UPAYA
STABILISASI HARGA CABAI (Capsicum annum L.)
DENGAN
BUDIDAYA DI LUAR MUSIM ( OF SEASON)
MAKALAH
Oleh
Citra
Helda Anggia
NIM
A31151077
PTH/Gol.
A
Dosen
pengampu : Eliyatiningsih, SP.MSc
Teknisi : Ca Kholili
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2017
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabai merupakan komoditas sayuran yang cukup strategis baik cabai merah
maupun cabai rawit. Bagi masyarakat Indonesia, cabai dapat disamakan dengan
mentega bagi bangsa Belanda (Sumarno 2011). Cabai digunakan sebagai penyedap
masakan, penyedap rasa, dan penambah selera makan sehingga masakan tanpa cabai
terasa tawar dan hambar.
Produksi cabai di Indonesia masih relatif rendah pada saat musim hujan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2015).
Untuk memenuhi kebutuhan bulanan masyarakat perkotaan diperlukan luas area
panen cabai sekitar 11.000 ha/bulan, sedangkan pada musim hajatan dan musim
hujan luas area panen cabai yang harus tersedia berkisar antara 12.100-13.300
ha/bulan. Belum lagi kebutuhan cabai untuk masyarakat pedesaan atau kota-kota
kecil serta untuk bahan baku olahan. Untuk memenuhi seluruh kebutuhan cabai
tersebut perlu tersedia pasokan cabai yang mencukupi. Apabila pasokan cabai
berkurang atau lebih rendah dari permintaan maka akan terjadi kenaikan harga.
Sebaliknya apabila pasokan cabai melebihi kebutuhan maka harga akan turun.
Pada musim tertentu (musim hujan dan musim
hajatan/ perayaan hari besar) harga
cabai melonjak cukup tinggi mencapai lebih dari Rp100.000/kg, sedangkan pada
saat tertentu harganya bisa jatuh di bawah Rp10.000/kg. Fluktuasi harga musiman
ini terjadi hampir setiap tahun dan meresahkan masyarakat konsumen cabai.
Lonjakan harga cabai ini disebabkan oleh pasokan yang berkurang, sementara
permintaan konstan dan kontinu setiap hari, bahkan meningkat pada musim
tertentu. Farid dan Subekti (2012) menyatakan bahwa fluktuasi harga cabai
terjadi karena produksi cabai bersifat musiman, faktor hujan, biaya produksi,
dan panjangnya saluran distribusi. Sementara itu, disparitas harga cabai
antardaerah terjadi karena pusat produksi cabai terkonsentrasi di Jawa dan
kualitas infrastruktur jalan kurang memadai (Irawan, 2007)
Upaya
untuk mengurangi lonjakan harga cabai adalah dengan tetap menyediakan pasokan
cabai yang cukup di pasar melalui penanaman cabai sepanjang musim, termasuk
pada musim hujan. Petani biasanya enggan menanam cabai pada musim hujan karena
risiko gagal panen cukup tinggi.
1.2
Tujuan
Mengetahui teknik budidaya cabe di luar musim. Dengan sasaran diketahuinya
teknik budidaya cabe di luar musim, dan meningkatkan pendapatan petani cabe.
1.2 Manfaat
Meningkatkan
pendapatan petani cabe.
BAB
2. PEMBAHASAN
2.1
Tanaman Cabai
Cabai merupakan tanaman
perdu dari family terung-terungan (Solanaceae).
Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan sekitar 2000 spesies yang
terdiri dari tumbuhan herba, semak, dan tumbuhan kerdillainnya. Dari banyaknya
spesies tersebut, hampir dapat dikatakan sebagian besar merupakan tumbuhan
negeri tropis.
Tanaman cabai dikenal sebagai tanamanyang tidak begitu tahan terhadap
curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang tinggi pada saat tanaman cabai sedang
berbunga dapat mengakibatkan rontoknya bunga sehingga buahpun berkurang. Meskipun
tidak menyukai curah hujan yang tinggi, tanaman akan tumbuh dengan baik di
daerah dengan kelembapan tinggi
2.2
Syarat Tumbuh
2.2.1 Ketinggian
Tempat
Cabai dapat ditanam di daerah dataran tinggi maupun dataran
rendah, yaitu lebih dari 250 - 1200 m di atas permukaan laut. Meskipun luasan
lahan yang cocok untuk cabai masih sangat luas, tetapi penanaman cabai di
dataran tinggi masih sangat terbatas. Pengembangan tanaman cabai, lebih
diarahkan ke areal pengembangan dengan ketinggian sedikit di bawah 800 mdpl.
