LAPORAN
PRAKTIKUM
PEMBUATAN
MEDIA JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) “PENCAMPURAN, PEMADATAN,
STERILISASI, INOKULASI DAN INKUBASI”
Oleh
CITRA
HELDA ANGGIA
NIM
A31151077
Pembimbing
: Dr.Ir. Kasutjiangianti,MP
Teknisi
: kaidi,SP
PROGRAM STUDI
KETEKNIKAN PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI
PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2016
BAB
1
PENDAHULAUAN
1.1 Latar Belakang
Jamur merupakan
tumbuhan yang mudah dijumpai di alam bebas misalnya di hutan atau pun
kebun. Jamur dapat tumbuh di mana–mana terutama pada musim hujan.
Jamur yang ada di alam ini sangat bermacam–macam dan masing–masing memiliki
ciri yang berbeda.
Jamur tiram (Pleurotus
ostreatus) merupakan jamur yang banyak digemari oleh
masyarakat. Selain kelezatannya, jamur tiram juga sangat bermanfaat bagi
kesehatan tubuh. Kandungan gizinya yang tinggi dengan berbagai macam asam
amino esensial yang terkandung di dalamnya, jamur tiram juga mengandung
senyawa-senyawa lainnya yang penting bagi aspek medis. Pada masyarakat
Jepang dan Cina, menu makanan yang terbuat dari jamur sudah menjadi menu yang
turun temurun karena mengetahui khasiatnya yang sangat baik bagi tubuh.
Di Indonesia, konsumsi jamur tiram dari tahun ke tahun diketahui semakin
meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat akan produk pangan yang sehat dan
terjangkau (ganeshamicsoft.indojamur.com,
2010).
Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian
dalam ganeshamicsoft.indojamur.com
(2010), kandungan gizi jamur tiram terdiri atas protein rata-rata sebanyak
3.5–4% dari berat basah. Berarti dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan
asparagus dan kubis. Bila diukur berat kering kandungan proteinnya
19-35%. Sedangkan beras hanya 7,3%, gandum 13,2%, kedelai 39,1% dan susu sapi
25,2%.
Jamur mempunyai nilai gizi tinggi terutama kandungan
proteinnya 15-20 % dari berat keringnya. Daya cernanya pun tinggi
mencapai 34-89 %. Sifat nutrisi kelengkapan asam amino yang dimiliki oleh
jamur lebih menentukan mutu gizinya. Jamur segar umumnya mengandung 85-89
% air. Kandungan lemak cukup rendah antara 1,08-9,4 % dari berat kering
terdiri dari asam lemak bebas mono ditriglieserida, sterol dan phoshpolipida
(Jamurtiramputih’s Weblog.htm.. 2008).
Sedangkan karbohidrat terbesar dalam bentuk heksosan dan
pentosan polimer karbohidrat dapat berupa glikogen, khitin dan sebuah polimer
N-asetil glikosamin yang merupakan komponen struktural sel jamur. Khitin
merupakan unsur utama serat jamur titam putih (Jamurtiramputih’s Weblog.htm., 2008).
Jamur
juga merupakan sumber vitamin antara lain thiamin, niacin, biotin dan asam
askorbat. Vitamin A dan D jarang ditemukan pada jamur, namun dalam jamur tiram
putih terdapat ergosterol yang merupakan prekursor vitamin D. Jamur
umumnya kaya akan mineral terutama phosphor, mineral lain yang dikandung,
diantaranya kalsium dan zat besi (Jamurtiramputih’s Weblog.htm., 2008).
1.2 Tujuan
1.
Mengetahui pembuatan media jamur tiram
2.
Mengetahui proses pencampuran,
pemadatan, sterisasi, inokulasi dan inkubasi
3.
