Sunday, April 2, 2017

MAKALAH PENYULUHAN PERTANIAN UPAYA STABILISASI HARGA CABAI (Capsicum annum L.) DENGAN BUDIDAYA DI LUAR MUSIM ( OF SEASON)

UPAYA STABILISASI HARGA CABAI (Capsicum annum L.)
DENGAN BUDIDAYA DI LUAR MUSIM ( OF SEASON)

MAKALAH


Description: D:\PROGRAM BEASISWA PERINTIS NUSANTARA 2013\LOGO\Logo Politeknik Negeri Jember.png








Oleh
Citra Helda Anggia
NIM A31151077
PTH/Gol. A
Dosen pengampu : Eliyatiningsih, SP.MSc
Teknisi  : Ca Kholili



KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2017



BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
     Cabai merupakan komoditas sayuran yang cukup strategis baik cabai merah maupun cabai rawit. Bagi masyarakat Indonesia, cabai dapat disamakan dengan mentega bagi bangsa Belanda (Sumarno 2011). Cabai digunakan sebagai penyedap masakan, penyedap rasa, dan penambah selera makan sehingga masakan tanpa cabai terasa tawar dan hambar.
     Produksi cabai di Indonesia masih relatif rendah pada saat musim hujan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2015). Untuk memenuhi kebutuhan bulanan masyarakat perkotaan diperlukan luas area panen cabai sekitar 11.000 ha/bulan, sedangkan pada musim hajatan dan musim hujan luas area panen cabai yang harus tersedia berkisar antara 12.100-13.300 ha/bulan. Belum lagi kebutuhan cabai untuk masyarakat pedesaan atau kota-kota kecil serta untuk bahan baku olahan. Untuk memenuhi seluruh kebutuhan cabai tersebut perlu tersedia pasokan cabai yang mencukupi. Apabila pasokan cabai berkurang atau lebih rendah dari permintaan maka akan terjadi kenaikan harga. Sebaliknya apabila pasokan cabai melebihi kebutuhan maka harga akan turun.
     Pada musim tertentu (musim hujan dan musim hajatan/ perayaan hari besar)  harga cabai melonjak cukup tinggi mencapai lebih dari Rp100.000/kg, sedangkan pada saat tertentu harganya bisa jatuh di bawah Rp10.000/kg. Fluktuasi harga musiman ini terjadi hampir setiap tahun dan meresahkan masyarakat konsumen cabai. Lonjakan harga cabai ini disebabkan oleh pasokan yang berkurang, sementara permintaan konstan dan kontinu setiap hari, bahkan meningkat pada musim tertentu. Farid dan Subekti (2012) menyatakan bahwa fluktuasi harga cabai terjadi karena produksi cabai bersifat musiman, faktor hujan, biaya produksi, dan panjangnya saluran distribusi. Sementara itu, disparitas harga cabai antardaerah terjadi karena pusat produksi cabai terkonsentrasi di Jawa dan kualitas infrastruktur jalan kurang memadai (Irawan, 2007)
    Upaya untuk mengurangi lonjakan harga cabai adalah dengan tetap menyediakan pasokan cabai yang cukup di pasar melalui penanaman cabai sepanjang musim, termasuk pada musim hujan. Petani biasanya enggan menanam cabai pada musim hujan karena risiko gagal panen cukup tinggi.

1.2 Tujuan
     Mengetahui teknik budidaya cabe  di luar musim. Dengan sasaran diketahuinya teknik budidaya cabe di luar musim, dan meningkatkan pendapatan petani cabe.

1.2  Manfaat
Meningkatkan pendapatan petani cabe.






















BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Tanaman Cabai
     Cabai merupakan tanaman perdu dari family terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan sekitar 2000 spesies yang terdiri dari tumbuhan herba, semak, dan tumbuhan kerdillainnya. Dari banyaknya spesies tersebut, hampir dapat dikatakan sebagian besar merupakan tumbuhan negeri tropis.
     Tanaman cabai dikenal sebagai tanamanyang tidak begitu tahan terhadap curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang tinggi pada saat tanaman cabai sedang berbunga dapat mengakibatkan rontoknya bunga sehingga buahpun berkurang. Meskipun tidak menyukai curah hujan yang tinggi, tanaman akan tumbuh dengan baik di daerah dengan kelembapan tinggi

