ANALISA
BUDIDAYA SIRSAT
DALAM
RANGKA MENINGKATKAN EKONOMI DAN
KESEHATAN
MASYARAKAT BOJONEGORO
Oleh:
SUGIYANTO
Dosen STIE Cendekia Bojonegoro
ABSTRAK
Tanaman sirsak merupakan tanaman yang sudah populer di kalangan
masyarakat, termasuk di daerah Bojonegoro. Khususnya di daerah pedesaan tanaman
ini mudah dijumpai. Karena memang karakter tanaman ini sangat cocok dengan
tanah dan iklim daerah setempat. Banyak dijumpai, ia tumbuh liar di
hutan-hutan, tegalan, pinggir sungai, dan pekarangan penduduk.
Disamping itu pula, dari hasil penelitian medical (kesehatan)
ternyata tumbuhan sirsak termasuk jenis tumbuhan yang mempunyai banyak khasiat
dan manfaat untuk obat-obatan. Hal itu telah dijelaskan sebagaimana dalam
pembahasan awal.
Berangkat dari hal-hal yang telah disebutkan di atas maka dapat
dikatakan bahwa tanaman sirsak mempunyai prospek dan daya tawar yang baik untuk
menjadi semacam bidang usaha yang bernilai komersial. Maka dengan melihat sisi
ekonomisnya, perlulah upaya untuk meningkatkan produktifitasnya melalui
budidaya. Dalam hal ini yang lebih baik dengan cara budidaya organik, agar
tanaman bisa terbebas dari factor kimia, sehingga dapat menghasilkan sirsak
yang mempunyai manfaat dan khasiat obat secara maksimal.
Untuk selanjutnya, budi daya mengkudu bisa dikembangkan menjadi
tanaman komoditas, melalui penemuan dan penciptaan kretifitas sehingga dari
mengkudu dapat dikembangkan menjadi barang-barang produksi yang praktis,
efektif dan efesien. Seperti pembuatan jus sirsak, sirup, dan lain-lain.
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sirsak, merupakan jenis buah yang sudah
tidak asing lagi bagi masyarakat Bojonegoro pada umumnya. Dibeberapa tempat
penjual buah-buahan, jenis buah sering banyak dijumpai. Disamping itu pula ada
beberapa minuman buah segar seperti just atau yang instan seperti marimas sirsak dan lain-lain semakin
menjadikan buah ini semakin memasyarakat.
Sirsak merupakan jenis tanaman yang
dapat tumbuh dan berbuah sepanjang tahun. Hal ini jika kondisi air tanah
terpenuhi pada masa pertumbuhannya. Oleh karenanya ia bisa mudah tumbuh dimana
saja asal kebutuhan air dapat terepenuhi. Selain Indonesia, ada beberapa negara
yang beberapa bagian daerah atau wilayahnya terkenal dengan daerah penghasil
buah sirsak, seperti USA, Ekuador, Brazil, Chilli, Mexico, Uruguay, Peru dan
masih banyak lagi yang lainnya seperti negara-negara bagian Amerika yang
beriklim tropis.
Di Indonesia ada beberapa nama lain dari
sirsak, seperti di jawa dikenal dengan buah nangka
sebrang dan nangka landa, di
Sunda dikenal dengan nama nangka walanda,
di Madura nangka buris, di Bali srikaya jawa, di Lampung jambu landa dan lain sebagainya.
Di daerah
Bojonegoro-Jawa Timur, tanaman sirsak dikenal dengan nangka
landa, tetapi nama sirsak pun sudah tidak begitu asing di masyarakat.
Meskipun di Bojonegoro ini, usaha budidaya buah sirsak oleh petani masih langka bahkan bisa dibilang sangat kecil
dan tidak berkembang. Tidak seperti budidaya salak, blimbing, dan jeruk yang
sudah seperti komoditas yang banyak peminatnya di kalangan petani buah-buahan.
