanker dibandingkan dengan adriamycin dan terapi kemo yang biasa digunakan.
6.        Tidak seperti terapi kemo, sari buah ini secara selektif hanya memburu dan membunuh sel-sel jahat dan tidak membahayakan atau membunuh sel-sel sehat.



D.      Khasiat Sirsak Mengobati  Kanker
Sumber berita sangat mengejutkan ini berasal dari salah satu pabrik obat terbesar di Amerika. Buah Graviola (buah sirsak) di-test di lebih dari 20 Laboratorium, sejak tahun 1970-an sampai beberapa tahun berikutnya.Hasil Test dari ekstrak (sari) buah ini adalah secara effektive memilih target dan membunuh sel jahat dari 12 type kanker yang berbeda, diantaranya:
a)        Kanker Usus Besar
b)        Kanker Payu Dara
c)        Kanker Prostat
d)       Kanker Paru-paru
e)        Kanker Pankreas.  
Berdasarkan data dan hasil penelitian, daya kerja zat anti kanker di dalam tanaman sirsak adalah 10.000 kali lebih kuat dalam membunuh dan memperlambat pertumbuhan sel kanker secara alami dibandingkan dengan Adriamycin dan Terapi Kemo yang biasa digunakan. Tidak seperti terapi kemo, sari buah ini secara selective hanya memburu dan membunuh sel-sel jahat dan tidak membahayakan / membunuh sel-sel sehat
Beberapa peneliti di Health Sciences Institute mengakui jika buah sirsak memberikan efek anti tumor/kanker yang sangat kuat, dan terbukti secara medis menyembuhkan segala jenis kanker.
Selain menyembuhkan kanker, buah sirsak juga berfungsi sebagai antibakteri, antijamur (fungi), efektif melawan berbagai jenis parasit/cacing, menurunkan tekanan darah tinggi, depresi, stres, dan menormalkan kembali sistem syaraf yang kurang baik.
Penelitian Health Sciences Institute diambil berdasarkan kebiasaan hidup suku Indian yang hidup di hutan Amazon. Beberapa bagian dari pohon ini seperti kulit kayu, akar, daun, daging buah dan bijinya, selama berabad-abad menjadi obat bagi suku Indian. Graviola atau sirsak diyakini mampu menyembuhkan sakit jantung, asma, masalah liver (hati) dan rematik.
Sejak 1976, graviola (sirsak ) telah terbukti sebagai pembunuh sel kanker yang luar biasa pada uji coba yang dilakukan oleh 20 Laboratorium independen yang berbeda dan dilakukan di bawah pengawasan The National Cancer Institute.
Suatu studi yang dipublikasikan oleh the Journal of Natural Products menyatakan bahwa studi yang dilakukan oleh Catholic University di Korea Selatan, menyebutkan bahwa salah satu unsur kimia yang terkandung di dalam graviola, mampu memilih, membedakan dan membunuh sel kanker usus besar dengan 10.000 kali lebih kuat dibandingkan dengan adriamycin dan terapi kemo.
Penemuan yang paling mencolok dari studi Catholic University ini adalah: graviola bisa menyeleksi memilih dan membunuh hanya sel jahat kanker, sedangkan sel yang sehat tidak tersentuh atau terganggu. Graviola tidak seperti terapi kemo yang tidak bisa membedakan sel kanker dan sel sehat, maka sel-sel reproduksi (seperti lambung dan rambut) dibunuh habis oleh terapi kemo, sehingga timbul efek negatif rasa mual dan rambut rontok.
Studi di Purdue University membuktikan bahwa daun graviola mampu membunuh sel kanker secara efektif, terutama sel kanker: prostat, pankreas, dan paru-paru.
Hasil riset beberapa universitas itu membuktikan jika pohon ajaib dan buahnya ini bisa:
a)        Menyerang sel kanker dengan aman dan efektif secara alami, tanpa rasa mual, berat badan turun, rambut rontok, seperti yang terjadi pada terapi kemo.
b)        Melindungi sistim kekebalan tubuh dan mencegah dari infeksi yang mematikan.
c)        Energi meningkat dan penampilan fisik membaik.
d)       Secara efektif memilih target dan membunuh sel jahat dari 12 tipe kanker yang berbeda, di antaranya kanker usus besar, payudara, prostat, paru-paru, dan pankreas.
e)        Daya kerjanya 10.000 kali lebih kuat dalam memperlambat pertumbuhan sel kanker dibandingkan dengan adriamycin dan terapi kemo yang biasa digunakan.
f)         Tidak seperti terapi kemo, sari buah ini secara selektif hanya memburu dan membunuh sel-sel jahat dan tidak membahayakan atau membunuh sel-sel sehat.

Buah Sirsak Untuk Mencegah Kanker
Untuk pencegahan dapat dilakukan dengan mengkonsumsi secara teratur buah sirsak baik dengan cara dimakan langsung atau dalam bentuk jus buah.

Daun Sirsak Untuk Penyembuhan Kanker
Untuk penyembuhan, bisa dengan merebus 10 buah daun sirsak yang sudah tua (warna hijau tua) ke dalam 3 gelas air (600cc) dan direbus terus hingga menguap dan air tinggal 1 gelas (200cc) saja. Air yang tinggal 1 gelas dimimumkan ke penderita setiap hari 2 kali.  Efek meminum ramuan daun sirsak adalah perut akan terasa hangat/panas dan badan berkeringat deras.
Obat herbal yang berasal dari daun sirsak ini bukanlah obat instan, pasien memerlukan waktu 3 sampai 4 minggu dengan meminumnya secara rutin untuk dapat merasakan manfaat penyembuhannya.