2.2 Syarat Tumbuh
     2.2.1 Ketinggian Tempat
     Cabai dapat ditanam di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah, yaitu lebih dari 250 - 1200 m di atas permukaan laut. Meskipun luasan lahan yang cocok untuk cabai masih sangat luas, tetapi penanaman cabai di dataran tinggi masih sangat terbatas. Pengembangan tanaman cabai, lebih diarahkan ke areal pengembangan dengan ketinggian sedikit di bawah 800 mdpl. Terutama pada lokasi yang air irigasinya sangat terjamin sepanjang tahun (Dalimartha, 2005).
  
  2.2.2 Iklim
     Pertumbuhan optimum cabai memerlukan iklim tropis yang hangat dan lembap dengan suhu berkisar antara 18 oC - 32 oC . Pembentukan buah yang maksimum memerlukan suhu antara 15,5 oC – 21 oC. Pada suhu di bawah 15,5 oC dan di atas 32 oC buah yang dihasilkan kurang baik. Suhu yang tinggi pada siang hari menyebabkan tanaman layu dan bunga gugur. Selain itu viabilitas serbuk sari akan berkurang pada suhu diatas 30 oC (Susiana, 2006).


     2.2.3 Curah Hujan
    Curah hujan yang tinggi menyebabkan tanaman terserang penyakit. Sebaliknya, curah hujan yang rendah dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman cabai terhambat dan dapat mempengaruhi ukuran buah. Intensitas curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman adalah 600-1250 mm per tahun. Cabai rentan terhadap hujan yang terlalu deras dan cuaca yang mendung. Namun demikian cabai toleran terhadap naungan hingga 45%.

2.2.4 Lama Penyinaran
     Tanaman cabai merupakan tanaman yang memerlukan penyinaran matahari minimal 8 jam per hari. Intensitas cahaya yang rendah dapat mempengaruhi orientasi kloroplas tanaman. Tanaman cabai yang kekurangan cahaya mengakibatkan tanaman menjadi lemah, pucat, dan pertumbuhannya cenderung memanjang.

2.2.5 Tanah
     Cabai merupakan tanaman yang memiliki daya adaptasi yang luas sehingga cabai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dari tanah berpasir sampai berliat, asalkan terdapat aerasi dan drainase yang baik. Bila diharapkan panen yang lebih cepat, cabai merah sebaiknya ditanam pada tanah lempung berpasir; dan bila diharapkan panen lebih lambat cabai merah lebih sesuai ditanam pada tanah yang lebih berat atau tanah liat. Tanah juga harus mengandung cukup bahan organik, unsur hara dan air serta bebas dari gulma, nematoda dan bakteri layu.

2.2.6 PH
     PH yang ideal adalah antara 5,5 – 6,8 karena pada PH di bawah 5,5 atau di atas 6,8 hanya akan menghasilkan produksi yang sedikit (Kusandriani dan Muharam, 2005).

2.3 Teknologi Budidaya di Luar Musim (of Season )
     Mengembangkan budidaya cabe diluar musim di bulan oktober hingga maret diwaktu penghujam perlu diterapkan teknologi budidaya yang tepat dan biasanya berbeda dengan teknologi budidaya pada masa tanam biasa. Dengan penerapan teknologi budidaya cabe yang ditanam pada musim penghujan diharapkan dapat dihasilkan cabe yang tidak kalah produksi dan kualitasnya dibanding produksi cabe yang pada ditanam pada musim kemarau. Langkah-langkah teknologi budidaya sebagai berikut:

