Tuesday, May 24, 2016

laporan praktikum aplikasi herbisida pada lahan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini, antara lain :
1.        Agar mahasiswa dapat memahami cara aplikasi herbisida yang benar
2.      Agar mahasiswa dapat menilai respon gulma terhadap herbisida yang diaplikasikan

1.2 Daasr teori
Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil yang disebabkan oleh gulma.
Ditinjau dari cara kerjanya, herbisida dibedakan atas herbisida kontak dan herbisida sistemik.
1.      Herbisida kontak, Herbisida Kontak Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida ini, terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika mematikan jaringan gulma yang terkena. Herbisida, diaplikasikan dengan penyemprotan dan sangat sesuai untuk mengendalikan gulma setahun atau semusim, misalnya ceplukan (Physalis angulata), babadotan (Ageratum conyzoides) dan bayam duri (Amaranthus spinosa).
2.      Herbisida sistemik, Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya. Cara kerja herbisida ini membutuhkan waktu 1-2 hari untuk membunuh tanaman pengganggu tanaman budidaya (gulma) karena tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara menganggu proses fisiologi jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke perakarannya. Diabsorbsi oleh akar atau daun masuk ke dalam jaringan pembuluh kemudian ditranslokasikan ke bagian lain, sehingga gulma mengalami kematian total. Cara aplikasi herbisida dengan penyemprotan melalui daun atau penyiraman ke akar tanaman. Efektif untuk gulma tahunan (perennial weed), misal alang-alang, teki dan sembung darat. Digunakan untuk memberantas gulma yang masih hijau, serta gulma yang masih memiliki sistem perakaran tidak meluas.
Di dalam jaringan tumbuhan, bahan aktif herbisida kontak hampir tidak ada yang ditranslokasikan. Jika ada, bahan tersebut ditranslokasikan melalui phloem. Karena hanya mematikan bagian gulma yang terkena, pertumbuhan gulma dapat terjadi sangat cepat. Dengan demikian, rotasi pengendalian menjadi singkat.
Herbisida kontak memerlukan dosis dan air pelarut yang lebih besar agar bahan aktifnya merata ke seluruh permukaan gulma dan diperoleh efek pengendalian aktifnya yang lebih baik. Herbisida kontak juga yang bekerja dengan cara menghasilkan radikal hidrogen peroksida yang memecahkan membran sel dan merusak seluruh konfigurasi sel. Herbisida kontak hanya mematikan bagian tanaman hidup yang terkena larutan, jadi bagian tanaman dibawah tanah seperti akar atau akar rimpang tidak terpengaruhi, dan bagian tanaman didapat kembali dan roses kerja pada herbisida ini pun sangat cepat. Herbisida ini hanya mampu membasmi gulma yang terkena semprotan saja, terutama bagian yang berhijau daun dan aktif berfotosintesis.
Keistimewaannya, dapat membasmi gulma secara cepat, 2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati. Sehingga bermanfaat jika waktu penanaman harus segera dilakukan.
Kelemahannya, gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2 minggu kemudian dan bila herbisida ini tidak menyentuh akar maka proses kerjanya tidak berpengaruh pada gulma. Contoh herbisida kontak adalah paraquat.
Herbisida Sistemik, Keistimewaannya, dapat mematikan tunas – tunas yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Efek terjadinya hampir sama merata ke seluruh bagian gulma, mulai dari bagian daun sampai perakaran. Dengan demikian, proses pertumbuhan kembali juga terjadi sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat lebih lama (panjang). Penggunaan herbisida sistemik ini secara keseluruhan dapat menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya aplikasi. Herbisida sistemik dapat digunakan pada semua jenis alat semprot, termasuk sistem ULV (Micron Herbi), karena penyebaran bahan aktif ke seluruh gulma memrlukan sedikit pelarut.
Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas herbisida sistemik, yaitu:
Gulma harus dalam masa pertumbuhan aktif
1.      Cuaca cerah waktu menyemprot.
2.      Tidak menyemprot menjelang hujan.
3.      Keringkan areal yang akan disemprot.
4.      Gunakan air bersih sebagai bahan pelarut.