E.       Resep Pengobatan Tradisional Dengan Sirsak
1.        Sakit Pinggang.
20 lembar daun sirsak, direbus dengan 5 gelas air sampai mendidih hingga tinggal3 gelas, diminum 1 kali sehari 3/4 gelas.
2.        Bayi Mencret.
Buah-sirsak yang sudah masak. Buah sirsak diperas dan disaring untuk diambil airnya, diminumkan pada bayi yang mencret sebanyak 2-3 sendok makan.
3.        Ambeien.
Buah sirsak yang sudah masak. Peras untuk diambil airnya sebanyak 1 gelas, diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.
4.        Bisul.
Daun sirsak yang masih muda secukupnya, tempelkan di tempat yang terkena bisul.
5.        Anyang-anyangen.
Sirsak setengah masak dan gula pasir secukupnya. Sirsak dikupas dan direbus dengan gula bersama-sama dengan air sebanyak 2 gelas, disaring dan diminum.
6.        Sakit Kandung Air Seni.
Buah sirsak setengah masak, gula dan garam secukupnya. Semua bahan tersebut dimasak dibuat kolak. Dimakan biasa, dan dilakukan secara rutin setiap hari selama 1 minggu berturut-turut.
7.        Penyakit Liver. 
Puasa makanan lain, hanya minum juice sirsak selama 1 minggu
8.        Eksim dan Rematik. 
Tumbuk daun sirsak sampai halus dan tempelkan di bagian yang sakit
9.        Bunga sirsak dapat digunakan utk menyembuhkan katarak tapi bagaimana penggunaannya saya belom tau.  Kalo saya sudah dapatkan resepnya akan saya tambahkan di sini.




III.  METODE PELAKSANAAN
            Dalam hal ini, yang dimaksud dengan Metode Pelaksanaan merupakan suatu tehnik, cara atau tahapan yang harus dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan (rumusan masalah) agar dapat mencapai tujuan seperti halnya yang diinginkan dari suatu ide atau gagasan yang ditawarkan.
            Berangkat dari itu, maka metode pelaksanaan dari ide atau gagasan tentang Pemanfaatan sirsak untuk Peningkatan Ekonomi dan Kesehatan Masyarakat Desa A adalah sebagai berikut:

a.       Budidaya sirsak
Proses budidaya sirsak melalui beberapa tahapan, yaitu:
1)      Persiapan
2)      Pembibitan
3)      Pemeliharaan
4)      Pemanenan
5)      Pemasaran

b.      Pengolahan Sirsak Menjadi Obat Kanker
Proses produksi sirsak menjadi obat herbal meliputi beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu:
1)      Persiapan Bahan
2)      Pembuatan
3)      Cara penggunaan

Demikian metode pelaksanaan, yang kemudian dalam tataran praktisnya akan dijelaskan dalam bab berikutnya (Bab Pembahasan).





IV. PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dari penjelasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa tanaman sirsak merupakan tanaman yang sudah populer di kalangan masyarakat, termasuk di daerah Bojonegoro. Khususnya di daerah pedesaan tanaman ini mudah dijumpai. Karena memang karakter tanaman ini sangat cocok dengan tanah dan iklim daerah setempat. Banyak dijumpai, ia tumbuh liar di hutan-hutan, tegalan, pinggir sungai, dan pekarangan penduduk.
Disamping itu pula, dari hasil penelitian medical (kesehatan) ternyata tumbuhan sirsak termasuk jenis tumbuhan yang mempunyai banyak khasiat dan manfaat untuk obat-obatan. Hal itu telah dijelaskan sebagaimana dalam pembahasan awal.
Berangkat dari hal-hal yang telah disebutkan di atas maka dapat dikatakan bahwa tanaman sirsak mempunyai prospek dan daya tawar yang baik untuk menjadi semacam bidang usaha yang bernilai komersial. Maka dengan melihat sisi ekonomisnya, perlulah upaya untuk meningkatkan produktifitasnya melalui budidaya. Dalam hal ini yang lebih baik dengan cara budidaya organik, agar tanaman bisa terbebas dari factor kimia, sehingga dapat menghasilkan sirsak yang mempunyai manfaat dan khasiat obat secara maksimal.
Untuk selanjutnya, budi daya mengkudu bisa dikembangkan menjadi tanaman komoditas, melalui penemuan dan penciptaan kretifitas sehingga dari mengkudu dapat dikembangkan menjadi barang-barang produksi yang praktis, efektif dan efesien. Seperti pembuatan jus sirsak, sirup, dan lain-lain.

B.       Saran
a.    Pemerintah
1)   Perlu merumuskan langka-langkah yang maksimal dalam memanfaatkan potensi local, seperti pemanfaatan sirsak melalui budidaya.
2)   Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) masyarakat sehingga mereka mempunyai live skill (kecakapan/ketrampilan) melalui pengadaan pelatihan, worksoap, dan seminar tentang kesehatan maupun wirausaha (entrepreneur).
3)   Membantu dan membuat kebijakan-kebijakan, khususnya pemasaran produk-produk local.
4)   Dan lain-lain

b.    Masyarakat
1)   Membuka wawasan dan pengetahuan khususnya kemajuan pengetahuan dan informasi, sehingga dapat mudah menangkap peluang dunia usaha.
2)   Memanfaatkan potensi local, berupa tanaman sirsak dalam bentuk usaha budidaya dan pemanfaatannya sebagai obat herbalis.
c.    Lembaga Pendidikan
1)   Membantu masyarakat dengan melakukan penelitian, riset dan penciptaan inovasi dan kreatifitas, khususnya yang kaitannya dengan pemanfaatan potensi local. Semisal budidaya dan pengolahan sirsak.
2)   Memberikan penyuluhan tentang potensi budidaya sirsak dan pemanfaatannya untuk obat-obat herbalis.
Demikianlah  pemaparan tentang pemanfaatan sirsak untuk meningkatkan nilai ekonomi dan kesehatan masyarakat. Tentunya masih banyak kekurangan  yang masih perlu penyempurnaan lagi, namun kiranya hanya ini yang dapat kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin..


DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Ervizal AM Zuhud (AMZU), MS, Bukti Kedahsyatan Sirsak Menumpas Kanker, 2011, Jakarta, PT Agromedia Pustaka

http://www.lembahpinus.com/index.php?option=com_content&task=view&id=143&Itemid=29
http://www.inilah.com/berita/gaya-hidup/2009/10/24/172073/as-rahasiakan-obat-kanker-dari-buah-sirsak/







Sistem Kendali Intensitas Cahaya Rumah Kaca Cerdas
pada Budidaya Bunga Krisan

Tracy Marsela P2700211447, Rhiza S.Sadjad, Andani Achmad



Abstrak
Penelitian ini bertujuan  merancang  sistem kendali cerdas intensitas cahaya rumah kaca  untuk budidaya bunga krisan. Cahaya adalah faktor lingkungan yang diperlukan untuk mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Alasan utamanya karena cahaya menyebabkan fotosíntesis. Lagi pula, cahaya mempengaruhi perkembangan dengan cara menyebabkan pototrofisme. Ada banyak efek lain dari cahaya yang tidak berhubungan sama sekali dengan fotosíntesis; sebagian besar efek tersebut mengendalikan wujud tumbuhan. Intensitas cahaya yang optimal selama periode tumbuh penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hasil perancangan ini berupa  perubahan intensitas cahaya saat malam dan siang  hari. Diharapkan penelitian ini dapat memudahkan  petani budidaya tanaman  bunga krisan dalam mengontrol pencahayaan buatan dan meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Kata kunci:
Kendali cerdas, intensitas cahaya, bunga krisan.
1. Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
     
Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting bagi kehidupan seluruh makhluk hidup. Bagi tumbuhan  khususnya yang berklorofil, cahaya sangat menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan.
Pengaruh cahaya juga berbeda pada setiap jenis tanaman. memiliki reaksi fisiologi yang berbeda terhadap pengaruh intensitas, kualitas, dan lama penyinaran oleh cahaya matahari (Onrizal, 2009). Selain itu, setiap jenis tanaman memiliki sifat yang berbeda dalam hal fotoperiodisme, yaitu lamanya penyinaran dalam satu hari yang diterima tanaman. Perbedaan respon tumbuhan terhadap lama penyinaran atau disebut juga fotoperiodisme, menjadikan tanaman dikelompokkan menjadi tanaman hari netral, tanaman hari panjang, dan tanaman hari pendek.
Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun  kebutuhan  cahaya tergantung  pada jenis tumbuhan. Selain itu, kekurangan cahaya saat perkembangan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang  akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat ( tidak hijau). Gejala etiolasi tersebut disebabkan oleh kurangnya cahaya atau tanaman berada di tempat yang gelap.
Tanaman krisan adalah tanaman hari panjang,  untuk mendapatkan bunga yang diharapkan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan, maka perlu dilakukan penambahan cahaya pada tanaman. Penambahan cahaya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan cahaya      matahari, untuk memacu pertumbuhan organ vegetatif. Untuk membudidayakan bunga krisan di Indonesia, diperlukan penambahan cahaya, sebanyak 70 lux selama 4 jam pada malam hari. Setelah sebulan penambahan cahaya dihentikan.Teknik meletakan lampu yaitu dengan mengatur setiap titik lampu 3 m, dengan asumsi jangkauan setiap titik lampu 1,5 m, tinggi dari atas bunga 1,5 m. Gunakan lampu pijar 75-100 watt atau lampu essensial 18-23 watt (Gambar 1). Saat ini metode pengaturan nyala lampu untuk penyinaran di malam hari menggunakan timer. Timer akan dimatikan setelah tanaman memasuki vase generatif dengan tinggi tanaman berkisar 35-45 cm. Jika tinggi tanaman belum tercapai yaitu kurang dari 35-45 cm, maka perlu ditambah waktu penerangan selama 1 minggu.
Metode yang digunakan saat ini masih bersifat manual untuk teknik penambahan cahaya, oleh karena itu perlu dibuat suatu sistem kendali intensitas cahaya yang otomatis menjaga supaya besarnya intensitas cahaya tetap konstan sesuai setpoint yang ditetapkan yang mengacu pada kebutuhan pertumbuhan tanaman krisan.

               
1.2. Tujuan
1.       Merancang suatu sistem kontrol intensitas cahaya lampu yang konstan dari pengaruh cahaya luar.
2.       Merancang sistem kontrol intensitas cahaya lampu pada budidaya bunga krisan.

1.3. Manfaat
1.      Memudahkan pengguna untuk mengontrol intensitas cahaya lampu.
2.      Meningkatkan pertumbuhan bunga krisan melalui kontrol intensitas cahaya lampu pada rumah kaca cerdas.