Padahal
potensi alam Bojonegoro terbilang cocok untuk pengembangan budidaya jenis buah
ini. Dari sudut potensi usaha agro-bisnis juga dipandang menguntungkan karena
harga di pasar masih tinggi. Buah mengkudu pun bisa diolah menjadi minuman
segar atau jus, sirup, jelly, manisan
dan dodol sirsak. Disamping itu pula,
menurut hasil riset kesehatan buah ini mengandung zat anti kanker, sehingga
bisa dijadikan obat penawar atau obat penyembuh penyakit kanker.
Melihat
sisi potensial tersebut, ini menjadi modal utama untuk mengembangkan buah
sirsak di beberapa daerah di Bojonegoro. Akan tetapi potensial yang demikian
rupa, seperti yang dijelaskan di atas jika tidak didukung oleh kesadaran dan sumber daya
manusia (SDM) masyarakat setempat, maka pemanfaatan
sirsak sebagai usaha agrobisnis akan masih sulit dalam proses pengembangannya.
Berangkat
dari hal itu, maka perlu upaya penyuluhan, pendidikan, pelatihan ketrampilan
dan sharing kepada masyarakat tentang
pengetahuan manfaat dan peluang budidaya sirsa dan pengolahannya, sehingga dapat meningkatkan nilai
ekonomis dan kesehatan bagi masyarakat.
B.
Rumusan Masalah
Bagaimana cara
pemanfaatan buah sirsak
untuk peningkatan nilai ekonomi dan kesehatan masyarakat ?
C.
Tujuan
Tujuan dari idea
tau gagasan pemanfaatan sirsak
untuk peningkatan ekonomi dan kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut:
1.
Meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang manfaat dan guna tanaman sirsak bagi dunia
kesehatan.
2.
Menciptakan peluang
komersial dari usaha budidaya sirsak, sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi bagi masyarakat.
3.
Optimalisasi sumber
daya lokal (seperti tenaga kerja/masyarakat, banyaknya lahan kosong, manfaat sirsak, dll) sehingga
dapat mengangkat taraf hidup masyarakat.
4.
Pengenalan dan
pemanfaatan tehnologi, manajemen (meliputi produksi dan pemasaran) dari usaha
budidaya dan pengolahan buah sirsak.
D.
Manfaat
Target
yang hendak dicapai dari ide atau gagasan pemanfaatan sirsak untuk peningkatan ekonomi dan
kesehatan masyarakat adalah:
1.
Terciptanya
lapangan kerja/usaha dari pemanfaatan buah sirsak.
2.
Adanya peningkatan
penanaman sirsak dan
dengan tujuan komersial serta kombinasinya dengan manajemen produksi dan
pemasarannya.
3.
Pengembangan dunia
medis (kesehatan) dengan pemanfaatan sumber daya local untuk obat herbalis yang
berbahan dasar dari sirsak.
II. PEMBAHASAN
A.
Letak Geografis Wilayah Bojonegoro
Keberadaan Kabupaten Bojonegoro dengan Ibu
kota Bojonegoro terletak pada dataran rendah di Pantai Utara Jawa sekitar 120
KM ke arah barat dari Surabaya, Ibu Kota Propinsi Jawa Timur. Adapun batas –batas
terotorial Kabupaten Bojonegoro adalah :
Di Utara Kabupatens Tuban, di Barat
Kabupaten Blora, di Timur
Kabupaten Lamongan dan di Selatan
Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Madiun. Luas wilayah Kabupaten Bojonegoro sekitar 2.307,06 Km2 dengan Jumlah penduduk
1.132.263 orang (data pada tahun 1995),
Terdiri atas 23 Kecamatan, 11 Kelurahan dan 419 Desa.
Dari stuktur geografis berupa daratan rendah pada daerah utara dan
dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 200 m diatas permukaan air laut pada
wilayah disebelah selatan maka sangat memungkinkan kegiatan ekonomi di Kabupaten Bojonegoro dominan pada
sektor pertanian yaitu sebesar 50,4%, Industri pengolahan sebesar 3,02%,
Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 13,2%, Bidang Jasa sebesar 16,87% dan
kegiatan ekonomi lainya sebesar 16,51%. Dengan kekhasan daerahnya pemerintah
Kabupaten Bojonegoro telah berhasil memacu pertumbuhan ekonominya yaitu dari
2,62% pada tahun 1994 menjadi 4,83% pada tahun 1995.