BAB 2
 METODOLOGI

2.1  Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan pada  hari Rabu, 18 Mei 2016 pukul 08.00-10.00 WIB  di lahan UPT Pertanian Politeknik Negeri  Jember .

2.2   Alat dan Bahan
Alat :
Tangki Solo
Gelas ukur
Timba
Alat Pengaduk

       Bahan :
Gramoxone (herbisida kontak) 4 ml
Air 15 ml

2.3         Langkah Kerja
1.    Membuat larutan air dengan gramoxone dalam timba sebanyak 4 ml.
2.    Memasukkan  air sebanyak 15 liter ke dalam tangki.
3.    Menyemprot  herbisida kontak ke gulma yang dituju.
4.    Untuk mengetahui  cara kerja herbisida tunggu selama kurang lebih 7 hari.





BAB 3
 HASIL  DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Gulma

Hasil Pengamatan
Pembahasan

Keadaan lahan pada hari ke 1 gulma terlihat masih hidup semua, hal ini grumuxone belum bereaksi dengan tanaman,daun ataupun akar

Keadaan lahan pada hari ke 2 gulma terlihat ada yang kering 5%, hal ini grumuxone mulai bereaksi dengan tanaman,daun ataupun akar
IMG_20160522_170551.jpg





Pengamatan hari ke 3
Keadaan lahan pada hari ke 3 gulma terlihat sudah mulai sedikit, yang masih hidup 70 %  hal ini grumuxone sudah bereaksi dengan tanaman,daun ataupun akar yang sudah terkena akan kering atau mati yang sifatnya sisitemik
Pengamatan hari ke 4
Keadaan lahan pada hari ke 4 gulma terlihat sudah mulai sanagat sedikit, yang masih hidup 75 %  hal ini grumuxone sudah bereaksi dengan tanaman,daun ataupun akar yang sudah terkena akan kering atau mati yang sifatnya sisitemik
Pengamatan hari ke 5
Keadaan lahan pada hari ke 5 gulma terlihat sudah mulai sangat sangat sedikit, yang masih hidup 75 %  hal ini grumuxone sudah bereaksi dengan tanaman,daun ataupun akar yang sudah terkena akan kering atau mati yang sifatnya sisitemik
Pengamatan hari ke 6
Keadaan lahan pada hari ke 6 gulma terlihat sudah tidak terlihat gulma, yang masih hidup 98-100 %   hal ini grumuxone sudah bereaksi dengan tanaman,daun ataupun akar yang sudah terkena akan kering atau mati yang sifatnya sisitemik


















BAB 4
KESIMPULAN

4.1  Kesimpulan

1)      Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya.
2)      Penggunaan herbisida sistemik ini secara keseluruhan dapat menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya aplikasi. Herbisida sistemik dapat digunakan pada semua jenis alat semprot, termasuk sistem ULV (Micron Herbi), karena penyebaran bahan aktif ke seluruh gulma memrlukan sedikit pelarut.
3)      Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas herbisida sistemik, yaitu:
            Gulma harus dalam masa pertumbuhan aktif
Ø  Cuaca cerah waktu menyemprot.
Ø  Tidak menyemprot menjelang hujan.
Ø  Keringkan areal yang akan disemprot.
Ø  Gunakan air bersih sebagai bahan pelarut.

4.2  Saran
pada saat pengaplikasian pada lahan diharapkan pada saat penyemprotan tidak menyemprotkan terlalu tinggi muzzlenya agar tidak kena pada tanaman budidaya kita kira” yang optimal yaitu 20 cm kalau udah disekeliling tanaman kita.




DAFTAR PUSTAKA
Kusparwanti tri rini,2016.BKPM Dasar-Dasar Hortikultura , Politeknik Negeri Jember.


No comments:

Post a Comment