Mengetahui analisis usaha tani per 10
baglog atau perbaglog
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
Pringkuning (2007), menyatakan bahwa ada teknologi yang cukup praktis
untuk budidaya jamur tiram (Pleurotus sp.), yakni
tahapan membuat media bibit induk (spawn) dan tahanan memproduksi jamur
tiramnya. Pada tahanan membuat media bibit induk ada 10 langkah yang perlu
dilakukan. Pertama, bahan medianya yang berupa biji-bijian atau campuran serbuk
gergajian albusia (SKG) ditambah biji millet 1 (42%) : 1 (42%). Bahan baku ini
adalah yang terbaik. Langkah
kedua, bahan baku dicuci dan direbus selama 30 menit menggunakan pressure
cooker atau panci. Langkah ketiga, bahan baku tersebut ditiriskan dengan
ayakan. Tambahkan 1% kapur (CaCl3), 1% gypsum (CaSO4), vitamin B kompleks
(sangat sedikit) dan atau 15 persen bekatul. Kadar air 45-60 % dengan
penambahan air sedikit dan pH 7. Langkah
keempat, bahan baku tersebut lalu didistribusikan ke dalam baglog polipropilen
atau botol susu atau botol jam pada hari itu juga. Perbotol diisi 50-60% media
bibit, disumbat kapas/kapuk, dibalut kertas koran/alumunium foil. Langkah
kelima, sterilisasi dalam autoclav selama 2 jam atau pasteurisasi 8 jam pada
hari itu juga. Temperatur autoclave 121 derajat C, tekanan 1 lb, selama 2 jam.
Temperatur pasteurisasi 95 derajat C. Langkah
keenam, lakukan inokulasi dengan laminar flow satu hari kemudian. Setelah suhu
media bibit turun sampai suhu kamar dilakukan inokulasi bibit asal biakan murni
pada media PDA (sebanyak 2-3 koloni miselium per botol bibit). Langkah ketujuh,
inkubasi (pertumbuhan miselium 15-21 hari) pada ruang inkubasi/inkubator, suhu
22-28 derajat C. Langkah kedelapan, botol atau baglog isi bibit dikocok setiap
hari, dua hingga tiga kali. Hal ini dilakukan agar pertumbuhan miselium bibit
jamur merata dan cepat serta media bibit tidak menggumpal/mengeras. Kesembilan,
bibit induk dipenuhi miselium jamur dengan ciri pertumbuhan miselium jamur
kompak dan merata. Langkah
terakhir, jamur tersebut digunakan sebagai inokulan/bibit induk/bibit sehat
perbanyakan ke 1 dan ke 2. Bibit ini disimpan dalam lemari pendingin selama 1
tahun, bila tidak akan segera digunakan.
Prawirahardja (2010), menyatakan bahwa di antara banyak jenis jamur, jamur
tiram ini termasuk dalam kategori tanaman konsumsi. Ciri yang khas ada pada
tudungnya berwarna hitam lembayung sampai kecoklatan. Bentuknya menyerupai
kulit kerang dengan diameter 6-14 cm. Selain itu, tekstur permukaan tudung
licin dan mengkilap. Demikian juga bilahnya berwarna putih, krem atau putih
gading yang tersusun agak rapat. Disini
terjadi fase perubahan bentuk, yaitu sewaktu muda bilahnya berwarna putih dan
semakin tua jadi krem kekuningan dengan ukuran sekitar 1-3 cm. Jamur ini hidup
baik pada kisaran suhu tinggi sekitar 25-30 °C. Untuk
melakukan budidaya jamur tiram ini, tidak sesulit yang dibayangkan. Hanya
masalah perlakuan lingkungan harus diperhatikan benar, dimana pada habitatnya ia
lebih menyukai area dataran tinggi sebagai optimalisasi proses pertumbuhan. Itu
didukung pula dengan tingkat kelembaban yang jadi sarat hidup mutlak. Kondisi
lembab dan dingin yang sesuai dengan karakter jamur, membuat bentuknya semakin
besar. Namun tak perlu berkecil hati, bagi Anda yang tinggal di dataran rendah
dan berniat melakukan budidaya jamur tiram. Sebab, ada alternatif yang tetap
bisa dilakukan, seperti membuat kondisi lingkungan tempat tinggal jamur
(minimal hampir sama) dengan habitat aslinya. Namun
penerapannya pun perlu dilakukan secara ekstra dari perlakuan jamur untuk
daerah dingin. Alternatifnya, bisa dengan membuat lingkungan untuk selalu dalam
keadaan lembab. Menyiram bagian tanahnya secara rutin, jadi salah satu cara
untuk membuat tingkat kelembaban yang cocok. Sedangkan untuk bagian tanaman
jamurnya tak perlu disiram, karena hanya faktor lingkungan tumbuh yang
mempengaruhi pertumbuhan.