2.  Konfigurasi Sistem
   
2.1.  Pemodelan Sistem

Perancangan sistem yang di usulkan adalah satu kesatuan  kendali cerdas budidaya tanaman bunga krisan. Bagian sistem yang akan dibangun adalah  kendali cerdas intensitas cahaya yang merupakan aplikasi yang dibangun dengan  memakai objek  tanaman bunga krisan dengan kondisi pencahayaan buatan akan lebih meningkatkan kualitas hasil panen diperlihatkan pada gambar 2.
Pola perilaku sistem dalam blok diagram memiliki  faktor yang masing – masing  saling mempengaruhi.  Sensor Cahaya akan  mengirim sinyal perubahan cahaya ke kontroller. LCD sebagai indikator nilai perubahan intensitas cahaya akan mengindikasikan setiap perubahan dalam masa pertumbuhan tanaman. Lampu sebagai parameter pencahayaan buatan dalam rumah kaca diperlihatkan pada gambar 3.
Secara singkat antar muka kendali cerdas intensitas cahaya meliputi beberapa proses, yaitu : proses  pengujian sensor cahaya, proses monitoring perubahan cahaya, proses kendali, proses output lampu  (gambar 3). 
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam membangun aplikasi yaitu :

A. Proses Pengujian  Sensor Cahaya
Tahapan yang di lakukan  dalam  pengujian sensor cahaya ditunjukkan pada gambar  4.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan rangkaian LDR untuk mendeteksi kondisi cahaya terang dan gelap  dengan menghasilkan  sinyal 0 dan 1 dengan pembagian tegangan menggunakan variable resistor untuk mendapat tegangan kerja.

B. Proses Monitoring Perubahan Cahaya
Dalam penentuan intensitas cahaya untuk  rumah kaca budidaya tanaman krisan, akan di monitoring data intensitas cahaya baik pengaturan set_point maupun perubahan setiap cahaya di dalam ruang rumah kaca. User akan memonitoring  setiap perubahan cahaya yang dihasilkan oleh sistem. Data tingkat cahaya diperlihatkan pada tabel 1 serta grafik hubungannya diperlihatkan pada grafik gambar 5. Dari data tabel dan grafik tersebut dapat dianalisa bahwa semakin tinggi tingkat cahaya yang diterima oleh LDR maka nilai tahanan dari LDR tersebut akan semakin kecil.

C. Proses  Kendali Intensitas Cahaya
Proses kendali difungsikan untuk membandingkan nilai cahaya  pada kondisi  siang dan malam, serta siang hari pada kondisi hujan atau mendung.



D. Proses Output Lampu
Proses pembacaan  data di awali dengan mengkondisikan nilai set_point dengan data sensor. Gambar 6 memperlihatkan pengaturan set point pada 100 lux. Sistem akan membandingkan nilai tersebut jika perubahan sesuai dengan kondisi diharapkan  maka output yang akan dikondisikan yaitu Lampu. Prototipe sistem diperlihatkan pada gambar 7 sedangkan output sistem bisa dilihat pada gambar  8.

2.2.  Pengujian Sistem
Tujuan dari pengujian sistem adalah mengukur dan menguji keberhasilan dari aplikasi yang sudah di buat . Pengujian sistem dilakukan dua tahap pengujian sistem yaitu pengujian sinyal sensor dan pengujian blackbox.
Metode ujicoba memfokuskan pada keperluan fungsional dari software, Karena itu ujicoba ini memungkinkan pengembang software untuk membuat himpunan kondisi input yang akan melatih seluruh syarat-syarat fungsional suatu program. (Pressman, R,2002; Sommerville,2003). Pengujian proses deteksi data tingkat cahaya dapat menghasilkan perubahan output pada lampu . 
Adapun pengukuran dilakukan dengan mengukur tegangan basis dan tegangan emitor saat LDR mendapat pembiasan cahaya pada kondisi  rungan yang berubah dengan tabel pengukuran diperlihatkan pada tabel 2 dan grafik hubungan tahanan LDR terhadap tingkat cahaya rumah kaca ditunjukkan pada gambar 9. Dari hasil tabel dan grafik tersebut dapat dianalisa bahwa semakin tinggi tingkat cahaya di luar rungan yang diterima oleh LDR (Light Dependent Resistor ), maka tingkat pencahayaan yang diperoleh  hampir konstan serta tahanan LDR juga memiliki selisih kenaikan 0,7 kW. Dari hasil percobaan diinginkan kestabilan hasil pencahayaan yaitu berkisar 110 Lux. Hal ini  dianggap memenuhi hasil pengujian sesuai dengan tujuan yang diharapkan.


2.3.  Hasil dan Pembahasan
Pengujian kualitas sistem  adalah salah satu yang paling penting untuk jaminan kualitas.  Aplikasi sistem yang telah diuji merupakan tantangan baru untuk jaminan kualitas dan pengujian.  Mencakup pengujian data sensor dan output lampu  Dalam  evaluasi  sistem  komunikasi  data  yang  dirancang, digunakan beberapa skenario pengujian sistem, untuk melakukan pengukuran terhadap performa dari sistem yang dirancang. Selain itu, evaluasi juga dilakukan untuk mengetahui bagaimana karakteristik dari komunikasi data secara kabel melalui komunikasi serial, dengan cara melakukan pengiriman atau penerimaan data pada berbagai kondisi, dan pada waktu-waktu tertentu.  Percobaan dilakukan dengan menjalankan aplikasi-aplikasi  input sensor  dan output lampu. Pengujian dilakukan dua skenario dengan membedakan kondisi deteksi sensor. 

Skenario 1 : Pengujian sensor terhadap kondisi  waktu siang dan malam, data hasil pengujian ini bisa dilihat pada tabel 3.
Skenario 2 : Pengujian sensor terhadap kondisi pencahayaan siang hari saat terindikasi mendung,  data ini juga bisa dilihat pada tabel 3.

