KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
PRODI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA
MAKALAH
TEKNIK
DAN APLIKASI PESTISIDA
“PEMBUATAN PESTISIDA NABATI”
Disusun Oleh :
Citra Helda Anggia ( A31151077 )
Dosen : Ir.Ninik wihartiningsih, MP
Teknisi : Pak Totok
PROGRAM STUDI PRODUKSI
TANAMAN HORTIKULTURA
JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2016
Telah Diperiksa dan Dinilai
|
|
|
|
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belakangan ini penggunaan pestisida
sintesis (menggunakan bahan kimia sintetis) yang dinilai praktis oleh para
pencinta tanaman
untuk mengobati tanamannya yang terserang hama, ternyata membawa dampak negatif
bagi lingkungan sekitar bahkan bagi penggunanya sendiri (Daniel, 2008).
Catatan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia mencatat bahwa
di seluruh dunia setiap tahunnya terjadi keracunan pestisida antara 44.000 -
2.000.000 orang dan dari angka tersebut yang terbanyak terjadi di negara
berkembang. Dampak negatif dari penggunaan pestisida diantaranya adalah
meningkatnya daya tahan hama terhadap pestisida, membengkaknya biaya perawatan
akibat tingginya harga pestisida dan penggunaan yang salah dapat mengakibatkan
racun bagi lingkungan, manusia serta ternak.
Dosis yang digunakan pun tidak
terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan pestisida
sintesis. Untuk mengukur tingkat keefektifan dosis yang digunakan, dapat
dilakukan eksperimen dan sesuai dengan pengalaman pengguna. Jika satu saat
dosis yang digunakan tidak mempunyai pengaruh, dapat ditingkatkan hingga
terlihat hasilnya. Karena penggunaan pestisida alami relatif aman dalam dosis
tinggi sekali pun, maka sebanyak apapun yang diberikan tanaman sangat jarang
ditemukan tanaman mati. Yang ada hanya kesalahan teknis, seperti tanaman yang
menyukai media kering, karena terlalu sering disiram dan lembab, malah akan
memacu munculnya jamur. Kuncinya adalah aplikasi dengan dosis yang diamati
dengan perlakuan sesuai dengan karakteristik dan kondisi ideal tumbuh untuk
tanamannya.
Banyak resep yang dapat ditemukan dari pengalaman. Selain itu, perhatikan
teknis saat memberikan pestisida alami. Perhatikan curah hujan dan saat
penyemprotannya. Usahakan menyemprot setelah hujan agar tidak luntur oleh air
hujan. Tanaman Azadirachta indica Juss.( Glick, B.R. 1995)
Tanaman Azadirachta indica Juss mempunyai
beberapa kegunaan. Di India tanaman ini disebut “the village pharmacy”, dimana
Azadirachta indica Juss, digunkaan untuk penyembuhan penyakit kulit,
antiinflamasi, demam, antibakteri, antidiabees, penyakit kardiovaskular, dan
insektisida (McCaleb, 1986). Daun Azadirachta indica Juss juga di gunakan
sebagai repelan, obat penyakit kulit, hipertensi, diabetes, anthelmintika,
ulkus peptik, dan antifungsi. Selain itu bersifat antibakteri dan antiviral
(Narula, 1997).
Seduhan kulit batangnya digunakan sebagai obat malaria.
Penggunaan kulit batangnya yang pahit dianjurkan sebagai tonikum. Kulit batang
yang ditoreh pada waktu tertentu setiap tahun menghasilkan cairan dalam jumlah
besar. Cairan ini diminum sebagai obat penyakit lambung di India. Daunnya yang
sangat pahit, di Madura digunakan sebagai makanan ternak. Rebusannya di minum
sebagai obat pembangkit selera dan obat malaria (Heyne, 1987).
1.2 Tujuan
Untuk
mengetahui beberapa jenis pestisida nabati beserta cara- cara pembuatan
pestisida nabati.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1
Ekstrak Daun Mimba
2.1.1
Pengertian Tanaman Mimba
Tanaman
Mimba (Azadirachta indica) merupakan tanaman obat yang
memiliki berbagai macam kegunaan.