Terutama pada lokasi yang air irigasinya sangat terjamin sepanjang tahun
(Dalimartha, 2005).
2.2.2 Iklim
Pertumbuhan
optimum cabai memerlukan iklim tropis yang hangat dan lembap dengan suhu
berkisar antara 18 oC - 32 oC . Pembentukan buah yang
maksimum memerlukan suhu antara 15,5 oC – 21 oC. Pada
suhu di bawah 15,5 oC dan di atas 32 oC buah yang dihasilkan
kurang baik. Suhu yang tinggi pada siang hari menyebabkan tanaman layu dan
bunga gugur. Selain itu viabilitas serbuk sari akan berkurang pada suhu diatas
30 oC (Susiana, 2006).
2.2.3 Curah Hujan
Curah hujan yang
tinggi menyebabkan tanaman terserang penyakit. Sebaliknya, curah hujan yang
rendah dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman cabai terhambat dan dapat
mempengaruhi ukuran buah. Intensitas curah hujan yang baik untuk pertumbuhan
tanaman adalah 600-1250 mm per tahun. Cabai rentan terhadap hujan yang terlalu
deras dan cuaca yang mendung. Namun demikian cabai toleran terhadap naungan
hingga 45%.
2.2.4 Lama
Penyinaran
Tanaman cabai
merupakan tanaman yang memerlukan penyinaran matahari minimal 8 jam per hari.
Intensitas cahaya yang rendah dapat mempengaruhi orientasi kloroplas tanaman.
Tanaman cabai yang kekurangan cahaya mengakibatkan tanaman menjadi lemah,
pucat, dan pertumbuhannya cenderung memanjang.
2.2.5 Tanah
Cabai merupakan
tanaman yang memiliki daya adaptasi yang luas sehingga cabai dapat tumbuh pada
berbagai jenis tanah dari tanah berpasir sampai berliat, asalkan terdapat
aerasi dan drainase yang baik. Bila diharapkan panen yang lebih cepat, cabai
merah sebaiknya ditanam pada tanah lempung berpasir; dan bila diharapkan panen
lebih lambat cabai merah lebih sesuai ditanam pada tanah yang lebih berat atau
tanah liat. Tanah juga harus mengandung cukup bahan organik, unsur hara dan air
serta bebas dari gulma, nematoda dan bakteri layu.
2.2.6 PH
PH yang ideal adalah antara 5,5 – 6,8 karena pada PH di bawah
5,5 atau di atas 6,8 hanya akan menghasilkan produksi yang sedikit (Kusandriani
dan Muharam, 2005).
2.3
Teknologi Budidaya di Luar Musim (of
Season )
Mengembangkan budidaya cabe diluar musim di bulan oktober hingga maret
diwaktu penghujam perlu diterapkan teknologi budidaya yang tepat dan biasanya
berbeda dengan teknologi budidaya pada masa tanam biasa. Dengan penerapan
teknologi budidaya cabe yang ditanam pada musim penghujan diharapkan dapat
dihasilkan cabe yang tidak kalah produksi dan kualitasnya dibanding produksi
cabe yang pada ditanam pada musim kemarau. Langkah-langkah teknologi budidaya
sebagai berikut:
2.3.1 Persiapan Lahan
1. Pembajakan lahan
Lahan
yang telah dipilih dan tidak banyak terkontaminasi oleh penyakit, dengan
melihat kondisi tanaman sebelumnya, tanah bukan bekas tanaman dari keluarga
terong-terongan, karena peka terhadap cendawan atau jamur akar. Pada lahan
kering atau tegalan, tanah dibajak dan kemudian dicangkul sedalam 30-40 cm, dan
dibalikan. Bongkahan tanah dihaluskan dan sisa tanaman dibersihkan. Drainase
dibuat dengan baik agar tidak terjadi genangan air disaat hujan, dengan cara
bedengan dibuat miring dan dibuat parit- parit sehingga dapat mengalirkan air
hujan. Tinggi bedengan dibuat 40 cm, agar akar tanaman tidak mencapai air
permukaan tanah. Lebar bedengan dapat 1- 2 m dengan kedalaman parit antar
bedengan 35-40 cm. Jarak tanam 50 cm dalam barisan dan 60-70 antar barisan.