Melihat letak geografis daerah Bojonegoro,
maka dapat dikatakan bahwa Budidaya tanaman sirsak sangat
cocok dengan struktur alam yang ada di daerah tersebut. Mengingat persediaan
air bisa terbilang mencukupi untuk usaha ini.
B.
Budidaya sirsak Secara Organik
Tumbuhan sirsak dapat
tumbuh di sembarang tempat, paling baik ditanam di daerah yang cukup berair
atau dataran rendah sampai daerah dengan ketinggian 500 meter dari permukaan air
laut. Cuaca ekstrim, yaitu curah hujan yang tinggi dan kelembaban yang sangat
rendah mempengaruhi dan merusak pembentukan buah.
Berikut cara bertanam sirsak yang baik
sehingga nantinya dapat memperoleh hasil yang maksimal.
1.
Pembibitan
Cara pembibitan tanaman sirsak bisa
menngunakan cara penyemaian biji, okulasi dan pencangkokan. Bedanya, jika
penyemaian biji membutuhkan waktu antara 3-5 tahun dulu baru dapat berbuah,
sedangkan jika mencangkok dan okulasi hanya memakan waktu antara 2 – 3 tahun.
Adapun cara pembibitan dengan biji atau
benih, yaitu:
a)
Mencari induk pohon dan buah
yang berkualitas.
b)
Benih disemai di tempat penyemaian
(bisa dengan menggunakan polybag)
c)
Setelah 6-8 bulan benih semaian
tersebut di pindahkan ke area penanaman.
d)
1 hektar area penanaman
membutuhkan 333 – 420 bibit .
Catatan: Bibit tanaman sirsak dapat berasal dari hasil pengembangan
generatif, tapi disini lebih dianjurkan menggunakan bibit tanaman sirsak yang
berasal dari pohon hasil pengembangan vegetatif. Berupa bibit okulasi atau
cangkokan terhadap pohon sirsak yang telah berumur 10-12 bulan.
2.
Pengelolaan Media Tanaman
Jarak penanaman sirsak adalah 6 x 4 atau 5 x 5 atau 6 x 6 meter.
Namun, area atau lahan penanaman sirsak tersebut disarankan membuat lubang yang
diberi nama resapan biopori. Untuk satu pohon dibuatkan 5 lubang yang
melingkarinya. Maksud pembuatan lubang biopori ini dapat menggemburkan tanah
dan meningkatkan daya serap air, mengubah sampah organik menjadi kospos.
Adapun tehnik pembuatan lubang biopori sebagai
berikut:
a)
Buat lubang silindris,
diagmeter sektar 10 cm dan kedalaman 120 cm serta jarak antar lubang sekitar
50-100 cm (mulut lubang bisa dengan diperkuat adukan semen dengan lebar 2-3 cm
dan ketebalan 2 cm mengelilingi mulut lubang.
b)
Mengisi lubang biopori dengan
sampah organik (daun-daun, sampah dapur atau yang lainnya)
c)
Sampah organik selalu ditambahi
jika terjadi penyusustan dan pada akhir musim bisa diambil.
3.
Tehnik Penanaman
Setelah membuat lubang dengan memilih
beberapa alternatif ( 6 x 4 atau 5 x 5 atau 6 x 6 meter). Lantas mengisi dasar lubang tanaman dengan
pupukkandang yang sudah matang atau pupuk kompos sebanyak 5 – 10 kg dan
menaburi pupuk campuran Urea, TSP dan KCI dengan perbandingan 2:11 yaitu
sekitar 50 – 100 gram. Pemberian pupuk ini hanya dilakukan pada awal penanaman.
Penanaman tanaman sirsak sama dengan jenis buah-buahan
yang lainnya, yaitu sebaiknya pada awal musim penghujan.
4.