Setelah di lakukan pengujian sistem selama 1 bulan terhadap pertumbuhan tanaman (2 minggu di semai, 4 minggu disinari cahaya tambahan di malam hari) diperlihatkan pada Gambar 10.  Di peroleh hasil : tinggi bungan krisan setelah disemai (umur 2 minggu) setinggi 20 cm. setelah mencapai 6 minggu (pasca penyinaran tambahan di malam hari) tinggi bunga mencapai 32 cm, hingga 90 hari mencapai 114 cm, tinggi ini dikatakan siap panen.
                Gambar 10 di ambil pada kondisi siang hari dengan intensitas cahaya > set point sehingga lampu padam. Sistem juga dilengkapi dengan  ruang rumah kaca dengan ukuran media 125 cm x 75cm. pada atap didesain bisa terbuka dan tutup secara otomatis pada kondisi siang dan malam, atau saat hujan. Gambar 11.

2.4.  Kesimpulan dan Saran
Cahaya  adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh makhluk hidup di dunia. Bagi manusia dan hewan cahaya adalah penerang dunia ini. Selain itu , tumbuhan dan organisme berklorofil dapat memanfaatkan langsung energi dari lampu.
Dengan adanya sistem pengontrolan cahaya dalam ruangan yang seperti ini pengguna akan lebih mudah mengaktifkan dan mengontrol  penerangan ruagan rumah kaca.
Dengan dirancangnya sistem seperti pada penelitian ini maka penyedia fasilitas penerangan  ruang rumah kaca  dapat dipermudah dalam mengatur pencahayaan ruangan serta dapat mengefisienkan dalam penggunaan tenaga .  Waktu yang perlukan untuk mencapai set_point pencahayaan adalah 1,2  sekon .








3.         Tabel dan Gambar
3.1.  Tabel

Tabel 1. Pengujian LDR terhadap Tingkat Cahaya
 (menggunakan 1 buah lampu)

Nomor Percobaan
Tingkat Cahaya (Lux)
Tahanan LDR(kW)
Tegangan Output
(V)
Jarak Lampu & LDR(cm)
1
37
45
0.3
3
2
43
38
0.5
7
3
54
27
0.9
9
4
66
19
1.2
13
5
79
10
1,4
15
6
97
7.8
1,6
17
7
142
5.7
2,0
22
8
234
3.6
2,3
25
9
641
3.0
2,6
27
10
910
0.7
3,4
32

Tabel 2. Pengujian kecerahan miniatur rumah kaca
No
Tingkat
Cahaya
Luar Rungan
(Lux)
Tingkat
Cahaya
Dalam Rungan
(Lux)
Tahanan LDR
(kW)
1
37
73
0.45
2
43
67
0,38
3
54
56
0,47
4
66
44
0,49
5
79
31
0,50
6
97
23
0,58
7
112
20
0,67

Tabel 3.Respon  sensor terhadap kondisi  lampu
Kondisi Waktu
Respon Sensor (detik)
Respon Lampu
Malam
1,21
On
Siang
1,19
Off
Mendung
1.42
On












3.2.  Gambar



Gambar 1. Teknik penambahan cahaya secara manual pada rumah kaca, lokasi desa Kakaskasen II Tomohon





Gambar 2. Rancangan Sistem

















Gambar 3. Blok diagram sistem kendali intensitas cahaya

















Gambar 4. Sensor LDR pada saat output logika 0

















Gambar 5.  Grafik tahanan LDR terhadap tingkat cahaya
















Gambar 6. Contoh pengaturan set point 100 lux

















Gambar 7. Prototipe Sistem













Gambar 8. Output sistem pada kondisi intensitas cahaya < set point




Gambar 9. Grafik tahanan LDR terhadap tingkat cahaya  pada uji kecerahan rumah kaca



Gambar  10. Bunga Krisan berumur 1 bulan
pada kondisi intensitas cahaya > set point


Gambar 11. Bentuk fisik rumah kaca







Daftar Pustaka
[1]     Booch,G. Rumbaugh,J. Jacobson,I,.,  The Unified Modeling Language - User Guide (Addison Wesley, 1999)
[2]     Direktorat dan budidaya pasca panen florikultura, Buku Pintar Series Tanaman Bunga Potong (Dirjen Holtikultura Kementrian Pertanian, 2011)
[3]     Filipovic D.Miomir, Understanding Electronics Components  (Mikroelektronika, 2008)
[4]     H.Gunadi Suhendar,H, Visual Modeling Menggunakan UML dan Rational Rose. (Bandung: Informatika,2002)
[5]     H.M. Jogiyanto. Analisis & Desain Sistem. (Yogyakarta: Andi  Offset, 2005)
[6]     Kendall, K. and Kendall, J.,Systems  Analysis and Design, 6th Ed. (Prentice Hall, 2005)
[7]     Libria Widiastuti, Pengaruh intensitas cahaya dan kadar daminosida terhadap iklim mikro dan pertumbuhan tanaman krisan dalam pot, Ilmu Pertanian 11(2), 2004,35-42
[8]     Louise Matindas dan Arnold Turang,  Cara Budidaya Bunga Krisan (Sulawesi Utara : Badan Litbang Pertanian, 2012)
[9]     Kristanto, A, Perancangan Sistem Informasi dan Aplikasinya, (Yogyakarta : Gaya Media, 2003)
[10] Kusrini, Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. (Yogyakarta : Andi, 2005)
[11] Muchdar Soedarjo,Teknologi budidaya untuk menghasilkan bunga krisan yang berkualitas dan berdaya saing secara komersial, (Badan Litbang Pertanian Cianjur : Agroinovasi Sinar Tani ,2012
[12] R. Pressman, Rekayasa Perangkat Lunak. (Yogyakarta : Andi, 2002)
[13] Sommerville, I. Software Engineering. Edisi keenam, (Jakarta : Erlangga, 2003)
Suyanto Z.Arifin, Pengaruh intensitas cahaya matahari dan triakontanol terhadap pertumbuhan dan hasil biji bayam,  Jurnal Agronomi 11 (1),2007
 






