Tuesday, September 5, 2017

SEJARAH INDONESIA

CORAK KEHIDUPAN MASYARAKAT MASA PRAAKSARA
1.POLA HUNIAN
  Pola hunian manusia adalah tempat tinggal makhluk hidup pada zaman praaksara.  Pola hunian manusia purba memperlihatkan dua karakter khas hunian purba yaitu, kedekatan dengan sumber air dan kehidupan di alam terbuka.  Pola hunian itu dapat dilihat dari letak geografis situs-situs serta kondisi lingkungannya.  Contoh pola hunian yaitu situs-situs purba disepanjang aliran Bengawan Solo (Sangiran, Sambung Macan Trinil, Ngawi, dan Ngandong) contoh dari adanya kecenderungan manusia purba menghuni lingkungan di pinggir sungai.  Air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia.  Keberadaan air pada suatu lingkungan mengundang  hadirnya berbagai binatang untuk hidup disekitarnya.
Pola hunian pada zaman praaksara dibagi menjadi dua macam
yaitu :
  1.   NOMADEN adalah pola hidup dimana manusia purba pada   saat itu hidup berpindah-pindah atau menjelajah. Mereka   hidup dalam komunitas-kuminatas kecil dengan mobilitas   tinggi di suatu tempat. Mata pencahariannya adalah   berburu dan mengumpulkan makanan dari alam
  (Food Gathering).
  2.  
SEDENTER (POLA HIDUP MENATAP) adalah pola kehidupan    dimana manusia terorganisasi dan berkelompok serta   menetap di suatu tempat. Mata pencahariannya bercocok   tanam serta sudah mulai mengenal norma dan adat yang   bersumber pada kebiasaan-kebiasaan.
  
 POLA HIDUP MASYARAKAT PRAAKSARA DARI BERBURU, MERAMU SAMPAI BERCOCOK TANAM
  Diperkirakan awalnya manusia purba hidup dengan berburu dan meramu. Pada umumnya mereka masih bergantung pada alam. Untuk bertahan hidup, mereka menerapkan pola hidup nomaden atau berpindah-pindah. Masa manusia purba berburu dan meramu sering disebut dengan masa food gathering. Mereka hanya bisa mengumpulkan dan menyeleksi makanan karena belum dapat mengusahakan jenis tanaman untuk dijadikan bahan makanan.
  Peralihan zaman Mesolithikum ke Neolithikum menandakan adanya revolusi kebudayaan dari
food gathering menuju food producing dengang Homo sapien sebagai pendukungnya. Kegiatan bercocok tanam dilakukan ketika mereka mulai bertempat tinggal, walaupun masih bersifat sementara. Kegiatan manusia purba bercocok tanam terus mengalami perkembangan. Dengan dibukanya lahan dan tersedianya air yang cukup, maka terjadilah persawahan untuk bertani.

No comments:

Post a Comment