BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tanah merupakan medium
alami tempat tanaman hidup, berkembang biak dan mati, karena itu tanah mampu
menyediakan sumber bahan organik selama bertahun-tahun yang dapat didaur ulang
untuk nutrisi tanaman. Tanah juga menyediakan dukungan fisik yang diperlukan
untuk berpegang bagi sistem perakaran dan juga berfungsi sebagai reservoir
udara, air, dan nutrisi yang juga penting bagi pertumbuhan tanaman. Bagian dari
kerak bumi di bawah tanah dikenal sebagai lapisan dan tidak langsung memberikan
sumbangan bagi pertumbuhan tanaman.
Kemampuan tanah
sebagai habitat tanaman dan menghasilkan bahan yang dapat dipanen sangat
ditentukan oleh tingkat kesuburan atau sebagai alternatif kapasitas berproduksi
atau berproduktivitas. Hasil akhir dari kesuburan tanah adalah hasil tanaman
yang diukur berdasarkan keadaan asli tanah, produksi berat kering tanaman
setiap tahun, setelah deskripsi keragaman tanaman dan variasi produktivitas
musiman; total hasil tertinggi, keragaman vegetasi terbesar, dan adanya variasi
terkecil dari tahun ke tahun yang menunjukkan keadaan kesuburan tanah yang
tinggi.
Sejumlah besar
organisme tanah hidup di dalam tanah. Bagian terbesar organisme tanah terdiri
dari kehidupan tumbuhan. Hal ini tidaklah berarti memperkecil arti hewan-hewan
terutama dalam tahap permulaan dekomposisi organik.
Kesuburan tanah
selanjutnya ditentukan oleh keadaan fisika, kimia dan biologi tanah, keadaan
fisika tanah antara lain kedalaman efektif tanah yaitu dalamnya lapisan tanah
dimana perakaran tanaman dapat berkembang secara bebas, tekstur, struktur,
kelembaban dan tata udara. Keadaan kimia tanah antara lain reaksi tanah,
banyaknya unsur hara dan cadangan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman dan PH
tanah. Keadaan biologi tanah yaitu bahan organik, humifiksasi, mineralisasi dan
peningkatan nitrogen udara.
Secara umum dapat
dikatakan bahwa tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai kedalaman efektif
yang cukup dalam (lebih dari 150), berekstur lempung, remah, PH tanah 6,5,
mempunyai kegiatan jasad renik atau jasad hidup tanah yang tinggi, kandungan
unsur haranya cukup bagi pertumbuhan tiap jenis tanaman.
Tanah dikatakan subur
atau sehat ialah kemampuan tanah yang dapat memerankan fungsinya secara
berkesinambungan sebagai sistem kehidupan utama, ditandai dengan kandungan
unsur biologi yanG merupakan kunci fungsi ekosistem di dalam batasan penggunaan
lahan. Berikut terdapat beberapa pengertian kesuburan tanah :
Kesuburan tanah adalah
Suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan unsur hara dalam keadaan cukup
seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik fisik, kimia dan biologi
tanah (Hardjowigeno, 1995).
Kesuburan tanah adalah
kondisi suatu tanah yg mampu menyediakan unsur hara essensial untuk tanaman
tanpa efek racun dari hara yang ada (Foth and Ellis ; 1997).
Tanah yang subur
adalah tanah yang mempunyai profil yang dalam (kedalaman yang sangat dalam)
melebihi 150 cm, strukturnya gembur remah, pH 6-6,5, mempunyai aktivitas jasad
renik yang tinggi (maksimum). Kandungan unsur haranya yang tersedia bagi
tanaman adalah cukup dan tidak terdapat pembatas-pembatas tanah untuk
pertumbuhan tanaman (Sutejo.M.M, 2002).
Kesuburan tanah sangat
dipengaruhi oleh proses biologis (siklus hara, kandungan hara, stabilitas
agregat tanah).
Indikator biologi yang umumnya diamati
meliputi:
Bahan organik berperan
penting sebagai kunci fungsi tanah, menentukan kualitas tanah , kapasitas
menahan air, kepekaan tanah terhadap degradasi. Bahan organik juga berperan
sebagai sumber (source) atau pengikat (sink) CO2 atmosfer dan
meningkatkan kandungan C dalam tanah. Bahan organik juga sebagai cadangan utama
unsur hara seperti N dalam tanah.
1.2 Tujuan
A.
Mengetahui
fisika,kimia dan biologi tanah pada daerah gumuksari,kalisat jember
B.
Mengetahui kesuburan
tanah pada daerah gumuksari,kalisat,jember
C.
Mengetahui cara
pengolahan tanah pada daerah gumuksari,kalisat jember untuk memperbaiki
kualitas tanah
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah
adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai
tempat tumbuh &
berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman
dan menyuplai
kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang
dan penyuplai hara
atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan
unsur-unsur esensial
seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan
secara
biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam
penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman,
yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk
menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan,
industri perkebunan, maupun kehutanan. Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang
berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya
alam,
sehingga
membentuk
regolit
(lapisan
partikel
halus).
Pendekatan Ilmu Tanah sebagai Ilmu Pengetahuan Alam Murni. Kata Pedo yang berarti
gumpal tanah. Tanah adalah bahan padat (mineral atau organik) yang terletak dipermukaan
bumi,
yang
telah
dan
sedang
serta
terus mengalami
perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor: bahan induk, iklim, organisme, topografi,
dan waktu (Madjid, 2008).
Sifat fisik tanah yang utama adalah:
1.
Tekstur
tanah
2.
Struktur
tanah
3.
Bobot
isi tanah
4.
Warna
tanah
5.