Pengairan
Tanaman sirsak membutuhkan pengairan yang
teratur supaya dapat berbunga dengan baik. Tanaman sirsak yang masih kecil atau
muda memerlukan pengairan intensif sampai berumur satu tahun. Tanaman sirsak
memang tahan terhadap kekeringan. Namun, selama perkembangan buah hingga
matang, pohon sirsak membutuhkan air secara teratur dalam jumlah tetap.
Penyiraman dapat dilakukan sebanyak dua kali sehari. Perhatikan faktor drainase
karena akar sirsak yang dangkal tidak tahan terhadap genangan air.
5.
Penyerbukan
Penyerbukan alami pada tanaman sirsak
biasanya berlangsung kurang sempurna. Penyebabnya adalah sifat bunga yang proterogyne, yaitu matangnya putik
(stigma) lebih dahulu daripada tepungsari. Alhasil, pertumbuhan buah tidak
sempurna (bengkok) atau kerempeng.
Agar tanaman sirsak berbuah lebat dan
normal perlu dilakukan penyerbukan buatan. Caranya, ketuk bunga sirsak yang
baru saja mekar, kemudan kumpulkan tepungsari ke dalam mangkuk seteril. Lakukan
cara ini pada siang hari.
Setelah itu, keesokan harinya (antara
pukul 08.00-10.00), tepungsari dioleskan sebanyak 1-2 kali pada mahkota bunga
yang akan mekar (daun mahkota batang) agar lebih efektif. Penyemprotan jangan
dilakukan pada buah yang telah besar karena dapat menyebabkan terjadinya residu.
Sangat dianjurkan untuk melakukan
pengolesan serbuk sari saat bentuk bunga, pentil, atau buah sebesar kaleng.
6.
Penyiangan
Penyiangan tanaman sirsak sebaiknya dilakukan secara kntinu
setahun sekali bersamaan dengan pemupukan dan penggemburan. Penyianagan an
penggemburan tanah dapat dilakukan di sekeliling tajuk (kanopi) tnaman sirsak.
7.
Pemupukan dan pengendalian hama
Pemupukan sebaiknya dilakukan secara
berkesinambungan menggunakan pupuk kandang dan pupuk kosmos (20 kg/pohon) yang
dilakukan beberapa kali dalam setahun. Perlakuan ini akan mendorong pertumbuhan
dan pembuhan sirsak.
Untuk pengendalian hama, selama vigor
pohon dapat dipertahankan, kerusakan yang serius disebabkan oleh penyakit dan
hama umumnya terbatas hanya pada buah. Antraknosa (Colletotrichum
gloeosporioides merupakan penyakit utama pada sirsak di daerah yang lembap.
Produksi buah sirsak dapat menyusut sekali karena bunga dan buahnya terserang
penyakit sehingga menjadi busuk atau keriput; selanjutnya penyakit ini juga
mengganggu buah, daun, batang, dan pematangan buah.
Di Hindia Barat ada anjuran agar diadakan
seleksi terhadap kemampuan pembentukan buah dalam kondisi lingkungan yang
lembap. Jika terjadi musim kemarau barangkali ada kemungkinan untuk mempercepat
pembungaan dan pembentukan buah agar terhindar dari periode kelembapan yang
tinggi. Penyakit busuk coklat batang (Corticium sp.) menyerang pohon sirsak dan
menyebabkan busuknya cabang dan mungkin membunuh pohonnya juga. Pembersihan
yang sebaik-baiknya menjelang akhir musim kemarau, termasuk pembakaran
bagian-bagian pohon yang terserang, dapat menolong untuk menahan penyakit pada
musim hujan berikutnya. Kutu perisai seringkali menyerang pohon sirsak, dan
kutu bubuk dapat bergerombol banyak sekali pada buah sirsak. Jika semut dapat
diberantas dengan baik, musuh-musuh alaminya akan mampu menanggulangi hama ini.