Nurfitriana (2010), menyatakan bahwa tempat tumbuh Jamur tiram termasuk
dalam jenis jamur kayu yang dapat tumbuh baik pada kayu lapuk dan mengambil
bahan organic yang ada didalamnya. Untuk membudidayakan jamur jenis ini dapat
menggunakan kayu atau serbuk gergaji sebagai media tanamnya. Serbuk kayu yang
baik untuk dibuat sebagai bahan media tanam adalah dari jenis kayu yang keras
sebab kayu yang keras banyak mengandung selulosa lignin, pentosan, zat
ekstakrktif, dan abu yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam
jumlah banyak disamping itu kayu yang keras membuat media tanaman tidak cepat
habis. Kayu atau serbuk kayu yang berasal dari kayu berdaun lebar komposisi
bahan kimianya lebih baik dibandingkan dengan kayu berdaun sempit atau berdaun
jarum dan yang tidak mengandung getah, sebab getah pada tanaman dapat menjadi
zat ekstraktif yang menghambat pertumbuhan miselium. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan serbuk kayu sebagai bahan baku media tanam adalah
dalam hal kebersihan dan kekeringan, selain itu serbuk kayu yang digunakan ticlak
busuk dan tidak ditumbuhi jornur jenis lain Untuk meningkatkan produksi jamur
tiram, maka dalam campuran bahan media tumbuh selain serbuk gergaji sebagai
bahan utama, perlu bahan tambahan berupa bekatul dan tepung jagung. Dalam hal
ini harus dipilih bekatul dan tepung jagung yang mutunya baik, masih baru sebab
jika sudah lama disimpan kemungkinan telah menggumpal atau telah mengalami
fermentasi serta tidak tercampur dengan bahan-bahan lain yang dapat mengganggu
pertumbuhan jamur. Kegunaan penambahan bekatul dan tepung jagung merupakan
sumber karbohidrat, lemak dan protein.
Tjitrosoepomo (2001), menyatakan bahwa jamur tiram (Pleurotus
ostreatus) memiliki tudung
berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah
agak cekung dan berwarna putih hingga krem, memiliki tangkai yang tumbuh
menyamping, bentuknya seperti tiram (ostreatus), permukaannya hampir
licin, diameter 5-20 cm. Tepi tudung mulus sedikit berlekuk. Pada waktu muda, tubuh buah diselubungi oleh velum universal. Jiak tubuh
membesar, tinggallah selaput pada pangkal tangkai tubuh buah sebagai bursa.
Dari tepi tubuh buah ke tangkai terdapat pula selaput yang menutupi sisi bawah
tubuh buah dinamakan velum partiale. Jika tubuh buah membesar, maka selaput ini
akan robek dan merupakan suatu cicncin (annulus) pada bagian atas tubuh buah.
Himenofora pada sisi bawah tubuh buah, membentuk papan-papan atau lamella yang
tersusun radial, dapat juga himenofora membuat tonjolan berupa buluh-buluh.
Himenium meliputi sisi bawah tubuh buah tadi dan mula-mula terletak di bawah
velum partiale. Letak himenium yang demikian itu disebut angiokarp.
Menurut Kistinnah (2010) secara
alamiah, jamur dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan
seksual. Secara aseksual dilakukan dengan pembelahan, yaitu dengan cara sel
membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa, penguncupan, yaitu
dengan cara sel anak yang tumbuh dari penonjolan kecil pada sel inangnya atau
pembentukan spora. Spora aseksual ini berfungsi untuk menyebarkan speciesnya
dalam jumlah yang besar dengan melalui perantara angin atau air. Ada beberapa
macam spora aseksual, di antaranya seperti berikut:
- Konidiospora, merupakan konidium yang terbentuk di ujung atau di sisi hifa. Ada yang berukuran kecil, bersel satu yang disebut mikrokonidium, sebaliknya konidium yang berukuran besar dan bersel banyak disebut makrokonidium.
- Sporangiospora, merupakan spora bersel satu yang terbentuk dalam kantung yang disebut sporangium, pada ujung hifa khusus.
BAB
3
METODELOGI
3.1
Waktu Dan Tempat
Praktikum
dilaksanakan di laboratorium jamur (kumbung jamur) produksi pertanian, politeknik
negeri jember,pencampuran media, pembuatan baglog, pemadatan, pada tanggal 5 November 2016. Inokulasi pada
tanggal 10 November 2016. Inkubasi pada tanggal 17 November 2016.
3.2 Alat Dan Bahan
A. Alat
Ø Alat
yang digunakan untuk pencampuran media adalah sekop, corong, ember, timbangan, dan
pengayak.
Ø Alat
yang digunakan dalam pemadatan adalah
plastik baglog, cincin jamur, karet gelang, plastik penutup, kapas, ember, dan
kertas.
Ø Alat
yang digunakan untuk sterilisasi diantaranya adalah drum, kompor minyak,
thermometer, selang karburator, dan pompa.