Salah satu kegunaannya sebagai biopestisida (larvasida). Daya larvasida daun
mimba berasal dari kandungan aktifnya yang disebut azadirachtin dan salanin.
(Anonim, 1989; Hartwe11,1987; Perry, 1980).
Berbagai
metode pengujian untuk mengetahui aktivitas biologis suatu senyawa dari bahan
alam telah diperkenalkan. Uji sitotoksik merupakan salah satu pengembangan
metode untuk memprediksi keberadaan senyawa yang bersifat toksik pada sel yang
merupakan syarat mutlak untuk obat-obat antikanker. Teknik sulforho damine B
(SRB) adalah salah satu dari beberapa metode uji sitotoksik in vitro yang baik
dan sensitive untuk memprediksi senyawa sitotoksik dari bahan alam (Perez et
al., 1993; Skehan et al., 1990).
Tanaman mimba (Azadirachta
indica) termasuk familia Meliaceae.Mimba, terutama dalam biji dan daunnya
mengandung beberapa komponen dari produksi metabolit sekunder yang diduga
sangat bermanfaat, baik dalam bidang pertanian (pestisida dan pupuk), maupun
farmasi (kosmetik dan obatobatan).8 Diantarnya adalah azadirachtin, salanin,
meliantriol, nimbin dan nimbidin yang merupakan kandungan bermanfaat baik dalam
bidang pertanian (pestisida dan pupuk), maupun farmasi (kosmetik dan
obat-obatan).8 Berdasar penelitian yang dilakukan oleh RD Ndione, O Faye, M
Ndiaye, A Dieye, dan JM Afoutou pada tahun 2007, dengan menggunakan bijij daun
mimba terhadap larva Aedes aegypti Linnaeus 1762, yang juga
mengandung azadirachtin, salalinin, meliantriol, nimbin dan nimbidin, mampu
membunuh larva Aedes aegypti.1 Ekstrak daun mimba berefek insektisida
terhadap larva Aedes aegypti. Mimba tidak membunuh hama secara cepat
namun memiliki mekanisme kerja menurunkan nafsu makan dan menghambat
pertumbuhan dan reproduksi. Azadirachtin merupakan penurun nafsu makan dan
ecdyson blocker (penghambat hormone petumbuhan serangga). Salanin merupakan
salah satu penurun nafsu makan. (Gofron. 2009.)
Meliantriol
berperan sebagai penghalau (repellent) sehingga serangga enggan
mendekati tanaman tersebutNimbin dan Nimbidin, memiliki aktivitas antimikroba,
antifungi dan antiviral, pada manusia dan hewan. Daun mimba jugadapat digunakan
dalam membantu berbagai masalah kesehatan. Air yang dicampur ekstrak mimba
digunakan untuk mandi dan untuk menyembuhkan ruam merah kulit karena panas dan
kulit yang melepuh.Senyawa-senyawa yang bdikandung daun mimba seperti
azadirachtin, salanin dan meliantriol tersebut itulah yang diduga dapat
memberikan efek larvasida dari ekstrak ethanol daun mimba. Selain itu, tanaman
mimba mudah ditemukan disekitar lingkungan kita, namun sangat disayangkan masih
minimalnya pemanfaatan dari tanaman mimba ini (Kardiman A. 2008)
2.1.2 Klasifikasi daun mimba
Mimba
mempunyai nama lain : Antelaea azadirachta (L.) Adelb., Azedarach
fraxinifolia Moench, Melia azadirachta L., M. fraxinifolia Adelb., M. indica
(A.Juss.) Brandis, M. pinnata Stokes
Nama umum/dagang: Mimba
Nama daerah/lokal : Mimba, Nimba
(sunda), Intaran (Bali, Nusa Tenggara), Imbau (Jawa Timur), Mempheuh, Membha
(Madura).
diklasifikasikan sebagai berikut
Domain : Eukaryota
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridaeplantae
Phylum : Tracheophyta
Subphylum : Euphyllophytina
Infraphylum : Radiatopses
Class : Magnoliopsida
Subclass : Rosidae
Superorder : Rutanae
Order : Rutales
Suborder : Meliineae
Family : Meliaceae
Subfamily : Clusioideae
Genus : Azadirachta
Specific epithet : indica – A.Juss
Botanical name : Azadirachta
indica Adr. Juss
Gambar 1.