Buah dapat dibungkus untuk menghindari kerusakan yang disebabkan oleh lalat
buah. Annonaepestis bengalella adalah penggerek buah sirsak, dan ngengat ini
tersebar dari India sampai ke Jawa dan Filipina. Ulat besar dari kupu-kupu
Meganotron rufescens dan Papilio agamemnon sering sekali dijumpai memakan daun
sirsak. Kerusakan yang disebatkan oleh ketiga jenis hama ini umumnya belum
sampai mengharuskan dilakukannya pemberantasan secara kimiawi.
8.
Panen
Buah sirsak sebaiknya dipanen setelah tua
benar tetapi masih keras. Buah ini dianggap tua jika duri-durinya sudah saling
berjauhan dan warna kulitnya yang tadinya hijau berkilat telah berubah menjadi
hijau kusam atau hijau kekuning-kuningan. Jika dipetik terlalu awal, kualitas
buah akan jelek. Sebaliknya jika buah dibiarkan matang di pohon, seringkali
buah itu dimakan oleh kelelawar sebelum jatuh ke tanah. Di daerah yang iklimnya
tidak mengenal musim, buah sirsak dapat dijumpai sepanjang tahun, tetapi
biasanya pohon sirsak memiliki 1-3 kali masa panen, dengan puncaknya yang nyata
pada masa musim utama. Buah harus dipetik secara selektif; dipotong gagangnya
dengan pisau yang tajam atau gunting setek, kemudian disimpan di dalam
keranjang bambu yang telah dialasi dengan bahan yang empuk, seperti jerami.
C.
Penelitian Ilmiah Tentang Tanaman Sirsak
Hasil riset beberapa universitas itu membuktikan
jika pohon ajaib dan buahnya ini bisa:
1.
Menyerang sel kanker
dengan aman dan efektif secara alami, tanpa rasa mual, berat badan turun,
rambut rontok, seperti yang terjadi pada terapi kemo.
2.
Melindungi sistim
kekebalan tubuh dan mencegah dari infeksi yang mematikan.
3.
Energi meningkat dan
penampilan fisik membaik.
4.
Secara efektif memilih
target dan membunuh sel jahat dari 12 tipe kanker yang berbeda, di antaranya
kanker usus besar, payudara, prostat, paru-paru, dan pankreas.
5.
Daya kerjanya 10.000 kali
lebih kuat dalam memperlambat pertumbuhan sel kanker dibandingkan dengan
adriamycin dan terapi kemo yang biasa digunakan.
6.
Tidak seperti terapi kemo,
sari buah ini secara selektif hanya memburu dan membunuh sel-sel jahat dan
tidak membahayakan atau membunuh sel-sel sehat.
D.
Khasiat Sirsak
Mengobati Kanker
Sumber berita sangat mengejutkan ini berasal dari
salah satu pabrik obat terbesar di Amerika. Buah Graviola (buah sirsak) di-test
di lebih dari 20 Laboratorium, sejak tahun 1970-an sampai beberapa tahun
berikutnya.Hasil Test dari ekstrak (sari) buah ini adalah secara effektive
memilih target dan membunuh sel jahat dari 12 type kanker yang berbeda, diantaranya:
a)
Kanker Usus Besar
b)
Kanker Payu Dara
c)
Kanker Prostat
d) Kanker Paru-paru
e)
Kanker
Pankreas.
Berdasarkan data dan hasil penelitian, daya kerja
zat anti kanker di dalam tanaman sirsak adalah 10.000 kali lebih kuat dalam membunuh
dan memperlambat pertumbuhan sel kanker secara alami dibandingkan dengan
Adriamycin dan Terapi Kemo yang biasa digunakan. Tidak seperti terapi kemo,
sari buah ini secara selective hanya memburu dan membunuh sel-sel jahat dan tidak
membahayakan / membunuh sel-sel sehat
Beberapa peneliti di Health Sciences Institute mengakui jika buah sirsak memberikan efek anti tumor/kanker yang sangat kuat, dan terbukti secara medis menyembuhkan segala jenis kanker.
Beberapa peneliti di Health Sciences Institute mengakui jika buah sirsak memberikan efek anti tumor/kanker yang sangat kuat, dan terbukti secara medis menyembuhkan segala jenis kanker.