Konsistensi
tanah
6.
Kadar
air tanah
Sifat Fisika Tanah (Bagian 1:
Tekstur Tanah)
Tekstur
Tanah Tanah
disusun dari butir-butir tanah dengan berbagai ukuran. Bagian butir tanah yang
berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar tanah seperti kerikil, koral
sampai batu. Bagian butir tanah yang berukuran kurang dari 2 mm disebut bahan
halus tanah. Bahan halus tanah dibedakan menjadi:
(1) pasir, yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai dengan 2 mm.
(2) debu, yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,002 mm sampai dengan 0,050 mm. (3) liat, yaitu butir tanah yang berukuran kurang dari 0,002 mm. Menurut Hardjowigeno (1992) tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dikelompokkan dalam 12 klas tekstur. Kedua belas klas tekstur dibedakan berdasarkan prosentase kandungan pasir, debu dan liat.
(1) pasir, yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai dengan 2 mm.
(2) debu, yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,002 mm sampai dengan 0,050 mm. (3) liat, yaitu butir tanah yang berukuran kurang dari 0,002 mm. Menurut Hardjowigeno (1992) tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dikelompokkan dalam 12 klas tekstur. Kedua belas klas tekstur dibedakan berdasarkan prosentase kandungan pasir, debu dan liat.
Tekstur
tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah
basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus
kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat
Cara
membedakannya adalah:
(1) apabila rasa kasar terasa sangat
jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan, maka tanah
tersebut tergolong bertekstur Pasir.
(2) apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur PasirBerlempung.
(3) apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berpasir.
(4) apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung.
(5) apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur LempungBerdebu.
(6) apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Debu.
(7) apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong berteksturLempungBerliat.
(8) apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur (Lempung Liat Berpasir).
(9) apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur (Lempung Liat Berdebu).
(10) apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur LiatBerpasir.
(11) apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur LiatBerdebu.
(12) apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat.
(2) apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur PasirBerlempung.
(3) apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berpasir.
(4) apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung.
(5) apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur LempungBerdebu.
(6) apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Debu.
(7) apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong berteksturLempungBerliat.
(8) apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur (Lempung Liat Berpasir).
(9) apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur (Lempung Liat Berdebu).
(10) apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur LiatBerpasir.
(11) apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur LiatBerdebu.
(12) apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat.
Hubungan
Tekstur Tanah dengan Daya Menahan Air dan Ketersediaan Hara
Tanah bertekstur liat mempunyai luas permukaan yasng lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar. Tanah bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara.
Tanah bertekstur liat mempunyai luas permukaan yasng lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar. Tanah bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara.
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur tanah ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi, dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil (struktur tanah) ini mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda.Struktur tanah dikelompokkan dalam 6 bentuk. Keenam bentuk adalah: (1) Granular, yaitu struktur tanah yang berbentuk granul, bulat dan porous, struktur ini terdapat pada horison A.
(2) Gumpal (blocky), yaitu struktur tanah yang berbentuk gumpal membuat dan gumpal bersudut, bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut membulat untuk gumpal membulat dan bersudut tajam untuk gumpal bersudut, dengan sumbu horisontal setara dengan sumbu vertikal, struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim basah. (3) Prisma (prismatic), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih besar daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya rata, struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim kering.
(4) Tiang (columnar), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih besar daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya membuloat, struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim kering. (5) Lempeng (platy), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih kecil daripada sumbu horizontal, struktur ini ditemukan di horison A2 atau pada lapisan padas liat.(6) Remah (single grain), yaitu struktur tanah dengan bentuk bulat dan sangat porous, struktur ini terdapat pada horizon A.
Tanah
yang terbentuk di daerah dengan curah hujan tinggi umumnya ditemukan struktur
remah atau granular di tanah lapisan atas (top soil) yaitu di horison A dan
struktur gumpal di horison B atau tanah lapisan bawah (sub soil). Akan tetapi,
pada tanah yang terbentuk di daerah
Menurut
Hanafiah (2005) bahwa bobot isi tanah merupakan kerapatan tanah per satuan
volume yang dinyatakan dalam dua batasan berikut ini:
(1) Kerapatan partikel (bobot partikel = BP) adalah bobot massa partikel padat per satuan volume tanah, biasanya tanah mempunyai kerapatan partikel 2,6 gram cm-3, dan (2) Kerapatan massa (bobot isi = BI) adalah bobot massa tanah kondisi lapangan yang dikering-ovenkan per satuan volume.Nilai kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikel-partikel tanah, makin kasar akan makin berat. Tanah lapisan atas yang bertekstur liat dan berstruktur granuler mempunyai bobot isi (BI) antara 1,0 gram cm-3 sampai dengan 1,3 gram cm-3, sedangkan yang bertekstur kasar memiliki bobot isi antara 1,3 gram cm-3 sampai dengan 1,8 gram cm-3. Sebagai contoh pembanding adalah bobot isi air = 1 gram cm-3 = 1 ton gram cm-3 .Contoh perhitungan dalam menentukan bobot tanah dengan menggunakan bobot isi adalah sebagai berikut: 1 hekar tanah yang diasumsikan mempunyai bobot isi (BI) = 1,0 gram cm-3 dengan kedalaman 20 cm, akan mempunyai bobot tanah sebesar:= {(volume 1 hektar tanah dengan kedalaman 20 cm) x (BI)}= {(100 m x 100 m x 0,2 m) x (1,0 gram cm-3 )}= {(2.000 m-3) x (1 ton m-3)}= 2.000 ton m-3
(1) Kerapatan partikel (bobot partikel = BP) adalah bobot massa partikel padat per satuan volume tanah, biasanya tanah mempunyai kerapatan partikel 2,6 gram cm-3, dan (2) Kerapatan massa (bobot isi = BI) adalah bobot massa tanah kondisi lapangan yang dikering-ovenkan per satuan volume.Nilai kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikel-partikel tanah, makin kasar akan makin berat. Tanah lapisan atas yang bertekstur liat dan berstruktur granuler mempunyai bobot isi (BI) antara 1,0 gram cm-3 sampai dengan 1,3 gram cm-3, sedangkan yang bertekstur kasar memiliki bobot isi antara 1,3 gram cm-3 sampai dengan 1,8 gram cm-3. Sebagai contoh pembanding adalah bobot isi air = 1 gram cm-3 = 1 ton gram cm-3 .Contoh perhitungan dalam menentukan bobot tanah dengan menggunakan bobot isi adalah sebagai berikut: 1 hekar tanah yang diasumsikan mempunyai bobot isi (BI) = 1,0 gram cm-3 dengan kedalaman 20 cm, akan mempunyai bobot tanah sebesar:= {(volume 1 hektar tanah dengan kedalaman 20 cm) x (BI)}= {(100 m x 100 m x 0,2 m) x (1,0 gram cm-3 )}= {(2.000 m-3) x (1 ton m-3)}= 2.000 ton m-3
Apabila
tanah tersebut mengandung 1% bahan organik, ini berarti terdapat 20 ton m-3
bahan organik per hektar.