2. Penggemburan
Tanah Setelah dibajak tanah digemburkan dengan
cara dicangkul dan dicacah, dengan cangkul atau sabit khusus. Selajutnya dibuat
bedengan kasar disaat ini diberikan kapur pertanian dengan dosis 1,5 – 2
ton/hektar atau 150-2000 gram/m2. Kapur pertanian dicampur merata dengan tanah
dan diberikan pada waktu bedengan siap tanam.
3. Pembuatan Bedengan
a. Bedengan dibuat dengan ukuran 10-12 m dengan lebar
100 – 120 cm dan tinggi 40-50 cm.
b. Permukaan bedengan dibuat setengah lingkaran dan
diratakan, agar mulsa plastik dapat mudah dipasang dan melekat. Kemudian tanah
dicampur dengan pupuk kandang di permukaan secara merata dan diaduk dengan
cangkul kecil dengan kedalaman 20 cm, dan diratakan
c. Bedengan ditutup dengan plastik perak dengan tujuan
memelihara kelembaban tanah, kestabilan mikroba tanah, dan memperkecil
pencucian unsur hara oleh hujan.
4. Pemupukan
Dosis yang dibutuhkan tanaman cabe di luar musim
adalah pupuk kandang 10 ton per hektar, 300 kg per hektar Urea, 250-300 kg per
hektar SP-36, dan 245 kg per hektar KCL (untuk dataran rendah) sedang didataran
tinggi dosis diperlukan 30 ton per hektar pupuk kandang, 2000- 400 kg per
hektar Urea , 208-312 kg per hektar SP-36, dan 182-273 kg per hektar KCL.
Setelah pupuk kandang dan kapur pertanian diberikan pada bedengan, selajutnya
pupuk buatan diberikan. Pada pemupukan pupuk buatan di budidaya tanamam cabe di
luar musim diberikan sekaligus pada saat menjelang tanam bibit sebelum
pemasangan mulsa plastic
5.
Pemasangan Mulsa Plastik
a. Siapkan mulsa plastik sesuai dengan ukuran bedengan
( 200 kg/ha atau 11-12 gulung/ha).
b. Pemasangan
mulsa plastik dilakukan setelah pemberian pupuk kandang dan pupuk buatan dan
pada saat cuaca yang cerah. Sebaiknya dilakukan pukul 14,00 – 16,00 agar
plastik cukup memuai. Pemasangan dilakukan oleh 2 orang agar lebih mudah.
Setelah bedengan tertutup, dibiarkan selama 5 hari agar pupuk buatan larut
dalam tanah dan tidak menjadi penyakit bagi tanaman.
c. Pembuatan
lubang tanam pada mulsa plastik sesuai dengan jarak tanam, dapat dilakukan
dengan menggunakan kaleng (ukuran 8- 10 cm) dan dibuat jepitan dengan kayu,
kemudian kaleng diisi bara api, lalu tempelkan pada mulsa plastik yang telah
diberi tanda (titik-titik) sebagai tanda jarak tanam (lihat gambar1)
(a) (b)
Gambar1: a. Pemasangan mulsa, b. pembuatan lubang
tanam pada bedengan yang telah tertutup mulsa plastik
6.
Pemeliharaan Tanaman
a. Penyulaman tanaman yang mati dapat
dilakukan paling lambat 1-2 minggu setelah tanam.
b. Pemasangan ajir, untuk menopang tanaman
cabe yang tumbuh dengan rimbunnya. Ajir dapat dibuat dari bilah bambu tinggi 1
m dan dipasang di dekat tanaman. Ajir dipasang dalam bentuk para-para dimana
antar ajir satu dengan ajir yang lainnnya saling berhubungan (lihat gambar 2).
Gambar 2: Pemasangan
Ajir
c. Perangkap lalat buah dengan
menggunakan Metil Eugenol 1 ml ditambah dengan insektisida atau air sabun.
Perangkap tersebut diletakan di samping atas dan setinggi tanaman cabe dengan
radius 10 m (100 buah/ha) dan diganti sebulan sekali atau sesuai dengan
kebutuhan.
d. Tanaman cabe mudah terserang panyakit
bercak daun dan anthracnose, penyakit ini dapat dikendalikan dengan fungisida
Antracol atau Daconil 0,2 % dapat diaplikasikan 7-10 hari sekali sejak umur 35
hari dan 14 menjelang panen. e. Serangan ulat gerayak dapat diatasi dengan
memberikan Hostathion 40 EC 2 cc/l. f. Untuk megatasi gugur bunga akibat
fluktuasi temperatur yang tinggi dapat dikendalikan dengan zat pengatur tumbuh
seperti Atonik, Ergostim, Ethrel. Untuk Atonik 1ml/liter air dengan interval
aplikasi 2, 3, dan 7 minggu Gambar 2: Pemasangan ajir pada bedengan
8.