Selain menyembuhkan kanker, buah sirsak juga
berfungsi sebagai antibakteri, antijamur (fungi), efektif melawan berbagai
jenis parasit/cacing, menurunkan tekanan darah tinggi, depresi, stres, dan
menormalkan kembali sistem syaraf yang kurang baik.
Penelitian Health Sciences Institute diambil
berdasarkan kebiasaan hidup suku Indian yang hidup di hutan Amazon. Beberapa
bagian dari pohon ini seperti kulit kayu, akar, daun, daging buah dan bijinya,
selama berabad-abad menjadi obat bagi suku Indian. Graviola atau sirsak
diyakini mampu menyembuhkan sakit jantung, asma, masalah liver (hati) dan
rematik.
Sejak 1976, graviola (sirsak ) telah
terbukti sebagai pembunuh sel kanker yang luar biasa pada uji coba yang
dilakukan oleh 20 Laboratorium independen yang berbeda dan dilakukan di bawah
pengawasan The National Cancer Institute.
Suatu studi yang dipublikasikan oleh the
Journal of Natural Products menyatakan bahwa studi yang dilakukan oleh Catholic
University di Korea Selatan, menyebutkan bahwa salah satu unsur kimia yang
terkandung di dalam graviola, mampu memilih, membedakan dan membunuh sel kanker
usus besar dengan 10.000 kali lebih kuat dibandingkan dengan adriamycin dan
terapi kemo.
Penemuan yang paling mencolok dari studi
Catholic University ini adalah: graviola bisa menyeleksi memilih dan membunuh
hanya sel jahat kanker, sedangkan sel yang sehat tidak tersentuh atau
terganggu. Graviola tidak seperti terapi kemo yang tidak bisa membedakan sel
kanker dan sel sehat, maka sel-sel reproduksi (seperti lambung dan rambut)
dibunuh habis oleh terapi kemo, sehingga timbul efek negatif rasa mual dan
rambut rontok.
Studi di Purdue University membuktikan bahwa
daun graviola mampu membunuh sel kanker secara efektif, terutama sel kanker:
prostat, pankreas, dan paru-paru.
Hasil riset beberapa universitas itu
membuktikan jika pohon ajaib dan buahnya ini bisa:
a)
Menyerang sel kanker dengan
aman dan efektif secara alami, tanpa rasa mual, berat badan turun, rambut
rontok, seperti yang terjadi pada terapi kemo.
b)
Melindungi sistim kekebalan
tubuh dan mencegah dari infeksi yang mematikan.
c)
Energi meningkat dan penampilan
fisik membaik.
d)
Secara efektif memilih target
dan membunuh sel jahat dari 12 tipe kanker yang berbeda, di antaranya kanker
usus besar, payudara, prostat, paru-paru, dan pankreas.
e)
Daya kerjanya 10.000 kali lebih
kuat dalam memperlambat pertumbuhan sel kanker dibandingkan dengan adriamycin
dan terapi kemo yang biasa digunakan.
f)
Tidak seperti terapi kemo, sari
buah ini secara selektif hanya memburu dan membunuh sel-sel jahat dan tidak
membahayakan atau membunuh sel-sel sehat.
Buah Sirsak Untuk Mencegah Kanker
Untuk pencegahan dapat dilakukan dengan mengkonsumsi
secara teratur buah sirsak baik dengan cara dimakan langsung atau dalam bentuk
jus buah.
Daun Sirsak Untuk
Penyembuhan Kanker
Untuk penyembuhan, bisa dengan merebus 10 buah daun
sirsak yang sudah tua (warna hijau tua) ke dalam 3 gelas air (600cc) dan
direbus terus hingga menguap dan air tinggal 1 gelas (200cc) saja. Air yang
tinggal 1 gelas dimimumkan ke penderita setiap hari 2 kali. Efek meminum ramuan daun sirsak adalah perut
akan terasa hangat/panas dan badan berkeringat deras.