Daun Mimba
2.1.3 Metode
Pembuatan Pestisida Nabati Mimba
Daun mimba dicuci bersih dengan air, kemudian diris tipis-tipis. Daun mimba tidak
boleh dikeringkan di bawah sinar mataharii karena dapat menghilangkan efek
insektisida dari daun mimba itu sendiri. Daun mimba yang telah diiris kemudian
diekstraksi dengan menggunakan metode Maserasi (cara dingin) dan menggunakan
pelarut alkohol (ethanol). Metode Maserasi adalah proses pengekstraksian
simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi
dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan(Ndione RD,2007 )
Maserasi kinetik berarti dilakukan
pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan
pengulangan penambah pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan
seterusnya Sisa ekstrak dengan sisa pelarut kemudian diuapkan dengan
menggunakan water bath untuk menghilangkan pelrutnya sehingga didapatkan
ekstrak yang kental. Dalam hasil pengamatan dapat kita peroleh hasil yaitu
banyak terjadi endapan antara cairan yang di dalam botol. Karena penggunaan
pestisida nabati ini hanya berfungsi untuk satu kali pemakaian. Jadi hari kedua
tidak dapat diaplikasikan lagi (Daniel, 2008)
2.1.4
Pengaplikasian daun mimba
Dalam pengaplikasian pestisida nabati ada kelebihan dan kekurangannya. Adapun kelebihan dalam penggunaan pestisida
nabati yaitu, degradasi/penguraian yang cepat oleh sinar matahari, memiliki
pengaruh yang cepat, yaitu menghentikan napsu makan serangga walaupun jarang
menyebabkan kematian. memiliki spectrum pengendalian yang luas (racun lambung
dan syaraf) dan bersifat selektif. selain itu juga dapat diandalkan untuk
mengatasi OPT yang telah kebal pada pestisida kimia, hitotoksitas rendah, yaitu
tidak meracuni dan merusak tanaman selain itu pestisida nabati juga cukup murah dan mudah dibuat oleh petani ( Okumu FO,2006)
2.2 Ekstrak
daun sirsak (Annona muricata Linn)
Gambar 2. Ekstrak
Sirsak
2.2.1 Pembuatan ekstrak bahan nabati daun sirsak
Pembuatan ekstrak bahan nabati dengan pelarut metanol.Bahan nabati segar
sebanyak 25 g dicincang kemudian diekstrak dengan pelarut metanol p.a sebanyak
100 ml selama 15 menit. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan blender. Hasil
ekstraksi disentrifusi selama 20 menit dengan kecepatan 3.000 rpm, kemudian
diuapkan menggunakan freezer dryer hingga volume ± 1 ml. Larutan
tersebut kemudian diencerkan menggunakan akuades menjadi konsentrasi 5% dan
selanjutnya larutan siap digunakan untuk perlakuan. Pem buatan ekstrak bahan
nabati dengan pelarut air.
Bahan nabati segar sebanyak 100 g dicincang kemudian diekstrak dengan pelarut air dengan perbandingan 1:3.
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan homogenizer/ blender selama 15
menit. Hasil ekstraksi dibiarkan selama 24 jam kemudian disaring menggunakan
kain halus dan selanjutnya larutan siap digunakan sebagai perlakuan. Aplikasi
ekstrak bahan nabati. yang Setelah itu, daun dikeringanginkan dan ditimbang.
Pada hasil pratikum yang kita peroleh yaitu Pengamatan dilakukan 2 hari denga
perlakuan pada pagi dan sore. Dengan parameter pengamatan yaitu bentuk, warna,
dan bau. Bentuknya mengental dan mengendap.
2.3 Ektrak Belengse
Ektrak Belengse yaitu Kepanjangan dari Nimba,
lengkuas, dan Serai. Pengamatannya hanya dilakukan 1hari pada waktu pagi dan
sore. Terdapat perubahan bentuk yaitu pada warna hijau tua. Lengkuas merupakan
salah satu obat alam yag telah banyak digunakan masyarakat untuk pengobatan
tradisional. Minyak atsiri dari rimpang lengkuas telah banyak diketahui dapat
mencegah serangan terhadap jenis jamur Dermatofit.