2.3.1 Persiapan Lahan
1. Pembajakan lahan
      Lahan yang telah dipilih dan tidak banyak terkontaminasi oleh penyakit, dengan melihat kondisi tanaman sebelumnya, tanah bukan bekas tanaman dari keluarga terong-terongan, karena peka terhadap cendawan atau jamur akar. Pada lahan kering atau tegalan, tanah dibajak dan kemudian dicangkul sedalam 30-40 cm, dan dibalikan. Bongkahan tanah dihaluskan dan sisa tanaman dibersihkan. Drainase dibuat dengan baik agar tidak terjadi genangan air disaat hujan, dengan cara bedengan dibuat miring dan dibuat parit- parit sehingga dapat mengalirkan air hujan. Tinggi bedengan dibuat 40 cm, agar akar tanaman tidak mencapai air permukaan tanah. Lebar bedengan dapat 1- 2 m dengan kedalaman parit antar bedengan 35-40 cm. Jarak tanam 50 cm dalam barisan dan 60-70 antar barisan.
 2. Penggemburan
     Tanah Setelah dibajak tanah digemburkan dengan cara dicangkul dan dicacah, dengan cangkul atau sabit khusus. Selajutnya dibuat bedengan kasar disaat ini diberikan kapur pertanian dengan dosis 1,5 – 2 ton/hektar atau 150-2000 gram/m2. Kapur pertanian dicampur merata dengan tanah dan diberikan pada waktu bedengan siap tanam.
 3. Pembuatan Bedengan
a. Bedengan dibuat dengan ukuran 10-12 m dengan lebar 100 – 120 cm dan tinggi    40-50 cm.
b. Permukaan bedengan dibuat setengah lingkaran dan diratakan, agar mulsa plastik dapat mudah dipasang dan melekat. Kemudian tanah dicampur dengan pupuk kandang di permukaan secara merata dan diaduk dengan cangkul kecil dengan kedalaman 20 cm, dan diratakan
c. Bedengan ditutup dengan plastik perak dengan tujuan memelihara kelembaban tanah, kestabilan mikroba tanah, dan memperkecil pencucian unsur hara oleh hujan.
 4. Pemupukan
     Dosis  yang dibutuhkan tanaman cabe di luar musim adalah pupuk kandang 10 ton per hektar, 300 kg per hektar Urea, 250-300 kg per hektar SP-36, dan 245 kg per hektar KCL (untuk dataran rendah) sedang didataran tinggi dosis diperlukan 30 ton per hektar pupuk kandang, 2000- 400 kg per hektar Urea , 208-312 kg per hektar SP-36, dan 182-273 kg per hektar KCL. Setelah pupuk kandang dan kapur pertanian diberikan pada bedengan, selajutnya pupuk buatan diberikan. Pada pemupukan pupuk buatan di budidaya tanamam cabe di luar musim diberikan sekaligus pada saat menjelang tanam bibit sebelum pemasangan mulsa plastic
5. Pemasangan Mulsa Plastik
a. Siapkan mulsa plastik sesuai dengan ukuran bedengan ( 200 kg/ha atau 11-12 gulung/ha).
 b. Pemasangan mulsa plastik dilakukan setelah pemberian pupuk kandang dan pupuk buatan dan pada saat cuaca yang cerah. Sebaiknya dilakukan pukul 14,00 – 16,00 agar plastik cukup memuai. Pemasangan dilakukan oleh 2 orang agar lebih mudah. Setelah bedengan tertutup, dibiarkan selama 5 hari agar pupuk buatan larut dalam tanah dan tidak menjadi penyakit bagi tanaman.
 c. Pembuatan lubang tanam pada mulsa plastik sesuai dengan jarak tanam, dapat dilakukan dengan menggunakan kaleng (ukuran 8- 10 cm) dan dibuat jepitan dengan kayu, kemudian kaleng diisi bara api, lalu tempelkan pada mulsa plastik yang telah diberi tanda (titik-titik) sebagai tanda jarak tanam (lihat gambar1)
                
                             (a)                                                          (b)
Gambar1: a. Pemasangan mulsa, b. pembuatan lubang tanam pada bedengan yang telah tertutup mulsa plastik

6. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyulaman tanaman yang mati dapat dilakukan paling lambat 1-2 minggu setelah tanam.
 b. Pemasangan ajir, untuk menopang tanaman cabe yang tumbuh dengan rimbunnya. Ajir dapat dibuat dari bilah bambu tinggi 1 m dan dipasang di dekat tanaman. Ajir dipasang dalam bentuk para-para dimana antar ajir satu dengan ajir yang lainnnya saling berhubungan (lihat gambar 2).
                                        