Warna
tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun tanah. Warna tanah
berhubungan langsung secara proporsional dari total campuran warna yang
dipantulkan permukaan tanah. Warna tanah sangat ditentukan oleh luas permukaan
spesifik yang dikali dengan proporsi volumetrik masing-masing terhadap tanah.
Makin luas permukaan spesifik menyebabkan makin dominan menentukan warna tanah,
sehingga warna butir koloid tanah (koloid anorganik dan koloid organik) yang
memiliki luas permukaan spesifik yang sangat luas, sehingga sangat mempengaruhi
warna tanah. Warna humus, besi oksida dan besi hidroksida menentukan warna
tanah. Besi oksida berwarna merah, agak kecoklatan atau kuning yang tergantung
derajat hidrasinya. Besi tereduksi berwarna biru hijau. Kuarsa umumnya berwarna
putih. Batu kapur berwarna putih, kelabu, dan ada kala berwarna olive-hijau. Feldspar
berwarna merah. Liat berwarna kelabu, putih, bahkan merah, ini tergantung
proporsi tipe mantel besinya.Selain warna tanah juga ditemukan adanya warna
karatan (mottling) dalam bentuk spot-spot. Karatan merupakan warna hasil
pelarutan dan pergerakan beberapa komponen tanah, terutama besi dan mangan,
yang terjadi selama musim hujan, yang kemudian mengalami presipitasi
(pengendapan) dan deposisi (perubahan posisi) ketika tanah mengalami
pengeringan. Hal ini terutama dipicu oleh terjadinya: (a) reduksi besi dan
mangan ke bentuk larutan, dan (b) oksidasi yang menyebabkan terjadinya
presipitasi. Karatan berwarna terang hanya sedikit terjadi pada tanah yang
rendah kadar besi dan mangannya, sedangkan karatan berwarna gelap terbentuk
apabila besi dan mangan tersebut mengalami presipitasi. Karatan-karatan yang
terbentuk ini tidak segera berubah meskipun telah dilakukan perbaikan drainase.
Menurut
Hardjowigeno (1992) bahwa warna tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat
tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam
tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya dipengaruhi
oleh perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik,
warna tanah makin gelap. Sedangkan dilapisan bawah, dimana kandungan bahan
organik umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan
banyaknya senyawa Fe dalam tanah. Di daerah berdrainase buruk, yaitu di daerah
yang selalu tergenang air, seluruh tanah berwarna abu-abu karena senyawa Fe
terdapat dalam kondisi reduksi (Fe2+). Pada tanah yang berdrainase baik, yaitu
tanah yang tidak pernah terendam air, Fe terdapat dalam keadaan oksidasi (Fe3+)
misalnya dalam senyawa Fe2O3 (hematit) yang berwarna merah, atau Fe2O3. 3 H2O
(limonit) yang berwarna kuning cokelat. Sedangkan pada tanah yang kadang-kadang
basah dan kadang-kadang kering, maka selain berwarna abu-abu (daerah yang
tereduksi) didapat pula becak-becak karatan merah atau kuning, yaitu di
tempat-tempat dimana udara dapat masuk, sehingga terjadi oksidasi besi ditempat
tersebut. Keberadaan jenis mineral kwarsa dapat menyebabkan warna tanah menjadi
lebih terang.
Menurut
Wirjodihardjo dalam Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) bahwa intensitas warna
tanah dipengaruhi tiga faktor berikut: (1) jenis mineral dan jumlahnya, (2)
kandungan bahan organik tanah, dan (3) kadar air tanah dan tingkat hidratasi.
Tanah yang mengandung mineral feldspar, kaolin, kapur, kuarsa dapat menyebabkan
warna putih pada tanah. Jenis mineral feldspar menyebabkan beragam warna dari
putih sampai merah. Hematit dapat menyebabkan warna tanah menjadi merah sampai
merah tua. Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah makin gelap
(kelam) dan sebaliknya makin sedikit kandungan bahan organik tanah maka warna
tanah akan tampak lebih terang. Tanah dengan kadar air yang lebih tinggi atau
lebih lembab hingga basah menyebabkan warna tanah menjadi lebih gelap (kelam).