2.4 Ekstrak EM4
Ekstrak EM4 digunakan untuk
percampuran dengan menggunakan ekstrak daun nimba. Berfungsi sebagai bahan
perombak. Pada pengamatan ini dilakukan selama 15 hari dengan waktu pagi dan
sore. Ini bertujuan untuk lebih mengetahui spesifik dari perubahan bentuk,
warna, dan bau. Pada molase yaitu berfungsi yaitu air gula. Berfungsi
sebagai perekat.
2.5
Proses Pembuatan Pestisida Nabati
2.5.1
Ekstrak Daun Mimba
A. Bahan dan
Alat
Bahan dan
alat yang diperlukan adalah Air tajin 1000 ml, Alcohol 40%, Daun Nimba sebnyak
200 gr, Blender, Botol/jurigen, EM4, Molase , Serai, Jahe, kunyit, lengkuas,
kencur, temulawak, bawang merah, bawang putih, dan brotowali,
B. Cara Kerja
1. Memotong
kecil-kecil Serai, Jahe, kunyit, lengkuas, kencur, temulawak, bawang merah,
bawang putih, dan brotowali, dan daun mimba, kemudian di blender sampai halus
dan bersifat homogen. Air yang di gunakan untuk menghaluskan adalah air tajin
sebanyak 1000ml.
2.
Setelah
semua bahan halus dan bersifat homogen masukkan cairan molase, alcohol 40% dan
EM4 masing-masing sebanyak 100ml kedalam jurigen.
3. Setelah itu
menutup rapat-rapat jurigen, kemudian di simpan selama 15 hari pengamatan dan
dilakukan pengamatan.
2.5.2 Ekstrak Daun Sirsak
A.
Bahan Dan Alat
Alat dan bahan yang diperlukan adalah 1000 ml air, 25
lembar daun sirsak, Blender, Botol/jurigen, sabun colek 0,5 gr, 10 cm
jeringau, dan bawang putih
B . Cara Kerja
1. Memotong-motong Daun sirsak,
jeringau, dan bawang putih dihaluskan dengan blender dengan volume air
secukupnya sampai hancur/halus
2.Memasukan bahan yang telah halus
tersebut dimasukkan kedalam jurigen/botol plastic dan ditambahkan sabun colek
sebanyak 0,5 gr kemudian gojok
3. Melakukan penyimpanan selama 2
hari dan dilakukan pengamatan.
2.5.3
Ekstrak Belengse
A. Bahan Dan Alat
Alat dan bahan yang diperlukan
adalah daun nimba 200 gr air sebanyak 1000 ml, sabun colek 0,5 gr, lengkuas,
serai, Blender, dan Botol/jurigen
B.
Cara Kerja
1. Daun Nimba,
lengkuas, dan daun serai yang telah dipotong-potong kecil-kecil
dihaluskan dengan blender sampai menjadi larutan yang homogen dengan
menggunakan air sebanyak 1000 ml.
2. Setelah
halus ditambahkan sabun colek sebanyak 0,5 gr untuk kemudian di masukkan
kedalam botol plastic/jurigen.
