KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN
PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
PRODI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA
LAPORAN KEGIATAN PRAKTIKUM
BUDIDAYA
TANAMAN
SAYURAN
BUDIDAYA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa l) SESUAI SOP DAN GAP
Disusun Oleh :
Nama : Citra Helda Anggia ( A31151077 )
Dosen : 1. Ir. Kasutjianingati, MSi
Teknisi : Ca kholili
PROGRAM STUDI PRODUKSI
TANAMAN HORTIKULTURA
JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2016
Telah Diperiksa dan Dinilai
|
|
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bawang merah (Allium ascalonicum. L) merupakan sayuran umbi yang cukup populer dikalangan
masyarakat, selain nilai ekonomisnya yang tinggi, bawang merah juga berfungsi
sebagai penyedap rasa dan dapat juga digunakan sebagai bahan obat tradisional
(Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, 2013).
Tanaman bawang
merah merupakan komoditas unggulan nasional, sehingga berbagai program dan
kegiatan dilakukan dalam rangka meningkatkan produksinya. Produktivitas bawang
merah nasional tahun 2009 : 9,28 ton/ha, tahun 2010 : 9,57 ton/ha, dan tahun 011
: 9,54 ton/ha (BPS, 2012). Produktivitas bawang merah ini masih tergolong rendah,
bila dibandingkan dengan potensi produksi optimum bawang merah yang dapat
mencapai 16 ton/ha.
Salah satu penyebab rendahnya produktivitas adalah
serangan bakteri Xanthomonas axonopodis pv. allii (Xaa) penyebab
penyakit hawar daun bakteri (HDB), yang telah dilaporkan menyerang tanaman
bawang merah di Indonesia (Habazar dkk., 2007). Insidensi penyakit HDB di
Indonesia berkisar antara 20,4 –94,5 % dan severitas penyakit antara 14,7 –
85,5 % (Resti dkk., 2010). Penyakit HDB telah tersebar di daerah sentra
produksi bawang merah di Sumatera Barat, dengan persentase serangan mencapai
100 % di Kabupaten Solok dan 39,62 % di Kabupaten Agam (Resti dkk., 2007).
2.1
Tujuan
1. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan
penerapan SOP budidaya salah satu komoditi sayuran.
2. mahasiswa diharapkan mampu
mengidenifikasi dan mengendalikan hama dan penyakit komoditi sayuran
BAB
2
TINJAUN
PUSTAKA
2.1 Klasifikasi tanaman bawang merah
Bawang
merah merupakan tanaman berumbi lapis berwarna keungu-unguan, yang memiliki
nama latin Allium Cepa L. Bawang merah pada umumnya memiliki bau yang
khas yang tajam
Kerajaan:
|
|
Divisi:
|
|
Kelas:
|
|
Ordo:
|
|
Famili:
|
|
Genus:
|
|
Spesies:
|
Allium cepa l
|
2.2 Manfaat
tanaman bawang merah
- Mengontrol tekanan darah dan menurunkan kadar kolesterol, karena bawang merah memiliki zat kuersetin yang dapat meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh dan mengurangi resiko stroke dan penyakit jantung.
- Mengatasi susah BAB. Kandungan serat dalam bawang merah memiliki fungsi yang dapat membantu toksin maupun zat makanan yang sulit dicerna dan dikeluarkan usus.
- Mengurangi resiko diabetes. Mengkonsumsi bawang merah mentah dipercaya dapat meningkatkan produksi insulin.
- Mengencerkan dahak. Kandungan saponin dalam bawang merah dipercaya efektif untuk mengencerkan dahak.
- Mencegah kanker. Ternyata bawang merah memiliki kandungan senyawa sulfur yang dapat mengurangi terjadinya resiko penyakit kanker. Serta masih banyak lagi manfaat bawang merah dalam segi kesehatan.
2.3 Syarat
pertumbuhan
Tanaman Bawang Merah dapat tumbuh
dengan baik dan produktivitasnya bisa tinggi pada daerah dengan syarat yang
paling ideal bersuhu 25º-32º C, pada suhu 22º C tanaman bawang masih bisa
membentuk umbi tapi hasilnya tidak sebaik pada suhu di atasnya, pada daerah
bersuhu di bawah 22º C pembentukan umbi bawang merah sangat sulit, bahkan bisa
sampai tidak mengeluarkan umbi sama sekali.