Sedangkan tingkat hidratasi berkaitan dengan kedudukan terhadap permukaan air
tanah, yang ternyata mengarah ke warna reduksi (gleisasi) yaitu warna kelabu
biru hingga kelabu hijau.
Selain itu, Hanafiah (2005) mengungkapkan bahwa warna tanah merupakan: (1) sebagai indikator dari bahan induk untuk tanah yang beru berkembang, (2) indikator kondisi iklim untuk tanah yang sudah berkembang lanjut, dan (3) indikator kesuburan tanah atau kapasitas produktivitas lahan. Secara umum dikatakan bahwa: makin gelap tanah berarti makin tinggi produktivitasnya, selain ada berbagai pengecualian, namun secara berurutan sebagai berikut: putih, kuning, kelabu, merah, coklat-kekelabuan, coklat-kemerahan, coklat, dan hitam. Kondisi ini merupakan integrasi dari pengaruh: (1) kandungan bahan organik yang berwarna gelap, makin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah maka tanah tersebut akan berwarna makin gelap, (2) intensitas pelindihan (pencucian dari horison bagian atas ke horison bagian bawah dalam tanah) dari ion-ion hara pada tanah tersebut, makin intensif proses pelindihan menyebabkan warna tanah menjadi lebih terang, seperti pada horison eluviasi, dan (3) kandungan kuarsa yang tinggi menyebabkan tanah berwarna lebih terang.
Selain itu, Hanafiah (2005) mengungkapkan bahwa warna tanah merupakan: (1) sebagai indikator dari bahan induk untuk tanah yang beru berkembang, (2) indikator kondisi iklim untuk tanah yang sudah berkembang lanjut, dan (3) indikator kesuburan tanah atau kapasitas produktivitas lahan. Secara umum dikatakan bahwa: makin gelap tanah berarti makin tinggi produktivitasnya, selain ada berbagai pengecualian, namun secara berurutan sebagai berikut: putih, kuning, kelabu, merah, coklat-kekelabuan, coklat-kemerahan, coklat, dan hitam. Kondisi ini merupakan integrasi dari pengaruh: (1) kandungan bahan organik yang berwarna gelap, makin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah maka tanah tersebut akan berwarna makin gelap, (2) intensitas pelindihan (pencucian dari horison bagian atas ke horison bagian bawah dalam tanah) dari ion-ion hara pada tanah tersebut, makin intensif proses pelindihan menyebabkan warna tanah menjadi lebih terang, seperti pada horison eluviasi, dan (3) kandungan kuarsa yang tinggi menyebabkan tanah berwarna lebih terang.
Warna
tanah ditentukan dengan membandingkan warna tanah tersebut dengan warna standar
pada buku Munsell Soil Color Chart. Diagram warna baku ini disusun tiga
variabel, yaitu: (1) hue, (2) value, dan (3) chroma. Hue adalah warna spektrum
yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. Value menunjukkan gelap
terangnya warna, sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan. Chroma
menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum. Chroma didefiniskan
juga sebagai gradasi kemurnian dari warna atau derajat pembeda adanya perubahan
warna dari kelabu atau putih netral (0) ke warna lainnya (19).
Hue
dibedakan menjadi 10 warna, yaitu: (1) Y (yellow = kuning), (2) YR
(yellow-red), (3) R (red = merah), (4) RP (red-purple), (5) P (purple = ungu),
(6) PB (purple-brown), (7) B (brown = coklat), (8) BG (grown-gray), (9) G (gray
= kelabu), dan (10) GY (gray-yellow). Selanjutnya setiap warna ini dibagi
menjadi kisaran hue sebagai berikut: (1) hue = 0 – 2,5; (2) hue = 2,5 – 5,0;
(3) hue = 5,0 – 7,5; (4) hue = 7,5 – 10. Nilai hue ini dalam buku hanya
ditulis: 2,5 ; 5,0 ; 7,5 ; dan 10.
Berdasarkan buku Munsell Saoil Color Chart nilai Hue dibedakan menjadi: (1) 5 R; (2) 7,5 R; (3) 10 R; (4) 2,5 YR; (5) 5 YR; (6) 7,5 YR; (7) 10 YR; (8) 2,5 Y; dan (9) 5 Y, yaitu mujlai dari spektrum dominan paling merah (5 R) sampai spektrum dominan paling kuning (5 Y), selain itu juga sering ditambah untuk warna-warna tanah tereduksi (gley) yaitu: (10) 5 G; (11) 5 GY; (12) 5 BG; dan (13) N (netral).
Berdasarkan buku Munsell Saoil Color Chart nilai Hue dibedakan menjadi: (1) 5 R; (2) 7,5 R; (3) 10 R; (4) 2,5 YR; (5) 5 YR; (6) 7,5 YR; (7) 10 YR; (8) 2,5 Y; dan (9) 5 Y, yaitu mujlai dari spektrum dominan paling merah (5 R) sampai spektrum dominan paling kuning (5 Y), selain itu juga sering ditambah untuk warna-warna tanah tereduksi (gley) yaitu: (10) 5 G; (11) 5 GY; (12) 5 BG; dan (13) N (netral).
Value
dibedakan dari 0 sampai 8, yaitu makin tinggi value menunjukkan warna makin
terang (makin banyak sinar yang dipantulkan). Nilai Value pada lembar buku
Munsell Soil Color Chart terbentang secara vertikal dari bawah ke atas dengan
urutan nilai 2; 3; 4; 5; 6; 7; dan 8. Angka 2 paling gelap dan angka 8 paling
terang.