Pembuatan Green House Sederhana
Umumnya menggunakan plastik UV 14%. Harganya sekitar Rp.
32.000/kg. Satu rol beratnya sekitar 50-60 kg, lebar 3-4 meter, panjang sekitar
150 meter. Estimasi penggunan dana green house lengkap untuk ukuran 8x20
m, tinggi 4.5 m berbahan rangka bambu dan full plastik UV (dinding dan atap). Pembuatan
green house (lihat gambar 3)
Gambar 3 : Pembuatan
green house sederhana
7.
Panen dan Panca Panen
a. Penen cabe merah dapat dilakukan
setelah berumur 60-75 hari setelah tanam, dengan interval panen antara 3 hingga
4 hari sekali (dataran rendah) dan 6-7 hari di dataran tinggi. Buah yang rusah
harus dipanen dan dimunaskan.
b. Buah yang akan dijual segar dipanen matang,
buah yang akan dibawa ke luar kota dipanen disaat buah matang hijau, dan buah
yang akan dikeringkan dipanen jika buah sudah matang penuh.
c. Kemasan pada cabe perlu diperhatikan,
kemasan yang paling baik digunakan dengan kemasan dari karung jala dan
pengangkutan tanpa dibanting.
d. Tepat penyimpanan di tempat yang kering,
sejuk dan cukup sirkulasi udara.
BAB
3. PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. teknologi budidaya cabe di luar musim dengan teknik
mulsa, green house sederhana dan ajir dapat menghambat kelembaban tanah yang
tinggi kondisi ini menyebabkan tanaman mudah terserang oleh penyakit busuk akar,
busuk daun dan busuk buah bisa terkendali.
2. Mengembangkan budidaya cabe diluar musim di bulan
oktober hingga maret diwaktu penghujam perlu diterapkan teknologi budidaya yang
tepat dan biasanya berbeda dengan teknologi budidaya pada masa tanam biasa.
Dengan penerapan teknologi budidaya cabe yang ditanam pada musim penghujan diharapkan
dapat dihasilkan cabe yang tidak kalah produksi dan kualitasnya dibanding
produksi cabe yang pada ditanam pada musim kemarau.
3. Langakah utama yang harus diterapkan: 1. Pemulsaan,
2. Membuat green house sederhana dan 3. Pemasangan ajir
3.2
Saran
1. Teknologi mulsa dan ajir dalam budidaya cabe merah
layak disosialisasikan di kawasan jenggawa melalui program pemberdayaan
masyarakat setempat.
2. Dalam
program sosialisasi, diperlukan kerjasama dengan instasi terkai misalnya Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura agar pembinaan dapat berjalan secara
berkesinambung
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.infoagribisnis.com/2016/02/cara-menanam-cabai/.
Diakses pada 1 April 2017
http://bbppketindan.bppsdmp.pertanian.go.id/blog/budidaya-cabai-merah-diluar-musim.
Diakses pada 1 April 2017
http://www.kajianpustaka.com/2016/04/morfologi-dan-syarat-tumbuh-cabai.html.
Diakses pada 1 April 2017
https://books.google.co.id/books?id=XtVV4qj2ZZYC&pg=PA1&dq=tanaman+cabai&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=tanaman%20cabai&f=false.
Diakses pada 1 April 2017
https://books.google.co.id/books?id=_QzrlGWUdBYC&pg=PA2&dq=tanaman+cabai&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=tanaman%20cabai&f=false.
Diakses pada 2 April 2017
https://labuhanbatunews.files.wordpress.com/2008/01/kajian-rakiatan-teknologi.pdf.
Diakses pada 2 April 2017
portalgaruda.org/article.php?article=339115&val=6413&title=DINAMIKA%20PRODUKSI%20DAN%20VOLATILITAS%20HARGA%20CABAI:%20ANTISIPASI%20%20STRATEGI%20DAN%20KEBIJAKAN%20PENGEMBANGAN.
Diakses pada 2 April 2017
http://www.herdinbisnis.com/2012/11/modifikasi-iklim-budidaya-cabe-di-musim.html.
Diakses pada 2 April 2017
No comments:
Post a Comment