Daerah tersebut di atas biasanya
terdapat pada daerah dataran rendah dengan ketinggian 10-250 m dpl. Pada
ketinggian 30-50 m dpl adalah tempat ideal tumbuh optimal Bawang Merah. Pada
ketinggian 800-900 m dpl maka potensinya menurun dan ukuran umbi akan lebih
kecil karena suhu kurang optimal. Pada lahan Open Field atau lahan terbuka,
curah hujan yang ideal adalah 300-2500 mm/tahun.
Lama penyinaran pada masa penanaman
Bawang Merah terbaik adalah lebih dari 12 jam karena Bawang Merah termasuk
tanaman Long Day Plant.
Kondisi tanah yang sesuai dengan morfologi Bawang
Merah adalah tanah gembur, remah, Pourus dan mempunyai aerasi yang baik.
Seperti tanah sedikit berpasir serta ber-pH 6-6.8 tetapi mampu beradaptasi dan
bertahan hingga pada tanah ber-pH 5.5, meskipun tidak maksimal pertumbuhannya.
Hati-hati pengapuran pada lahan bila
sudah terdapat tanaman Bawang Merahnya, karena akar bawang merah tidak tahan
terhadap kapur secara langsung, sebaiknnya pengapuran untuk koreksi pH tanah
dilakukan sebelum lahan ditanami.
2.4 Langkah-Langkah Budidaya Bawang Merah
1-
Pemilihan bibit bawang yang
baik
2-
Pembuatan Media tanam
3-
Cara Menanam
4-
Pemilihan lokasi tanam
5-
Perawatan dan pemupukan
6-
Penanganan pasca panen
bawang
BAB
3
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Pratikum “Budidaya Tanaman bawang merah” dilaksanakan pada :
Tanggal :30
September 2016 s/d 16 November 2016
Tempat
: Lapang PTH 1 Politeknik Negeri
Jember
3.2 Alat Dan Bahan
Alat
alat yang diperlukan adalah :
|
Bahan
yang dibutuhkan:
|
1. Cangkul
2. Koret
3. Kenco
4. Gembor
5. Pisau
|
1. Bibit
bawang merah
2. Pupuk
kandang
3. Pupuk
Urea
4. Pupuk
Tsp
5. Pupuk
ponska
6. Fungisida
|
3.3 Langkah Kerja
3.3.1 Persiapan Media Tanam Dan Pemupukan
Dasar(30 Desember 2016)
1.
Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengolah lahan dengan cara menggemburkan
dengan cangkul dan koret
3. Menambahkan 1 karung pupuk kandang
dicampurkan dengan tanah bedengan seluas satu mater kali tiga meter.
4. Biarkan 1 minggu hingga siap ditanami.
3.3.2
Penanaman Dan Perawatan (7 Oktober 2016)
1. penanaman dilakukan setelah 1 minggu pengolahan lahan dan pemupukan dasar.
2. jarak tanam yang saya lakukan dengan dua cara yaitu dengan menanam
dengan jarak tanam 10cm × 15 cm
3. Perawatan dilakukan berupa sanitasi, penyiraman bila tanah kurang
lembab, peninggian bedengan dan
pemupukan lanjutan.
3.3.3 Pemupukan
18 /10/16
|
Pemupukan pertama menggunakan
pupuk urea, ponska dan tsp
|
1 /11/16
|
Pemupukan
kedua menggunakan pupuk urea dan ponska
|
3.3.4 pengendalian hama dan penyakit
3 November
|
Penyemprotan
fungisida
|
8 November
|
Penyemprotan
fungisida
|
3.3.4 Pengamatan
1. pengamatan dilakukan 1 minggu sekali dengan
parameter yang diamati berupa tinggi tanaman dan jumlah daun serta hasil panen
BAB
4
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan Tinggi
Tanaman
No.