Chroma
juga dibagi dari 0 sampai 8, dimana makin tinggi chroma menunjukkan kemurnian
spektrum atau kekuatan warna spektrum makin meningkat. Nilai chroma pada lembar
buku Munsell Soil Color Chart dengan rentang horisontal dari kiri ke kanan
dengan urutan nilai chroma: 1; 2; 3; 4; 6; 8. Angka 1 warna tidak murni dan
angka 8 warna spektrum paling murni.
Pencatatan
warna tanah dapat menggunakan buku Munsell Soil Color Chart, sebagai contoh:
(1) Tanah berwarna 7,5 YR 5/4 (coklat), yang berarti bahwa warna tanah mempunyai nilai hue = 7,5 YR, value = 5, chroma = 4, yang secara keseluruhan disebut berwarna coklat.
(2) Tanah berwarna 10 R 4/6 (merah), yang berarti bahwa warna tanah tersebut mempunyai nilai hue =10 R, value =4 dan chroma = 6, yang secara keseluruhan disebut berwarna merah.
Selanjutnya, jika ditemukan tanah dengan beberapa warna, maka semua warna harus disebutkan dengan menyebutkan juga warna tanah yang dominannya. Warna tanah akan berbeda bila tanah basah, lembab, atau kering, sehingga dalam menentukan warna tanah perlu dicatat apakah tanah tersebut dalam keadaan basah, lembab, atau kering.
(1) Tanah berwarna 7,5 YR 5/4 (coklat), yang berarti bahwa warna tanah mempunyai nilai hue = 7,5 YR, value = 5, chroma = 4, yang secara keseluruhan disebut berwarna coklat.
(2) Tanah berwarna 10 R 4/6 (merah), yang berarti bahwa warna tanah tersebut mempunyai nilai hue =10 R, value =4 dan chroma = 6, yang secara keseluruhan disebut berwarna merah.
Selanjutnya, jika ditemukan tanah dengan beberapa warna, maka semua warna harus disebutkan dengan menyebutkan juga warna tanah yang dominannya. Warna tanah akan berbeda bila tanah basah, lembab, atau kering, sehingga dalam menentukan warna tanah perlu dicatat apakah tanah tersebut dalam keadaan basah, lembab, atau kering.
Konsistensi
tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah
dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Keadaan tersebut
ditunjukkan dari daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Gaya
yang akan mengubah bentuk tersebut misalnya pencangkulan, pembajakan, dan
penggaruan. Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa tanah-tanah yang mempunyai
konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah
tanah.Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu:
basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi
tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang (field cappacity).
Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air
tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan
konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara.
Pada
kondisi basah, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat plastisitas dan
tingkat kelekatan. Tingkatan plastisitas ditetapkan dari tingkatan sangat
plastis, plastis, agak plastis, dan tidak plastis (kaku). Tingkatan kelekatan
ditetapkan dari tidak lekat, agak lekat, lekat, dan sangat lekat.
Pada
kondisi lembab, konsistensi tanah dibedakan ke dalam tingkat kegemburan sampai
dengan tingkat keteguhannya. Konsistensi lembab dinilai mulai dari: lepas,
sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh, dan ekstrim teguh. Konsistensi
tanah gembur berarti tanah tersebut mudah diolah, sedangkan konsistensi tanah
teguh berarti tanah tersebut agak sulit dicangkul.
Pada
kondisi kering, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat kekerasan
tanah. Konsistensi kering dinilai dalam rentang lunak sampai keras, yaitu
meliputi: lepas, lunak, agak keras, keras, sangat keras, dan ekstrim keras.
Cara
penetapan konsistensi untuk kondisi lembab dan kering ditentukan dengan meremas
segumpal tanah. Apabila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah dinyatakan
berkonsistensi gembur untuk kondisi lembab atau lunak untuk kondisi kering.
Apabila gumpalan tanah sukar hancur dengan cara remasan tersebut maka tanah dinyatakan
berkonsistensi teguh untuk kondisi lembab atau keras untuk kondisi kering.
Dalam
keadaan basah ditentukan mudah tidaknya melekat pada jari, yaitu kategori:
melekat atau tidak melakat. Selain itu, dapat pula berdasarkan mudah tidaknya
membentuk bulatan, yaitu: mudah membentuk bulatan atau sukar membentuk bulatan;
dan kemampuannya mempertahankan bentuk tersebut (plastis atau tidak plastis).
Secara lebih terinci cara penentuan konsistensi tanah dapat dilakukan sebagai
berikut:
(I)
Konsistensi Basah
1.1
Tingkat Kelekatan, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara
butir-butir tanah dengan benda lain, ini dibagi 4 kategori:
(1) Tidak Lekat (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan atau benda lain.(2) Agak Lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain.(3) Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain.(4) Sangat Lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari tangan atau benda lain.
(1) Tidak Lekat (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan atau benda lain.(2) Agak Lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain.(3) Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain.(4) Sangat Lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari tangan atau benda lain.
1.2
Tingkat Plastisitas, yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk gulungan,
ini dibagi 4 kategori berikut: (1) Tidak Plastis (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak
dapat membentuk gulungan tanah. (2) Agak Plastis (Nilai 1): yaitu dicirikan
hanya dapat dibentuk gulungan tanah kurang dari 1 cm. (3) Plastis (Nilai 2):
yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan
sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut. (4) Sangat Plastis (Nilai 3):
yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan
tekanan besar untuk merusak gulungan tersebut.
(II)
Konsistensi Lembab
Pada
kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6 kategori
sebagai berikut: (1) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu
sama lain atau antar butir tanah mudah terpisah (contoh: tanah bertekstur
pasir).