Obat herbal yang berasal dari daun sirsak ini
bukanlah obat instan, pasien memerlukan waktu 3 sampai 4 minggu dengan
meminumnya secara rutin untuk dapat merasakan manfaat penyembuhannya.
E.
Resep Pengobatan
Tradisional Dengan Sirsak
1.
Sakit Pinggang.
20 lembar daun sirsak, direbus dengan 5
gelas air sampai mendidih hingga tinggal3 gelas, diminum 1 kali sehari 3/4
gelas.
2.
Bayi Mencret.
Buah-sirsak yang sudah masak. Buah sirsak
diperas dan disaring untuk diambil airnya, diminumkan pada bayi yang mencret
sebanyak 2-3 sendok makan.
3.
Ambeien.
Buah sirsak yang sudah masak. Peras untuk
diambil airnya sebanyak 1 gelas, diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.
4.
Bisul.
Daun sirsak yang masih muda secukupnya,
tempelkan di tempat yang terkena bisul.
5.
Anyang-anyangen.
Sirsak setengah masak dan gula pasir
secukupnya. Sirsak dikupas dan direbus dengan gula bersama-sama dengan air
sebanyak 2 gelas, disaring dan diminum.
6.
Sakit Kandung Air Seni.
Buah sirsak setengah masak, gula dan garam
secukupnya. Semua bahan tersebut dimasak dibuat kolak. Dimakan biasa, dan
dilakukan secara rutin setiap hari selama 1 minggu berturut-turut.
7.
Penyakit Liver.
Puasa makanan lain, hanya minum juice sirsak
selama 1 minggu
8.
Eksim dan Rematik.
Tumbuk daun sirsak sampai halus dan
tempelkan di bagian yang sakit
9.
Bunga sirsak dapat digunakan
utk menyembuhkan katarak tapi bagaimana penggunaannya saya belom tau.
Kalo saya sudah dapatkan resepnya akan saya tambahkan di sini.
III. METODE PELAKSANAAN
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan
Metode Pelaksanaan merupakan suatu tehnik, cara atau tahapan yang harus
dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan (rumusan masalah) agar dapat
mencapai tujuan seperti halnya yang diinginkan dari suatu ide atau gagasan yang
ditawarkan.
Berangkat dari itu, maka metode
pelaksanaan dari ide atau gagasan tentang Pemanfaatan sirsak untuk Peningkatan Ekonomi dan Kesehatan Masyarakat Desa A
adalah sebagai berikut:
a.
Budidaya sirsak
Proses
budidaya sirsak
melalui beberapa tahapan, yaitu:
1)
Persiapan
2)
Pembibitan
3)
Pemeliharaan
4)
Pemanenan
5)
Pemasaran
b.
Pengolahan Sirsak Menjadi Obat Kanker
Proses
produksi sirsak
menjadi obat herbal meliputi beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu:
1)
Persiapan Bahan
2)
Pembuatan
3)
Cara penggunaan
Demikian
metode pelaksanaan, yang kemudian dalam tataran praktisnya akan dijelaskan
dalam bab berikutnya (Bab Pembahasan).
IV. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penjelasan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa tanaman sirsak merupakan tanaman yang sudah populer di
kalangan masyarakat, termasuk di daerah Bojonegoro. Khususnya di daerah
pedesaan tanaman ini mudah dijumpai. Karena memang karakter tanaman ini sangat
cocok dengan tanah dan iklim daerah setempat. Banyak dijumpai, ia tumbuh liar
di hutan-hutan, tegalan, pinggir sungai, dan pekarangan penduduk.
Disamping itu pula, dari hasil penelitian
medical (kesehatan) ternyata tumbuhan sirsak termasuk jenis tumbuhan yang
mempunyai banyak khasiat dan manfaat untuk obat-obatan. Hal itu telah
dijelaskan sebagaimana dalam pembahasan awal.