3. Larutan
disimpan selama 1 hari dan dilakukan pengamatan
2.6 penjelasan tentang pestisida nabati
Pestisida merupakan campuran dari
berbaga senyawa-senyawa kimia yang mampu membasmi berbagai organisme pengganggu
tanaman. Ada beberapa jenis pestisida, yaitu insektisida untuk mengendalikan
hama (serangga pengganggu), herbisida (untuk mengendalikan gulma), nematisida
(untuk mengendalikan nematoda), dan bakterisida untuk mengandalikan batkeri
penyebab penyakit. Berdasarkan sumber bahannya pestisida ada dua, yaitu
pestisida sintetik dan pestisida nabati. Pestisida sintetik dibuat dari
bahan-bahan kimia (non alami) biasa diproduksi di pabrikan, sedangkan pestisida
nabati dibuat dari bahan-bahan nabati (alami), dari tumbuh-tumbuhan atanu
tanaman yang mengandung senyawa-senyawa yang bisa mengendalikan organisme
pengganggu tanaman. Berhubung penggunanaan pestisida sintetik mulai dirasakan
dampak negatifnya, maka mulai diadakan konversi penggunaan pestisida yang
berasal dari bahan-bahan alami (pestisida nabati). Pestisida nabati ini tidak
menimbulkan efek racun sebagaimana jika menggunakan pestisida sintetik yang
dibuat dari bahan-bahan kimia. Hal inilah yang menjadi salah satu keunggulan dari
penggunaan pestisida nabati. Beberapa keunggulan yang lain yaitu biaya
pembuatan pestisida nabati ini sangat terjangkau, sehingga bisa diterapkan oleh
berbagai kelas petani, dari petani yang berekonomi rendah sampai yang
berekonomi tinggi dan tidak meninggalkan residu yang berbahaya, yang bisa
mencemar lingkungan terutama air tanah yang nantinya akan dikonsumsi manusia
yang akibatny bisa keracunan. Oleh karena sifatnya yang ramah ligkungan da
bernilai ekonomi, penggunaan pestisida nabati ini merupakan inovasi yang cukup
baik untuk dikembangkan juga turut mendukung terciptanya sistem pertanian yang
berkelanjutan. Pestisida nabati yang saat ini sering digunakan adalah untuk
pengendalian hama, jadi dalam hal ini digunakan sebagai insektisida. Beberapa
tumbuhan yang bisa digunakan sebagai pestisida nabati adalah daun mimba, daun
pacar cina, daun sirsat, dan daun mindi.
2.7 Jenis
Daun Bahan Aktif Insektisida
Beberapa jenis daun dari
tumbuh-tumbuhan tersebut mengandung senyawa-senyawa yang merupakan bahan aktif
dalam insektisida, sehingga bisa digunakan secara langsung sebagai insektisida
nabati. Pestisida nabati diaplikasikan dalam bentuk ekstrak dari
tumbuh-tumbuhan tersebut, berupa larutan cair hasil dari pengekstrakan
daun-daun dari beberapa jenis tumbuhan yang telah disebutkan sebelumnya. Untuk
pengaplikasiaannya bisa langsung disemprotkan pada bagian tanaman yang
terserang. Pestisida berbahan nabati bersifat sebagai racun perut yang tidak
membahayakan terhadap musuh alami atau serangga bukan sasaran, sehingga
penggunaan pestisida berbahan nabati dapat dikombinasikan dengan musuh alami.
Selain memiliki senyawa aktif utama dalam ekstrak tumbuhan juga terdapat
senyawa lain yang kurang aktif, namun keberadaannya dapat meningkatkan
aktivitas ekstrak secara keseluruhan (sinergi). Serangga tidak mudah menjadi
resisten terhadap ekstrak tumbuhan dengan beberapa bahan aktif, karena
kemampuan serangga untuk membentuk sistem pertahanan terhadap beberapa senyawa
yang berbeda sekaligus lebih kecil daripada terhadap senyawa insektisida
tunggal. Selain itu cara kerja senyawa dari bahan nabati berbeda dengan bahan
sintetik sehingga kecil kemungkinannya terjadi resistensi silang. Pada umumnya
pestisida sintetik dapat membunuh langsung organisme sasaran dengan cepat. Hal
ini berbeda dengan pestisida nabati, sebagai contoh insektisida nabati yang
umumnya tidak dapat mematikan langsung serangga, biasanya berfungsi seperti
berikut: Refelen, yaitu menolak kehadiran serangga terutama disebabkan baunya
yang menyengat,
Antifidan menyebabkan serangga tidak
menyukai tanaman, misalnya disebabkan rasa yang pahit, Attraktan sebagai
pemikat kehadiran serangga yang dapat digunakan sebagai perangkap, mencegah
serangga meletakkan telur dan menghentikan proses penetasan telur, pestisida
nabati bersifat racun syaraf dan mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh
serangga. Pada praktikum ini bahan alami yang digunakan sebagai bahan baku
pestisida nabati adalah nimba, lengkuas, serai, daun sirsak, dan daun tembakau.