Sistem Kendali Intensitas Cahaya Rumah Kaca Cerdas
pada Budidaya Bunga Krisan

Tracy Marsela P2700211447, Rhiza S.Sadjad, Andani Achmad



Abstrak
Penelitian ini bertujuan  merancang  sistem kendali cerdas intensitas cahaya rumah kaca  untuk budidaya bunga krisan. Cahaya adalah faktor lingkungan yang diperlukan untuk mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Alasan utamanya karena cahaya menyebabkan fotosíntesis. Lagi pula, cahaya mempengaruhi perkembangan dengan cara menyebabkan pototrofisme. Ada banyak efek lain dari cahaya yang tidak berhubungan sama sekali dengan fotosíntesis; sebagian besar efek tersebut mengendalikan wujud tumbuhan. Intensitas cahaya yang optimal selama periode tumbuh penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hasil perancangan ini berupa  perubahan intensitas cahaya saat malam dan siang  hari. Diharapkan penelitian ini dapat memudahkan  petani budidaya tanaman  bunga krisan dalam mengontrol pencahayaan buatan dan meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Kata kunci:
Kendali cerdas, intensitas cahaya, bunga krisan.
1. Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
     
Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting bagi kehidupan seluruh makhluk hidup. Bagi tumbuhan  khususnya yang berklorofil, cahaya sangat menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan.
Pengaruh cahaya juga berbeda pada setiap jenis tanaman. memiliki reaksi fisiologi yang berbeda terhadap pengaruh intensitas, kualitas, dan lama penyinaran oleh cahaya matahari (Onrizal, 2009). Selain itu, setiap jenis tanaman memiliki sifat yang berbeda dalam hal fotoperiodisme, yaitu lamanya penyinaran dalam satu hari yang diterima tanaman. Perbedaan respon tumbuhan terhadap lama penyinaran atau disebut juga fotoperiodisme, menjadikan tanaman dikelompokkan menjadi tanaman hari netral, tanaman hari panjang, dan tanaman hari pendek.
Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun  kebutuhan  cahaya tergantung  pada jenis tumbuhan. Selain itu, kekurangan cahaya saat perkembangan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang  akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat ( tidak hijau). Gejala etiolasi tersebut disebabkan oleh kurangnya cahaya atau tanaman berada di tempat yang gelap.
Tanaman krisan adalah tanaman hari panjang,  untuk mendapatkan bunga yang diharapkan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan, maka perlu dilakukan penambahan cahaya pada tanaman. Penambahan cahaya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan cahaya      matahari, untuk memacu pertumbuhan organ vegetatif. Untuk membudidayakan bunga krisan di Indonesia, diperlukan penambahan cahaya, sebanyak 70 lux selama 4 jam pada malam hari. Setelah sebulan penambahan cahaya dihentikan.Teknik meletakan lampu yaitu dengan mengatur setiap titik lampu 3 m, dengan asumsi jangkauan setiap titik lampu 1,5 m, tinggi dari atas bunga 1,5 m. Gunakan lampu pijar 75-100 watt atau lampu essensial 18-23 watt (Gambar 1). Saat ini metode pengaturan nyala lampu untuk penyinaran di malam hari menggunakan timer. Timer akan dimatikan setelah tanaman memasuki vase generatif dengan tinggi tanaman berkisar 35-45 cm. Jika tinggi tanaman belum tercapai yaitu kurang dari 35-45 cm, maka perlu ditambah waktu penerangan selama 1 minggu.
Metode yang digunakan saat ini masih bersifat manual untuk teknik penambahan cahaya, oleh karena itu perlu dibuat suatu sistem kendali intensitas cahaya yang otomatis menjaga supaya besarnya intensitas cahaya tetap konstan sesuai setpoint yang ditetapkan yang mengacu pada kebutuhan pertumbuhan tanaman krisan.

               
1.2. Tujuan
1.       Merancang suatu sistem kontrol intensitas cahaya lampu yang konstan dari pengaruh cahaya luar.
2.       Merancang sistem kontrol intensitas cahaya lampu pada budidaya bunga krisan.

1.3. Manfaat
1.      Memudahkan pengguna untuk mengontrol intensitas cahaya lampu.
2.      Meningkatkan pertumbuhan bunga krisan melalui kontrol intensitas cahaya lampu pada rumah kaca cerdas.



2.  Konfigurasi Sistem
   
2.1.  Pemodelan Sistem

Perancangan sistem yang di usulkan adalah satu kesatuan  kendali cerdas budidaya tanaman bunga krisan. Bagian sistem yang akan dibangun adalah  kendali cerdas intensitas cahaya yang merupakan aplikasi yang dibangun dengan  memakai objek  tanaman bunga krisan dengan kondisi pencahayaan buatan akan lebih meningkatkan kualitas hasil panen diperlihatkan pada gambar 2.
Pola perilaku sistem dalam blok diagram memiliki  faktor yang masing – masing  saling mempengaruhi.  Sensor Cahaya akan  mengirim sinyal perubahan cahaya ke kontroller. LCD sebagai indikator nilai perubahan intensitas cahaya akan mengindikasikan setiap perubahan dalam masa pertumbuhan tanaman. Lampu sebagai parameter pencahayaan buatan dalam rumah kaca diperlihatkan pada gambar 3.
Secara singkat antar muka kendali cerdas intensitas cahaya meliputi beberapa proses, yaitu : proses  pengujian sensor cahaya, proses monitoring perubahan cahaya, proses kendali, proses output lampu  (gambar 3). 
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam membangun aplikasi yaitu :

A. Proses Pengujian  Sensor Cahaya
Tahapan yang di lakukan  dalam  pengujian sensor cahaya ditunjukkan pada gambar  4.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan rangkaian LDR untuk mendeteksi kondisi cahaya terang dan gelap  dengan menghasilkan  sinyal 0 dan 1 dengan pembagian tegangan menggunakan variable resistor untuk mendapat tegangan kerja.