Ø Alat
yang digunakan untuk inokulasi adalah spatula,
ember
Ø Alat
yang digunakan untuk inkubasi adalah rak pada kumbung jamur
B.
Bahan
Ø Bahan yang digunakan untuk sterilisasi diantaranya
adalah minyak tanah dan air
Ø Bahan
yang digunakan untuk pembuatan baglog diantaranya adalah bekatul (12 %/12 kg), serbuk gergaajii (87
%/87 kg ), kapur (1 %/ 1 kg)
Ø Bahan
yang digunakan untuk inokulasi adalah bibit
3.3 Pelaksanaan praktikum
-
Tahap
1 pencampuran bahan
1. Menyiapkan
alat dan bahan
2. Menimbang
bahan dengan komposi: bekatul (12 kg), serbuk gergaji (87 kg), kapur (1 kg)
3. Mencampur
dan Meratakan
komposisi bahan tersebut hingga homogen dan tidak menggumpal.
4. Mengecek kelembaban adukan bahan,
apabila sudah lembab dihentikan. sampai
kandungan air sama media 50%
-
Tahap
2 pemadatan baglog
1. Menyiapkan
alat dan bahan
2. Memasukkan
komposisi bahan ke dalam plastik baglog, kira-kira ¾ dari plasti atau 1-1,5 kg
3. Memadatkan
bahan yang dimasukkan dalam plastik hingga tidak ada ruang kosong.
4.
Memasukkan cincin jamur pada ujung plastik.
5.
Menyumbat cincin jamur dengan kapas.
-
Tahap 3
sterilisasi
1. Memasukkan
log pada drum steam
2. Menyalakan
kompor
3. Mensterilisasi
log pada suhu 1140C konstan selama 4-5 jam.
4. Mendinginkan
log pada tempat yang steril atau ruang inokulasi
-
Tahap 4
inokulsi
1. Mensterilkan
telapak tangan dengan menggunakan alcohol 70%.
2. Membuka
plastik yang menutup cincin jamur pada baglog.
3. Membuka
sumbatan kapas pada cincin jamur.
4. Mengeluarkan
3 sendok makan media dalam baglog dengan tingkat inokulasi dan selanjutnya
menamping sisa media tersebut dalam ember.
5.
Menginokulasikan bibit jamur tiram putih kurang lebih
3 sendok makan ke dalam log menggunakan tongkat inokulasi.
6.
Menutup
kembali cicncin log dengan kapas.
-
Tahap 5
inkubasi
1.
Menginkubasikan log pada ruang pembibitan
2.
Menata pada rak ruang pembibitan
3.
Mengamati pertumbuhan miselium jamur dalam log.
5.
BAB
4
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
A.
Pencampuran
media
B.
Pemadatan
media pada baglog
C.
Sterilsasi
D. Inokulasi
E. Inkubasi
F.
Analisa
usaha tani 10 baglog
No
|
Nama
barang
|
Jumlah
|
Status
|
Harga
satuan (Rp)
|
1.
|
Kapur
|
1% (1 karung )
|
Beli
|
50
|
2.
|
Serbuk
kayu
|
1
kg
|
Beli
|
6000
|
3.
|
Bekatul
|
1
kg
|
Beli
|
3500
|
4.
|
Cincin
|
10
biji
|
Beli
|
1250
|
5.
|
Tutup
|
10
biji
|
Beli
|
2000
|
6.
|
Tempat
produksi
|
-
|
Sewa
|
200
|
7.
|
Kapas
|
-
|
Beli
|
300
|
8.
|
Bibit
|
1
botol (25 baglog)
|
Beli
|
3200
|
9.
|
Plastik
|
10
lembar
|
Beli
|
500
|
10.
|
Alkohol
|
-
|
Beli
|
200
|
11.
|
Tenaga
kerja
|
-
|
-
|
2000
|
12.
|
Gas
|
-
|
Beli
|
500
|
Total
|
19700
|
4.2
Pembahasan
(Wikipedia.org) Dalam menggunakan media pertumbuhan, jerami yang baik untuk
dibuat sebagai bahan media tanam adalah dari jenis jerami yang keras sebab
jerami yang keras banyak mengandung selulosa yang
merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah banyak disamping itu
jerami yang keras membuat media tanaman tidak cepat habis. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan jerami sebagai bahan baku media tanam adalah dalam
hal kebersihan dan kekeringan, selain itu jerami yang digunakan tidlak busuk
dan tidak ditumbuhi jamur jenis lain. Media yang terbuat dari campuran bahan-bahan
tersebut perlu diatur kadar airnya. Kadar air diatur 60 - 65 % dengan
menambah air bersih agar misellia jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari
media tanam dengan baik.