(2) Sangat Gembur (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali hancur bila diremas. (3) Gembur (Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat meremas dapat menghancurkan gumpalan tanah. (4) Teguh / Kokoh (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan agak kuat saat meremas tanah tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah. (5) Sangat Teguh / Sangat Kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan berkali-kali saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut. (6) Sangat Teguh Sekali / Luar Biasa Kokoh (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan tidak hancurnya gumpalan tanah meskipun sudah ditekan berkali-kali saat meremas tanah dan bahkan diperlukan alat bantu agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.
(2) Sangat Gembur (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali hancur bila diremas. (3) Gembur (Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat meremas dapat menghancurkan gumpalan tanah. (4) Teguh / Kokoh (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan agak kuat saat meremas tanah tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah. (5) Sangat Teguh / Sangat Kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan berkali-kali saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut. (6) Sangat Teguh Sekali / Luar Biasa Kokoh (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan tidak hancurnya gumpalan tanah meskipun sudah ditekan berkali-kali saat meremas tanah dan bahkan diperlukan alat bantu agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.
(III)
Konsistensi Kering
Penetapan
konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara, ini dibagi 6
kategori sebagai berikut:(1) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan butir-butir tanah
mudah dipisah-pisah atau tanah tidak melekat satu sama lain (misalnya tanah
bertekstur pasir). (2) Lunak (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah
hancur bila diremas atau tanah berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika ditekan
sedikit saja akan mudah hancur. (3) Agar Keras (Nilai 2): yaitu dicirikan
gumpalan tanah baru akan hancur jika diberi tekanan pada remasan atau jika
hanya mendapat tekanan jari-jari tangan saja belum mampu menghancurkan gumpalan
tanah. (4) Keras (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan makin susah untuk menekan
gumpalan tanah dan makin sulitnya gumpalan untuk hancur atau makin
diperlukannya tekanan yang lebih kuat untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah.
(5) Sangat Keras (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan yang
lebih kuat lagi untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah
makin sangat sulit ditekan dan sangat sulit untuk hancur. (6) Sangat Keras
Sekali / Luar Biasa Keras (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan diperlukannya
tekanan yang sangat besar sekali agar dapat menghancurkan gumpalan tanah atau
gumpalan tanah baru bisa hancur dengan menggunakan alat bantu (pemukul).
Beberapa
faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah: (1) tekstur tanah, (2) sifat
dan jumlah koloid organik dan anorganik tanah, (3) sruktur tanah, dan (4) kadar
air tanah.
Menurut Hanafiah (2005) bahwa air
merupakan komponen penting dalam tanah yang dapat menguntungkan dan sering pula
merugikan. Beberapa peranan yang menguntungkan dari air dalam tanah adalah: (1)
sebagai pelarut dan pembawa ion-ion hara dari rhizosfer ke dalam akar tanaman. (2)
sebagai agen pemicu pelapukan bahan induk, perkembangan tanah, dan differensi
horison.
(3) sebagai pelarut dan pemicu reaksi kimia dalam penyediaan hara, yaitu dari hara tidak tersedia menjadi hara yang tersedia bagi akar tanaman. (4) sebagai penopang aktivitas mikrobia dalam merombak unsur hara yang semula tidak tersedia menjadi tersedia bagi akar tanaman. (5) sebagai pembawa oksigen terlarut ke dalam tanah. (6) sebagai stabilisator temperatur tanah. (7) mempermudah dalam pengolahan tanah.
(3) sebagai pelarut dan pemicu reaksi kimia dalam penyediaan hara, yaitu dari hara tidak tersedia menjadi hara yang tersedia bagi akar tanaman. (4) sebagai penopang aktivitas mikrobia dalam merombak unsur hara yang semula tidak tersedia menjadi tersedia bagi akar tanaman. (5) sebagai pembawa oksigen terlarut ke dalam tanah. (6) sebagai stabilisator temperatur tanah. (7) mempermudah dalam pengolahan tanah.
Selain
beberapa peranan yang menguntungkan diatas, air tanah juga menyebabkan beberapa
hal yang merugikan, yaitu: (1) mempercepat proses pemiskinan hara dalam tanah
akibat proses pencucian (perlin-dian/leaching) yang terjadi secara intensif. (2)
mempercepat proses perubahan horizon dalam tanah akibat terjadinya eluviasi
dari lapisan tanah atas ke lapisan tanah bawah. (3) kondisi jenuh air
menjadikan ruang pori secara keseluruhan terisi air sehingga menghambat aliran
udara ke dalam tanah, sehingga mengganggu respirasi dan serapan hara oleh akar
tanaman, serta menyebabkan perubahan reaksi tanah dari reaksi aerob menjadi
reaksi anaerob.
Derajat
Kemasaman Tanah (pH)
Reaksi tanah
menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai
pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam
tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, semakin masam tanah tersebut.
Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang
jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. pada tanah-tanah masam
jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedang pada tanah alkalis kandungan
OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH- ,maka tanah
bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Anonim 1991).
Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun dcmikian pH tanah umumnya berkisar dari 3,0-9,0. Di Indonesia unumnya tanahnya bereaksi masam dengan 4,0 – 5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0 – 6,5 sering telah dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih agak masam. Di daerah rawa-rawa sering ditemukan tanah-tanah sangat masam dengan pH kurang dari 3,0 yang disebut tanah sangat masam karena banyak mengandung asam sulfat. Di daerah yang sangat kering kadang-kadang pH tanah sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena banyak mengandung garam Na (Anonim 1991).
Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun dcmikian pH tanah umumnya berkisar dari 3,0-9,0. Di Indonesia unumnya tanahnya bereaksi masam dengan 4,0 – 5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0 – 6,5 sering telah dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih agak masam. Di daerah rawa-rawa sering ditemukan tanah-tanah sangat masam dengan pH kurang dari 3,0 yang disebut tanah sangat masam karena banyak mengandung asam sulfat. Di daerah yang sangat kering kadang-kadang pH tanah sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena banyak mengandung garam Na (Anonim 1991).
C-Organik Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu
faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian.
Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika
maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah
C-Organik (Anonim 1991). Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara
komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah. Musthofa (2007) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik
di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2 persen, Agar kandungan bahan
organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi
mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak
harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat
berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah.
Tanpa pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan
biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya
pemadatan tanah (Anonim 1991).
Biologi tanah adalah
ilmu yang mempelajari mahluk-mahluk hidup didalam tanah. Karena ada
bagian-bagian hidup di dalam tanah, maka tanah itu disebut sebagai “Living
System” contohnya akar tanaman dan organisme lainnya di dalam tanah.
Tanah yang mempunyai
nilai produktivitas yang tinggi,tidak hanya terdiri dari bagian padat, cair dan
udara saja, tetapi harus ada jasad hidup yang merupakan organisme hidup.
Sebaliknya aktivitas organism tanah dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :
a) Iklim organisme tanah lebih banyak
ditemui jumlah (populasi) nya dan keragamannya pada tanah didaerah yang
mempunyai curah hujan dan temperatur yang tinggi dibandingkan di daerah yang
mempunyai curah hujan dan temperatur rendah.
b).Tanah Tingkat kemasaman, kandungan
hara dan umur tanah dapat mempengaruhi organisme dalam tanah. Bahteri lebih
banyak ditemui pada daerah yang berkemasaman sedang (normal), sedangkan
jamur/cendawan lebih banyak pada tanah yang kemasaman rendah (masam). Tanah-tanah
yang diberi kapur dan pupuk, umumnya lebih banyak populasi organismenya. Pada
tanah perawan, populasi dan keragaman organisme nya lebih banyak dibandingkan
pada tanah-tanah tua.
c).Vegetasi à pada lokasi tanah-tanah
hutan ditemui organism yang lebih banyak dan lebih beragam dibandingkan pada
lokasi padang rumput.
BAB 3
METODELOGI
3.1 Waktu dan tempat
A. Praktik lapang dilaksanakan di desa gumuksari,
kec.kalisat, kab.jember Jam 13.00-15.00
pada hari jumat 20 mei 2016
B. Pengujian sample tanah dilaksanakan di laboratorium
tanah politeknik negeri jember jam 15.30-18.00 pada hari jumat 20 mei 2016
3.2 Alat dan bahan
A. Pengambilan sample tanah
Alat:
1. Meteran
2. plastik
3. pisau
4. kamera(HP)
Bahan:
1. Tanah di desa gumuksari,kec.kalisat,kabupaten jember
B. Pengujian sample tanah di desa gumuksari, kec.kalisat,
kabupaten jember
Alat:
1. Wadah uji pH
2. Kertas lakmus
3. Pipet
4. munsell soil color chart
Bahan:
1. Sample Tanah
2. Aquades
3. H2O2 50 %
4. Kcl
3.3 Prosedur Kerja
A. Pengmbilan
sample tanah
1. Ambil tanah pada kedalaman 0 cm - 20 cm,20 cm - 40 cm dan 40 cm- 60
cm dengan pisau
2.
Taruhlah pada
masing-masing plastik yang telah disediakan
3.
Dokumentasikan
dengan cara di foto profil tanah dan keadaan tanah yang berada di desa
gumuksari,kec kalisat,kab jember
B. pengujian
tanah di desa gumuksari, kec.kalisat, kabupaten jember
1.
Menyiapkan alat
dan bahan
2.
Menguji pH
dengan aquades dan kertas lakmus
3.
Menguji
kandungan bahan organik menggunakan H2O2 50 %
4.
Menguji
kandungan kapur menggunakan Kcl
5.
Menguji warna
pada tanah menggunakan munsell soil color chart
6.
Menetukan
tekstur tanah dengan cara menggosokkan pada kedua telapak tangan, kemudian
memencetnya
7.