Gambar 2: Pemasangan Ajir

c. Perangkap lalat buah dengan menggunakan Metil Eugenol 1 ml ditambah dengan insektisida atau air sabun. Perangkap tersebut diletakan di samping atas dan setinggi tanaman cabe dengan radius 10 m (100 buah/ha) dan diganti sebulan sekali atau sesuai dengan kebutuhan.
 d. Tanaman cabe mudah terserang panyakit bercak daun dan anthracnose, penyakit ini dapat dikendalikan dengan fungisida Antracol atau Daconil 0,2 % dapat diaplikasikan 7-10 hari sekali sejak umur 35 hari dan 14 menjelang panen. e. Serangan ulat gerayak dapat diatasi dengan memberikan Hostathion 40 EC 2 cc/l. f. Untuk megatasi gugur bunga akibat fluktuasi temperatur yang tinggi dapat dikendalikan dengan zat pengatur tumbuh seperti Atonik, Ergostim, Ethrel. Untuk Atonik 1ml/liter air dengan interval aplikasi 2, 3, dan 7 minggu Gambar 2: Pemasangan ajir pada bedengan
8. Pembuatan Green House Sederhana
     Umumnya  menggunakan plastik UV 14%. Harganya sekitar Rp. 32.000/kg. Satu rol beratnya sekitar 50-60 kg, lebar 3-4 meter, panjang sekitar 150 meter. Estimasi penggunan dana green house lengkap untuk ukuran 8x20 m, tinggi 4.5 m berbahan rangka bambu dan full plastik UV (dinding dan atap). Pembuatan green house (lihat gambar 3)
  
Gambar 3 : Pembuatan green house sederhana

7. Panen dan Panca Panen
a. Penen cabe merah dapat dilakukan setelah berumur 60-75 hari setelah tanam, dengan interval panen antara 3 hingga 4 hari sekali (dataran rendah) dan 6-7 hari di dataran tinggi. Buah yang rusah harus dipanen dan dimunaskan.
 b. Buah yang akan dijual segar dipanen matang, buah yang akan dibawa ke luar kota dipanen disaat buah matang hijau, dan buah yang akan dikeringkan dipanen jika buah sudah matang penuh.
 c. Kemasan pada cabe perlu diperhatikan, kemasan yang paling baik digunakan dengan kemasan dari karung jala dan pengangkutan tanpa dibanting.
 d. Tepat penyimpanan di tempat yang kering, sejuk dan cukup sirkulasi udara.

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. teknologi budidaya cabe di luar musim dengan teknik mulsa, green house sederhana dan ajir dapat menghambat kelembaban tanah yang tinggi kondisi ini menyebabkan tanaman mudah terserang oleh penyakit busuk akar, busuk daun dan busuk buah bisa terkendali.
2. Mengembangkan budidaya cabe diluar musim di bulan oktober hingga maret diwaktu penghujam perlu diterapkan teknologi budidaya yang tepat dan biasanya berbeda dengan teknologi budidaya pada masa tanam biasa. Dengan penerapan teknologi budidaya cabe yang ditanam pada musim penghujan diharapkan dapat dihasilkan cabe yang tidak kalah produksi dan kualitasnya dibanding produksi cabe yang pada ditanam pada musim kemarau.
3. Langakah utama yang harus diterapkan: 1. Pemulsaan, 2. Membuat green house sederhana dan 3. Pemasangan ajir



3.2 Saran
1. Teknologi mulsa dan ajir dalam budidaya cabe merah layak disosialisasikan di kawasan jenggawa melalui program pemberdayaan masyarakat setempat.
 2. Dalam program sosialisasi, diperlukan kerjasama dengan instasi terkai misalnya Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura agar pembinaan dapat berjalan secara berkesinambung






DAFTAR PUSTAKA

portalgaruda.org/article.php?article=339115&val=6413&title=DINAMIKA%20PRODUKSI%20DAN%20VOLATILITAS%20HARGA%20CABAI:%20ANTISIPASI%20%20STRATEGI%20DAN%20KEBIJAKAN%20PENGEMBANGAN. Diakses pada 2 April 2017

No comments:

Post a Comment