Bahan-bahan tersebut memiliki kandungan kimia yang berbeda, sehingga sasaran
hama yang ditujupun juga berbeda. Berikut keterangan dari bahan-bahan baku
tersebut 1. Mimba (Azadirachta indica) Daun dan biji dari tanaman mimba dapat
digunakan untuk mengendalikan ulat, kumbang, serta kutu daun yang selalu
menyerang tanaman pangan dan hortikultura.
Zat yang terkandung dalam mimba mampu
menghambat pertumbuhan serangga hama. Tanaman mimba mengandung zat
azadirachtan, triol, salanin, dan nimbin. Tanaman ini dapat mengendalikan OPT
seperti : Helopeltis sp,; Empoasca sp.; Tungau jingga (Erevipalpis phoenicis),
ulat jengkal (Hyposidra talaca), Aphis gossypii, Epilachna varivestis, Fusarium
oxyporum, Pestalotia, sp.; Phytophthora sp.; Heliothis armigera, pratylenchus
sp.; Nilaparvata lugens. 2. Tembakau (Niocotiana tabacum L.) Selain mimba, tembakau
juga berpotensi digunakan sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan ham.
Bagian tanaman tembakau yang dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati
untuk mengendalikan hama. Bagian tanaman tembakau yang dapat dimanfaatkan
sebagai insektisida nabati adalah batang dan daunnya. Tembakau mengandung zat
beracun berupa nikotin. 3. Sirsak (Annona muricata L.) Daun sirsak mengandung
bahan aktif annonain dan resin. Pestisida nabati daun sirsak efektif untuk
mengendalikan hama trip. Jika ditambahkan daun tembakau dan sirsak akan efektif
mengendalikan hama belalang dan ulat. Sedangkan jika ditambahkan jeringau dan
bawang putih akan efektif mengendalikan hama wereng coklat. OPT sasaran :
wereng batang coklat. 4. Lengkuas (Alpinia galanga SW.) Daun lengkuas memiliki
bahan aktif berupa tanin, saponin, alkaloid, terpenoid dan flavanoid yang dapat
digunakan untuk mengendalikan serangga. 5. Sirih (Piper betle) Kandungan kimia
daun sirih adalah minyak atsiri 0,8 - 1,8 % (terdiri atas chavikol, chavibetol
(betel phenol), allylprocatechol (hydroxychavikol), allypyrocatechol-mono dan
diacetate, karvakrol, eugenol, p.cymene, cineole, caryophyllene, cadinene,
esragol, terpenena, seskuiterpena, fenil propane, tannin, diastase, karoten,
tiamin, riboflavin, asam nikotinat, vitamin C, gula, pati dan asam amino.
Chavikol yang menyebabkan sirih berbau khas dan memiliki khasiat antibakteri
(daya bunuh bakteri lima kali lebih kuat daripada fenol biasa). Selain itu,
kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih juga dapat dimanfaatkan
sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama penghisap. 6. Serai
(Andropogon nardus L.) Daun serai wangi (Andropogon nardus L.). Serai wangi
memiliki kandungan kimia yang terdiri dari saponin, flavonoid, polifenol,
alkaloid dan minyak atsiri. Minyak atsiri serai wangi terdiri dari sitral,
sitronelal, geraniol, mirsena, nerol, farsenol, metilheptenon, dipentena,
eugenol metil eter, kadinen, kadinol dan limonene. Senyawa geraniol dan
sitronellal dilaporkan dapat berfungsi sebagai fungisida nabati. Eugenol yang
terkandung dalam serai wangi mempunyai pengaruh dalam menghambat pertumbuhan
dan perkembangan jamur patogen. Tanaman ini dapat mengendalikan Tribolium sp,;
Sitophilus sp.; Callosobruchus sp.; Meloidogyne sp.; dan Pseudomonas sp. 7.