B. Proses Monitoring Perubahan Cahaya
Dalam penentuan intensitas cahaya untuk  rumah kaca budidaya tanaman krisan, akan di monitoring data intensitas cahaya baik pengaturan set_point maupun perubahan setiap cahaya di dalam ruang rumah kaca. User akan memonitoring  setiap perubahan cahaya yang dihasilkan oleh sistem. Data tingkat cahaya diperlihatkan pada tabel 1 serta grafik hubungannya diperlihatkan pada grafik gambar 5. Dari data tabel dan grafik tersebut dapat dianalisa bahwa semakin tinggi tingkat cahaya yang diterima oleh LDR maka nilai tahanan dari LDR tersebut akan semakin kecil.

C. Proses  Kendali Intensitas Cahaya
Proses kendali difungsikan untuk membandingkan nilai cahaya  pada kondisi  siang dan malam, serta siang hari pada kondisi hujan atau mendung.



D. Proses Output Lampu
Proses pembacaan  data di awali dengan mengkondisikan nilai set_point dengan data sensor. Gambar 6 memperlihatkan pengaturan set point pada 100 lux. Sistem akan membandingkan nilai tersebut jika perubahan sesuai dengan kondisi diharapkan  maka output yang akan dikondisikan yaitu Lampu. Prototipe sistem diperlihatkan pada gambar 7 sedangkan output sistem bisa dilihat pada gambar  8.

2.2.  Pengujian Sistem
Tujuan dari pengujian sistem adalah mengukur dan menguji keberhasilan dari aplikasi yang sudah di buat . Pengujian sistem dilakukan dua tahap pengujian sistem yaitu pengujian sinyal sensor dan pengujian blackbox.
Metode ujicoba memfokuskan pada keperluan fungsional dari software, Karena itu ujicoba ini memungkinkan pengembang software untuk membuat himpunan kondisi input yang akan melatih seluruh syarat-syarat fungsional suatu program. (Pressman, R,2002; Sommerville,2003). Pengujian proses deteksi data tingkat cahaya dapat menghasilkan perubahan output pada lampu . 
Adapun pengukuran dilakukan dengan mengukur tegangan basis dan tegangan emitor saat LDR mendapat pembiasan cahaya pada kondisi  rungan yang berubah dengan tabel pengukuran diperlihatkan pada tabel 2 dan grafik hubungan tahanan LDR terhadap tingkat cahaya rumah kaca ditunjukkan pada gambar 9. Dari hasil tabel dan grafik tersebut dapat dianalisa bahwa semakin tinggi tingkat cahaya di luar rungan yang diterima oleh LDR (Light Dependent Resistor ), maka tingkat pencahayaan yang diperoleh  hampir konstan serta tahanan LDR juga memiliki selisih kenaikan 0,7 kW. Dari hasil percobaan diinginkan kestabilan hasil pencahayaan yaitu berkisar 110 Lux. Hal ini  dianggap memenuhi hasil pengujian sesuai dengan tujuan yang diharapkan.


2.3.  Hasil dan Pembahasan
Pengujian kualitas sistem  adalah salah satu yang paling penting untuk jaminan kualitas.  Aplikasi sistem yang telah diuji merupakan tantangan baru untuk jaminan kualitas dan pengujian.  Mencakup pengujian data sensor dan output lampu  Dalam  evaluasi  sistem  komunikasi  data  yang  dirancang, digunakan beberapa skenario pengujian sistem, untuk melakukan pengukuran terhadap performa dari sistem yang dirancang. Selain itu, evaluasi juga dilakukan untuk mengetahui bagaimana karakteristik dari komunikasi data secara kabel melalui komunikasi serial, dengan cara melakukan pengiriman atau penerimaan data pada berbagai kondisi, dan pada waktu-waktu tertentu.  Percobaan dilakukan dengan menjalankan aplikasi-aplikasi  input sensor  dan output lampu. Pengujian dilakukan dua skenario dengan membedakan kondisi deteksi sensor. 

Skenario 1 : Pengujian sensor terhadap kondisi  waktu siang dan malam, data hasil pengujian ini bisa dilihat pada tabel 3.
Skenario 2 : Pengujian sensor terhadap kondisi pencahayaan siang hari saat terindikasi mendung,  data ini juga bisa dilihat pada tabel 3.

Setelah di lakukan pengujian sistem selama 1 bulan terhadap pertumbuhan tanaman (2 minggu di semai, 4 minggu disinari cahaya tambahan di malam hari) diperlihatkan pada Gambar 10.  Di peroleh hasil : tinggi bungan krisan setelah disemai (umur 2 minggu) setinggi 20 cm. setelah mencapai 6 minggu (pasca penyinaran tambahan di malam hari) tinggi bunga mencapai 32 cm, hingga 90 hari mencapai 114 cm, tinggi ini dikatakan siap panen.
                Gambar 10 di ambil pada kondisi siang hari dengan intensitas cahaya > set point sehingga lampu padam. Sistem juga dilengkapi dengan  ruang rumah kaca dengan ukuran media 125 cm x 75cm. pada atap didesain bisa terbuka dan tutup secara otomatis pada kondisi siang dan malam, atau saat hujan. Gambar 11.