|
Tanggal
pengamatan
|
Umur
Tanaman
(HST)
|
Tinggi
Tanaman
|
Tinggi Tanaman Rata- Rata
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||
1
|
6 Oktober 2016
|
6
|
1
|
4
|
3
|
5
|
2
|
3
|
2
|
13 Oktober 2016
|
13
|
11
|
13
|
13
|
11
|
12
|
12
|
3
|
20 Oktober 2016
|
20
|
20
|
21
|
22
|
25
|
22
|
22
|
4
|
27 Oktober 2016
|
27
|
26
|
29
|
24
|
26
|
27
|
26,4
|
5
|
3 November 2016
|
24
|
32
|
35
|
32
|
34
|
35,5
|
27,9
|
6
|
12
November 2016
|
31
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4.1.2 kurva sigmoid “s”
A. Tinggi
Tanaman sampel 1-5
B. Tinggi
Tanaman Rata- Rata
4.1.2 Hasil jumlah daun
No.
|
Tanggal
pengamatan
|
Umur
Tanaman
(HST)
|
Jumlah
daun
|
Jumlah daun Rata- Rata
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||
1
|
6 Oktober 2016
|
6
|
1
|
0
|
2
|
1
|
1
|
1
|
2
|
13 Oktober 2016
|
13
|
5
|
4
|
6
|
7
|
6
|
5,6
|
3
|
20 Oktober 2016
|
20
|
10
|
10
|
9
|
9
|
9
|
9,4
|
4
|
27 Oktober 2016
|
27
|
19
|
20
|
18
|
19
|
19
|
19
|
5
|
3 November 2016
|
24
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
A. Jumlah daun sampel 1-5
B.
Jumlah daun
Rata- Rata
NO
|
GAMBAR
|
KETERANGAN
|
1.
|
Pengolahan lahan
|
|
2.
|
Penanaman Dan Perawatan
|
|
3.
|
Pemupukan.
|
|
4.
|
pengendalian hama dan penyakit
|
|
5.
|
Pengamatan
|
4.2
Pembahasan
Praktikum kali ini melakukan pengamatan laju tumbuh daun
sejak dari embrio dalam biji sampai daun mencapai ukuran tetap pada tanaman
bawang merah. Setiap hari dilakukan penyiraman tanaman tersebut dengan akuades
namun pada hari tertentu yang telah disepakati bersama dilakuan pengukuran
panjang rata-rata daun .
Kurva
sigmoid merupakan kurva pertumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik
tertentu akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya menurun
pada fase senesen. Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai
fungsi dari waktu. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali, yaitu fase
logaritmik, fase linier dan fase penuaan. Pada fase logaritmik ini berarti
bahwa laju pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju
berbanding lurus dengan ukuran organisme. Pada hasil pengamatan fase ini
terjadi dari hari pertama pengamatan sampai pada hari ke lima sampai panjang
daun rata-rata mencapai 1 cm. Semakin besar organisme, semakin cepat ia
tumbuh. Kemudia pertumbuhan dengan meningkat tajam spade hari ke tujuh
dan Sembilan, yang berturut-turut panjang rata-ratan daunnya mencapai 19
cm. dan Pada fase linier, pertambahan
ukuran berlangsung secara konstan. Jika dilihat hasil pengamatan fase ini tidak
terjadi dikatakan fase linier karena penambahan panjang rata-rata tak terlalu
drastis hampir stabil. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang
menurun, saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua. Pada
pengamatan fase ini belum terlihat, kemungkinan jika wktu pengamatan
diperpanjang, fase ini dapat dilihat.
Data hasil pengamatan panjang daun rata-rata terhadap umur
tumbuhan kemudian tergambar dalam sebuah grafik, kurva yang dihasilkan tidak
menyerupai huruf S. fase adaptasi tanaman tersebut dengan lingkungannya
berlangsung cepat karena pada pengamatan ketiga sudah dimulai fase logaritmik,
ditandai dengan pertambahan panjang yang meningkat. Kurva menunjukkan ukuran
kumulatif sebagai fungsi dari waktu.Kenaikan panjang rata-rata daun ini menunjukkan
ukuran kumulatif dari waktu ke waktu, dimana tanaman pada saat ini berada
pada fase logaritmik.
Tanaman bawang terkena
penyakit moler dan penyakit tersebut mengakibatkan bawang merah yang saya tanam
mati atau gagal panen. Penyakit moler ini mempunyai sebutan bermacam-macam,
disetiap daerah mempunyai julukan yang berbeda-beda misalnya di daerah Nganjuk
disebut mulet atau moler, di daerah lain disebut ceker ayam. Penyakit ini
mula-mula ditandai dengan adanya warna putih pda pangkal batang/ bakal umbi tanaman
bawang merah dan kemudian daunnya menjulang tak wajar dan mulai melintir,
selanutnya daunnya rebah dan orak arik tak beraturan.