Rimpang Jeringau Rimpang jeringau mengandung bahan aktif arosone, kalomenol,
kalomen, kalameone, metil eugenol yang jika dikombinasi dengan bahan aktif daun
sirsak akan efektif mengendalikan hama wereng. Berdasarkan hasil pengamatan,
diketahui bahwa ekstrak daun mimba, ekstrak daun sirsak, ekstrak daun
sirih-tembakau, dan ekstrak belengse dari karakter fisik (warna dan endapan)
sama, secara umum ekstrak yang terbentuk berwarna korelasi hijau dan semua
ekstrak kecuali ekstrak daun sirih-tembakau terdapat endapan yang merupakan
suspensi dari ekstrak yang telah dibuat. Pada saat baru diekstrak semua
perlakuan daun beraroma menyengat daun (aroma bisa dipengaruhi dari berbagai
zat yang terkandung di dalam ekstrak). Hal ini menunjukkan bahwa
senyawa-senyawa yang terkandung di dalam ekstrak, yang berupa senyawa fenol
pada daun bereaksi sehingga menimbulkan aroma pada setiap perlakuan. Selain
berbahan baku ekstrak daun, pembuatan pestisida nabati juga ditambahkan senyawa
pelarut seperti sabun colek dan alkohol.
2.8 Fungsi Sabun
Colek
Penambahan sabun colek pada ekstrak
daun-daun tersebut bertujuan agar bisa merekatkan berbagai senyawa yang
terdapat pada larutan ekstrak nabati, yang pada dasarnya saling terlepas,
sehingga dengan adanya penambahan detergen diharapkan senyawa-senyawa (senyawa
yang mengandung bahan aktif untuk mengendalikan hama) tersebut saling
berikatan, sehingga pestisida nabati akan menjadi cukup efektif dalam
mengendalikan hama, juga agar pestisida nabati ini saat disemprotkan bisa
melekat cukup lama pada tanaman. Setelah disimpan selama 24 jam, terjadi
perubahan aroma dan perubahan warna pada ekstrak. Secara umum aroma ekstrak
yang tadinya menyengat dan beraroma sabun colek menjadi lebih meningkat dan
warna ekstraknya pun menjadi lebih kecoklatan dan kekuningan. Pada ekstrak daun
mimba setelah setelah disimpan sehari warnanya cenderung sama yaitu hijau,
namun aroma ekstrak ini berubah menjadi aroma mirip bawang putih. Untuk ekstrak
daun sirsak, warnanya juga tidak terlihat mengalami perubahan yaitu tetap hijau
tua, sedangkan aromanya berubah semakin menyengat. Ekstrak daun sirih-tembakau,
ekstrak ini menggunakan dua bahan yang sama-sama beraroma kuat, namun sejak
pertama hingga hari kedua aroma ekstrak ini lebih kuat beraroma daun sirih,
dibandingkan aroma daun tembakau. Ekstrak balengse juga terbuat dari beberapa
bahan baku, yaitu mimba, lengkuas dan serai. Bahan-bahan tersebut memiliki
aroma kuat dan bisa dibedakan dengan jelas. Namun setelah dari awal pengamatan
hingga hari kedua aroma serai lebih tercium kuat daripada bahan lain, sedangkan
warna ekstrak ini berubah menjadi hijau kekuningan. Pada pengamatan hari
ke-3,atau pengamatan terakhir secara umum aroma ekstrak yang tadinya menyengat
menjadi lebih meningkat dan warna ekstraknyapun menjadi kekuningan dan
kehitaman. Ekstrak daun mimba diakhir pengamatan diketahui berwarna tetap
seperti semula, yaitu hijau, beraroma bawang putih menyengat, dan terbentuknya
endapan. Untuk ekstrak daun sirih warnanya berubah menjai hijau kehitaman,
beraroma menyengat dan terbentuk endapan. Ekstrak daun sirih-tembakau telah
berubah warna menjadi hijau kekuningan, aroma daun sirih semakin menyengat
meskipun sampai akhir pengamatan tidak ada endapan. Ekstrak balengse telah
berubah warnanya menjadi kuning kehijauan, bau serai semakin menyengat dan endapan
putih telah terbentuk. Penyebab ekstrak beraroma lebih menyengat bisa
dikarenakan adanya fermentasi pada ekstrak tersebut yang kemungkinan besar
adanya peran dekomposisi dari mikrobia yang mungkin terlarut dalam ekstrak