2.4.  Kesimpulan dan Saran
Cahaya  adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh makhluk hidup di dunia. Bagi manusia dan hewan cahaya adalah penerang dunia ini. Selain itu , tumbuhan dan organisme berklorofil dapat memanfaatkan langsung energi dari lampu.
Dengan adanya sistem pengontrolan cahaya dalam ruangan yang seperti ini pengguna akan lebih mudah mengaktifkan dan mengontrol  penerangan ruagan rumah kaca.
Dengan dirancangnya sistem seperti pada penelitian ini maka penyedia fasilitas penerangan  ruang rumah kaca  dapat dipermudah dalam mengatur pencahayaan ruangan serta dapat mengefisienkan dalam penggunaan tenaga .  Waktu yang perlukan untuk mencapai set_point pencahayaan adalah 1,2  sekon .








3.         Tabel dan Gambar
3.1.  Tabel

Tabel 1. Pengujian LDR terhadap Tingkat Cahaya
 (menggunakan 1 buah lampu)

Nomor Percobaan
Tingkat Cahaya (Lux)
Tahanan LDR(kW)
Tegangan Output
(V)
Jarak Lampu & LDR(cm)
1
37
45
0.3
3
2
43
38
0.5
7
3
54
27
0.9
9
4
66
19
1.2
13
5
79
10
1,4
15
6
97
7.8
1,6
17
7
142
5.7
2,0
22
8
234
3.6
2,3
25
9
641
3.0
2,6
27
10
910
0.7
3,4
32

Tabel 2. Pengujian kecerahan miniatur rumah kaca
No
Tingkat
Cahaya
Luar Rungan
(Lux)
Tingkat
Cahaya
Dalam Rungan
(Lux)
Tahanan LDR
(kW)
1
37
73
0.45
2
43
67
0,38
3
54
56
0,47
4
66
44
0,49
5
79
31
0,50
6
97
23
0,58
7
112
20
0,67

Tabel 3.Respon  sensor terhadap kondisi  lampu
Kondisi Waktu
Respon Sensor (detik)
Respon Lampu
Malam
1,21
On
Siang
1,19
Off
Mendung
1.42
On












3.2.  Gambar



Gambar 1. Teknik penambahan cahaya secara manual pada rumah kaca, lokasi desa Kakaskasen II Tomohon





Gambar 2. Rancangan Sistem

















Gambar 3. Blok diagram sistem kendali intensitas cahaya

















Gambar 4. Sensor LDR pada saat output logika 0

















Gambar 5.  Grafik tahanan LDR terhadap tingkat cahaya
















Gambar 6. Contoh pengaturan set point 100 lux

















Gambar 7. Prototipe Sistem













Gambar 8. Output sistem pada kondisi intensitas cahaya < set point




Gambar 9. Grafik tahanan LDR terhadap tingkat cahaya  pada uji kecerahan rumah kaca



Gambar  10. Bunga Krisan berumur 1 bulan
pada kondisi intensitas cahaya > set point


Gambar 11. Bentuk fisik rumah kaca







Daftar Pustaka
[1]     Booch,G. Rumbaugh,J. Jacobson,I,.,  The Unified Modeling Language - User Guide (Addison Wesley, 1999)
[2]     Direktorat dan budidaya pasca panen florikultura, Buku Pintar Series Tanaman Bunga Potong (Dirjen Holtikultura Kementrian Pertanian, 2011)
[3]     Filipovic D.Miomir, Understanding Electronics Components  (Mikroelektronika, 2008)
[4]     H.Gunadi Suhendar,H, Visual Modeling Menggunakan UML dan Rational Rose. (Bandung: Informatika,2002)
[5]     H.M. Jogiyanto. Analisis & Desain Sistem. (Yogyakarta: Andi  Offset, 2005)
[6]     Kendall, K. and Kendall, J.,Systems  Analysis and Design, 6th Ed. (Prentice Hall, 2005)
[7]     Libria Widiastuti, Pengaruh intensitas cahaya dan kadar daminosida terhadap iklim mikro dan pertumbuhan tanaman krisan dalam pot, Ilmu Pertanian 11(2), 2004,35-42
[8]     Louise Matindas dan Arnold Turang,  Cara Budidaya Bunga Krisan (Sulawesi Utara : Badan Litbang Pertanian, 2012)
[9]     Kristanto, A, Perancangan Sistem Informasi dan Aplikasinya, (Yogyakarta : Gaya Media, 2003)
[10] Kusrini, Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. (Yogyakarta : Andi, 2005)
[11] Muchdar Soedarjo,Teknologi budidaya untuk menghasilkan bunga krisan yang berkualitas dan berdaya saing secara komersial, (Badan Litbang Pertanian Cianjur : Agroinovasi Sinar Tani ,2012
[12] R. Pressman, Rekayasa Perangkat Lunak. (Yogyakarta : Andi, 2002)
[13] Sommerville, I. Software Engineering. Edisi keenam, (Jakarta : Erlangga, 2003)
Suyanto Z.Arifin, Pengaruh intensitas cahaya matahari dan triakontanol terhadap pertumbuhan dan hasil biji bayam,  Jurnal Agronomi 11 (1),2007

No comments:

Post a Comment