Dalam praktikum saya menggunakan serbuk
gergaji, bekatul dan kapur kandungan dan fumgsinya yaitu: Sebagai media tumbuh
jamur tiram, serbuk gergaji berfungsi sebagai penyedia nutrisi bagi jamur,
Dedak/bekatul berfungsi sebagai substrat dan penghasil kalori untuk pertumbuhan
jamur dan Kapur (CaCo3) berfungsi sebagai sumber mineral dan pengatur pH.
Kandungan Ca dalam kapur dapat menetralisir asam yang dikeluarkan meselium
jamur yang juga bisa menyebabkan pH media menjadi rendah.
(Wikipedia. Org). Boiler merupakan alat yang
digunakan untuk menghasilkan uap panas
bertekanan tinggi yang kemudian dialirkan ke tabung steamer.
Boiler
dan steamer merupakan satu kesatuan alat yang dipergunakan untuk proses
sterilisasi baglog jamur tiram putih.
Metode
ini dipergunakan dengan cara mengukus atau memberi uap panas hingga suhu
mencapai 100° C. dimana suhu tersebut dapat membunuh bakteri ataupun jamur lain
yang terdapat pada media, dan hendaknya suhu tersebut dipertahankan selama
kurang lebih 4 jam dari mulai tercapainya suhu 100° C.
Keuntungan
dari Penggunaan Boiler Jamur
1.
Tekanan yang dihasilkan cukup tinggi
2.
Keberhasilan dalam proses sterilisasi tinggi
3.
Efektif dan efisien dalam penggunaan bahan bakar
4.
Pemanasan ruangan di dalam steamer lebih cepat
Setiap hasil usaha tani 10 baglog
pengeluarannya yaitu 19700 jadi perbaglog yaitu 1970 keperluannya yaitu
diantaranya alat, bahan, sewa tempat dan tenaga kerja.
BAB
5
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
1. Media yang digunakan yaitu :serbuk
gergaji, bekatul dan kapur kandungan dan fumgsinya yaitu: Sebagai media tumbuh
jamur tiram, serbuk gergaji berfungsi sebagai penyedia nutrisi bagi jamur,
Dedak/bekatul berfungsi sebagai substrat dan penghasil kalori untuk pertumbuhan
jamur dan Kapur (CaCo3) berfungsi sebagai sumber mineral dan pengatur pH.
Kandungan Ca dalam kapur dapat menetralisir asam yang dikeluarkan meselium
jamur yang juga bisa menyebabkan pH media menjadi rendah.
2.
Metode boiler ini dipergunakan dengan
cara mengukus atau memberi uap panas hingga suhu mencapai 100° C. dimana suhu
tersebut dapat membunuh bakteri ataupun jamur lain yang terdapat pada media,
dan hendaknya suhu tersebut dipertahankan selama kurang lebih 4 jam dari mulai
tercapainya suhu 100° C.
3.
Proses pembuatan media yaitu pencampuran, pemadatan, sterilisasi, inokulsai dan
inkubasiyaitu harus sesuai sop agar tidak terjadikontaminasi
4.
analisis usaha tani jamur per 10 baglog yaitu 19700 jadi perbaglog dibutuhkan
1970
5.2 Saran
Mencampur
dan Meratakan
komposisi bahan tersebut hingga homogen dan tidak menggumpal agar plastik tidak
sobek waktu pemasukan media pada platik baglog
DAFTAR
PUSTAKA
http://savaimud.blogspot.co.id/2011/01/laporan-budidaya-jamur-tiram.html.
Diakses pada 24 Desember 2016
https://kubunghortikultura.wordpress.com/2011/09/02/budidaya-jamur-tiram-laporan-pkl/.
Diakses pada 24 Desember 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/Jamur_tiram.
Diakses pada 24 desember 2016
http://www.satujam.com/sebelum-terjun-ke-bisnis-jamur-tiram-ketahui-hal-hal-berikut-ini/.
Diakses pada 24 Desember 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/Boiler_jamur.
Diakses pada 24 Desember 2016
Lampiran-Lampiran
Tahap 1 pencampuran media
Tahap 2 pemadatan baglog
Tahap 3 sterilisasi
Tahap
4 inokulasi
Tahap 5 inkubasi
No comments:
Post a Comment