Menganalisis
kesuburan tanah
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Faktor
genesis dan karakteristik tanah permukaan
Tinggi
dpl
|
281
meter
|
Iklim
musim
|
Humid
tropik
|
Fisiologi
|
Vulkanik
|
Geologi,
umur
|
Sub
resent
|
Bahan
induk
|
Tuf
vulkanik berupa abu dan batuan vulkanik dari gunung raung
|
Relief
makro dan mikro
|
Bergelombang,
datar
|
Penggunaan
lahan
|
Tanaman
hias
|
Karakteristik
Profil tanah
Epipedon
|
Molik
|
Horizon
|
Horizon A1 0-20 cm
Horizon B cambik 20-40 cm
Horizon C Cambik 40-60 cm
|
Kedalam Efektif
|
0-100 meter
|
Kedalaman perakaran
|
0-30 cm
|
Kedalaman Padas
|
-
|
Kedalaman GWL
|
Sangat dalam (> 5 meter)
|
Kedalaman Gleisasi
|
20 cm
|
Kedalam dan jenis karatan
|
50 cm
|
Warna
|
0-20 cm 5/6
hue 10 YR yellowish brown
20-40 cm 4/4
hue 10 YR brown
40-60 cm 5/4
hue 10 YR dull yellowish brown
|
Cutan
|
Sedikit
|
Strukture
|
0-20 cm granular
20-40 cm granular
40-60 cm prismatik
|
Tekstur
|
0-20 cm remah
20-40 cm remah
40-60 cm berpasir
|
Kosistensi
|
0-20 cm 1/2 matang
20-40 cm 1/2 matang
40-60 cm matang
|
Retakan
|
4-6 cm, kedalaman 2 cm
|
Slickenside
|
Banyak
|
BO
|
0-20 cm sedang
20-40 cm banyak
40-60 cm sedang
|
Kapur
|
0-20 cm sedikit
20-40 cm sedikit
40-60 cm sedang
|
pH
|
0-20 cm 6
(asam)
20-40 cm 7
(netral)
40-60 cm 7 (netral)
|
KB
|
0-20 cm rendah
20-40 cm sedang
40-60 cm sedang
|
KTK
|
0-20 cm
rendah
20-40 cm sedang
40-60 cm sedang
|
Klasifikasi Tanah
Klasifikasi tanah
nasional
|
Tanah vulknik
|
Soil taxonomy
|
. Inceptisol
|
4.2 Pembahasan
Pada praktikum lapang untuk mengetahui kesuburan
tanah di desa gumuksari,kec kaliasat,kab.jember ,kesuburan tanah disana sedang
dikarenakan dari sifat fisiknya ada retakan dan padas jadi bermasalah pada akar
tanaman yang tidak menembus dan dapat membelok Kerusakan tanah dapat dikurangi
dengan upaya konservasi tanah. Konservasi tanah adalah pemeliharaan dan
perlindungan terhadap tanah secara teratur guna mengurangi dan mencegah
kerusakan tanah dengan cara pelestarian.tanah disana sangat kering apabila
keadaan kering dan terlalu lengket pada keadaan basah hal ini butuh metode
konservasi tanah yaitu metode vegetatif ,metode
vegetatif adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan dan sisa–sisanya untuk
mengurangi jumlah laju erosi dan daya rusak hujan yang jatuh.
Contoh bentuk konservasi menggunakan metode
vegetative:
•Reboisasi adalah menanami kembali hutan yang gundul .
•Countour strip cropping adalah bercocok tanam dengan beberapa jenis tanaman semusim dalam strip – strip yang berselang – seling menurut garis kontur
•Croups rotation adalah usaha penanaman jenis tanaman secara bergantian dalam suatu lahan yang ke dua adalah metode mekanik untuk mengurangi erosi adalah semua perlakuan fisik mekanik yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, serta meningkatkan kemampuan penggunaan tanah.
•Reboisasi adalah menanami kembali hutan yang gundul .
•Countour strip cropping adalah bercocok tanam dengan beberapa jenis tanaman semusim dalam strip – strip yang berselang – seling menurut garis kontur
•Croups rotation adalah usaha penanaman jenis tanaman secara bergantian dalam suatu lahan yang ke dua adalah metode mekanik untuk mengurangi erosi adalah semua perlakuan fisik mekanik yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, serta meningkatkan kemampuan penggunaan tanah.
Berikut bentuk–bentuk metode mekanik:
•Countour plowing adalah membajak searah garis
kontur, sehingga terjadilah alur–alur horisontal.
•Guludan adalah tumpukan tanah yang dibuat
memanjang searah garis kontur atau memotong lereng untuk menahan erosi.
•Terassering adalah menanam tanaman dengan sistem
berteras–teras di daerah lereng.
•Perbaikan drainase dan irigasi. Yang ketiga adalah metode kimia,metode kimia
adalah dengan menggunakan preparat kimia sintetis atau alami. Preparat
ini disebut Soil Conditioner atau pemantap struktur tanah. Sesuai dengan
namanya Soil Conditioner ini digunakan untuk membentuk struktur tanah yang
stabil. Senyawa yang terbentuk akan menyebabkan tanah menjadi stabil .
Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah
muda, tetapi lebih berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari
kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah
ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur.
Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol,
Regosol, Gleihumus.
Ciri-ciri :
1.
Ada horizon kambik , dimana terdapat horizon penumpukan liat
<20% dari horizon diatasnya.
2.
Tanah yang mulai berkembang tetapi belum matang yang
ditandai oleh perkembangan profil yang lebih lemah.
3.
Mencakup tanah sulfat masam (Sulfaquept) yang mengandung
horison sulfurik yang sangat masam, tanah sawah(aquept) dan tanah latosol
Daerah penyebaran tanah jenis ini: Sumatera, Jawa, Kalimantan. Sebagain besar tanah ini ditanami palawija (jawa) dan hutan/semak belukar (sumatera dan Kalimantan).
Daerah penyebaran tanah jenis ini: Sumatera, Jawa, Kalimantan. Sebagain besar tanah ini ditanami palawija (jawa) dan hutan/semak belukar (sumatera dan Kalimantan).
Ultisol Tanah vulkanik,
tanah ini memiliki kandungan unsur hara yang tinggi sehingga sangat subur.
Tanah vulkanik dapat dikatakan hadiah dari letusan gunung berapi. Tanah
vulkanik terdapat di daerah dekat lereng gunung berapi.
BAB 5
PENUTUP
Tanah di
katakan subur apabila tanah memiliki sifat kimiawi,fisika dan biologi tanah
yang baik. Dan apabila salah satu dari sifat tanah diatas tidak baik maka tanah
harus diperbaiki dengan cara diolah yaitu menambahkan unsur hara pada tanah dan
mengairi tanah agar kebutuhan air dalam tanah terpenuhi. Dan struktur tanah
yang bersifat lempengan akan mengurai juga membentuk tanah yang bagus dari
penambahan unsur hara diatas
DAFTAR PUSTAKA
http://dokumen.tips/documents/laporan-praktikum-kesuburan-tanah-5584688d4c04a.html
https://boymarpaung.wordpress.com/2009/02/19/sifat-kimia-tanah/
No comments:
Post a Comment