sehingga muncul aroma yang lebih busuk, sebagaimana sampah-sampah organik yang
jika dibiarkan akan semakin beraroma busuk. Sedangkan terjadi perubahan warna
bisa karena terjadi pengendapan (suspensi yang mengandung warna hijau akibat
klorofil terendapkan) sehingga larutan nampak lebih coklat bida juga warna
hijau yang ditimbulkan klorofil mulai hilang karena klorofil sudah mulai rusak
tidak ada produksi klorofil sebagaimana dedaunan yang masih melekat pada pohon,
sehingga semakin lama klorofil daun akan rusak dan warna hijaunya mulai terdegradasi
menjadi lebih kecoklatan. Endapan yanng terjadi semakin banyak. Walaupun
pestisida nabati banyak keunggulannya dibandingkan dengan pestisida sintetik,
keefektifannya dalam mengendalikan hama masih lebih efektif jika menggunakan
pestisida kimia karena memang diproduksi dari bahan-bahan beracun, sehingga
jika menggunakan pestisida nabati perlu pengaplikasian yang lebih sering
dibandingkan pengaplikasan pestisida sintetik. Hal tersebut dibuktikan pada
pembuatan pestisida nabati pada praktikum ini yang selalu mengalami perubahan
indikator setelah melewati masa penyimpanan.
BAB 3
SIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum
pembuatan pestisida nabati yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai
berikut : 1. Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari
tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. 2.
Pestisida nabati tidak bisa digunakan secara langsung, namun harus melewati
tahap penyimpanan dan fermentasi. Terbukti melalui pengamatan karakter ekstrak
pestisida nabati selau meningkat setelah masa penyimpanan.
3.2 Saran
Pada
praktikum kali ini untuk menghasilkan pestisida nabati yang berkualitas lebih
baik ranting dari daun yang akan di gunakan untuk pstisida nabati di
buang.selain itu praktikan harus bisa membedakan antara daun mindi dan daun
mimba.yang paling penting untuk pengumuman pengumpulan laporan lebih baik
jangan dadakan,karena kita tidak bias mengerjakan laporan dengan sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. Limbah Batang
Tembakau Potensial Sebagai Pestisida Nabati dan Bahan Kompos. info@litbang.deptan.go.id.
(diakses pada tanggal 28 desember 2016)
Choirin
Rohmayati dan Khusnul Khotimah. Pemanfaatan ekstrak daun nimba Untuk pengawetan
makanan. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro.Agriculture Journal. Vol:2.
Daniel. “Pestisida Nabati dan
aplikasinya pada tanaman”. Farmacia Vol.7 No.7. 2008
Djaenudin Ghalib dan Darmono.Pengaruk
Ekstrak Lengkuas Putih ( Alpinia galanga.L) terhadap infeksi Trichopyton
mentagrophytes pada kelinci.2008.Jurnal Ilmu kefarmasian indonesia. Hal
57-62.Vol 6, No 2 Balai besar penelitian Veteriner Jl. R.E Martadinata No 30.
Bogor. Fakultas Farmasi. Universitas Pancasila. Jakarta
Glick, B.R. 1995. The enhancement of plant growth
by free-living bacteria.
Can. J. Microbial. 4: 109-117
Gofron. 2009. Revolusi Hijau. kompos.com/revolusihijau. (diakses pada
tanggal 28 Desember 2016).
Heviandri, R. 1989. Pengaruh
Pemberian Ekstrak Daun Melinjo (Gnetum gnemon L.) pada Kangkung terhadap
PerkembanganLarva Spodoptera litura F. Skripsi Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Kardiman A dan Dhalimi A. “MIMBA (Azadirachta
indica A.Juss) Tanaman
Multi Manfaat”. Perkembangan
Teknologi TRO Vol. XV, No. 1, 2003 http://dodikfaperta.blogspot.co.id/2012/04/laporan-pembuatan-pestisida-nabati.html.
(diakses pada tanggal 28 Desember 2016).
http://bayu-jaellani.blogspot.co.id/2013/03/laporan-praktikum-pembuatan-ekstrak.html.
(diakses pada tanggal 28 Desember 2016).
No comments:
Post a Comment