Penyakit moler ini
disebabkan oleh cendawan Fusariun
Oxysporum, serangan paling parah terjadi saat puncak musim hujan dan terutama
pada daun tanaman bawang merah yang terlalu subur.
Berikut ini penyebab tanaman bisa
terserang penyakit moler:
1. Benih/
bibit bawang merah yang kurang sehat.
Benih bawang merah yang sudah
terinfeksi penyakit moler atau benih bawang merah yang kurang sehat dapat
menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit moler.
2. Memilih
bibit bawang merah kurang tepat.
Memilih varietas bibit bawang merah
harus tepat, misalnya jenis Bauji harus ditnam saat musim hujan dan Thailand
harus di tanam pada musim kemarau.
3. Tanaman
bawang merah terlalu subur dan rapat.
Daun yang subur dan jarak tanam
yang rapat akan mudah terserang cendawan Fusarium
Oxyporum, terutama pada puncak musim hujan, karena daun sudah terlalu
banyak unsur N dan ditambah lagi dengan air hujan yang kaya unsur N maka
pertumbuhan daun akan over dan tidak ditunjang dengan penguatan batang tanaman
sehingga cendawan Fusarium Oxyprorum
masuk menyerang.
Cara pencegahan agar daun bawang merah
tidak terlalu vigor dan rapat maka pemupukan bawang merah pada musim hujan
harus dikurangi unsur N dan ditambahkan phospat dan kalium. Sedangkan apabila
daun bawang merah sudah terlajur vigor, maka penyemprotannya harus ditambah
fungisida berbahan aiktif Difenokonazol
dan Azoksistrobin dengan dosis 8 ml/ 1 sdm per 17 liter air untuk awal musim
hujan, dan 20-25 ml/ 2-3 sdm per 17 liter air pada puncak musim hujan.Selain
itu jangan gunakan dulu fungisida berbahan aktif Propinep karena daun bisa
terlalu vigor gantikan dengan fungisida berbahan aktif Mancozeb.
BAB
5
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
1.
Data hasil pengamatan panjang daun dan
tinggi tanaman rata-rata terhadap umur
tumbuhan kemudian tergambar dalam sebuah grafik, kurva yang dihasilkan tidak
menyerupai huruf S.
2.
Prosedur kerja sesuai sop yaitu:
a.
Persiapan Media Tanam Dan Pemupukan Dasar (30 Desember
2016)
b.
Penanaman Dan Perawatan (7 Oktober 2016)
c. Pemupukan 18 /10/16 dan 1 /11/16
d.
pengendalian hama dan penyakit 3 November dan 8 November
e.
Pengamatan
3. Penyebab
tanaman bawang merah mati diakibatkan penyakit moler Penyakit ini mula-mula ditandai dengan adanya warna
putih pda pangkal batang/ bakal umbi tanaman bawang merah dan kemudian daunnya
menjulang tak wajar dan mulai melintir, selanjutnya daunnya rebah dan orak arik
tak beratur
4.
Cara pencegahan
agar daun bawang merah tidak terlalu vigor dan rapat maka pemupukan bawang
merah pada musim hujan harus dikurangi unsur N dan ditambahkan phospat dan
kalium.
5.
penyebab tanaman
bisa terserang penyakit moler:
a.
Benih/ bibit
bawang merah yang kurang sehat.
b.
Memilih bibit
bawang merah kurang tepat.
c.
Tanaman bawang
merah terlalu subur dan rapat.
5.2
saran
sebaiknya kalau budiday bawang merah jangan
pada musim penghujan
DAFTAR
PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/bawang_merah.
diakses pada 24 desember 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/bawang_merah.
diakses pada 24 desember 2016
http://sehatalamiku.com/manfaat-bawang-merah-untuk-kesehatan-dan-kecantikan/.diakses
pada 27 desember 2016
http://www.ruangtani.com/9-tahap-panduan-lengkap-cara-budidaya-bawang-merah/.
diakses pada 27 desember 2016
No comments:
Post a Comment