Berangkat dari hal-hal yang telah
disebutkan di atas maka dapat dikatakan bahwa tanaman sirsak mempunyai prospek
dan daya tawar yang baik untuk menjadi semacam bidang usaha yang bernilai
komersial. Maka dengan melihat sisi ekonomisnya, perlulah upaya untuk
meningkatkan produktifitasnya melalui budidaya. Dalam hal ini yang lebih baik
dengan cara budidaya organik, agar tanaman bisa terbebas dari factor kimia,
sehingga dapat menghasilkan sirsak yang mempunyai manfaat dan khasiat obat
secara maksimal.
Untuk selanjutnya, budi daya mengkudu bisa
dikembangkan menjadi tanaman komoditas, melalui penemuan dan penciptaan
kretifitas sehingga dari mengkudu dapat dikembangkan menjadi barang-barang
produksi yang praktis, efektif dan efesien. Seperti pembuatan jus sirsak,
sirup, dan lain-lain.
B.
Saran
a.
Pemerintah
1)
Perlu merumuskan langka-langkah
yang maksimal dalam memanfaatkan potensi local, seperti pemanfaatan sirsak melalui
budidaya.
2)
Meningkatkan sumber daya
manusia (SDM) masyarakat sehingga mereka mempunyai live skill (kecakapan/ketrampilan) melalui pengadaan pelatihan,
worksoap, dan seminar tentang kesehatan maupun wirausaha (entrepreneur).
3)
Membantu dan membuat
kebijakan-kebijakan, khususnya pemasaran produk-produk local.
4)
Dan lain-lain
b.
Masyarakat
1)
Membuka wawasan dan pengetahuan
khususnya kemajuan pengetahuan dan informasi, sehingga dapat mudah menangkap
peluang dunia usaha.
2)
Memanfaatkan potensi local,
berupa tanaman sirsak dalam bentuk usaha budidaya dan pemanfaatannya sebagai
obat herbalis.
c.
Lembaga Pendidikan
1)
Membantu masyarakat dengan
melakukan penelitian, riset dan penciptaan inovasi dan kreatifitas, khususnya
yang kaitannya dengan pemanfaatan potensi local. Semisal budidaya dan
pengolahan sirsak.
2)
Memberikan penyuluhan tentang
potensi budidaya sirsak dan pemanfaatannya untuk obat-obat herbalis.
Demikianlah pemaparan tentang pemanfaatan sirsak untuk
meningkatkan nilai ekonomi dan kesehatan masyarakat. Tentunya masih banyak
kekurangan yang masih perlu
penyempurnaan lagi, namun kiranya hanya ini yang dapat kami sampaikan, semoga
dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin..
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr.
Ervizal AM Zuhud (AMZU), MS, Bukti Kedahsyatan Sirsak Menumpas Kanker,
2011, Jakarta, PT Agromedia Pustaka
http://www.ibujempol.com/ manfaat-buah-sirsak-sirsat-sebagai-obat-kanker-dll/
http://sudarjanto.multiply.com/journal/item/6695
http://www.lembahpinus.com/index.php?option=com_content&task=view&id=143&Itemid=29http://www.inilah.com/berita/gaya-hidup/2009/10/24/172073/as-rahasiakan-obat-kanker-dari-buah-sirsak/
Sistem
Kendali Intensitas Cahaya Rumah Kaca Cerdas
pada
Budidaya Bunga Krisan
Tracy Marsela
P2700211447, Rhiza S.Sadjad, Andani Achmad
|
Abstrak
Penelitian
ini bertujuan merancang sistem kendali cerdas intensitas cahaya rumah
kaca untuk budidaya bunga krisan. Cahaya
adalah faktor lingkungan yang diperlukan untuk mengendalikan pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Alasan utamanya karena cahaya menyebabkan fotosÃntesis.
Lagi pula, cahaya mempengaruhi perkembangan dengan cara menyebabkan
pototrofisme. Ada banyak efek lain dari cahaya yang tidak berhubungan sama
sekali dengan fotosÃntesis; sebagian besar efek tersebut mengendalikan wujud
tumbuhan. Intensitas cahaya yang optimal selama periode tumbuh penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hasil perancangan ini berupa perubahan intensitas cahaya saat malam dan
siang hari. Diharapkan penelitian ini
dapat memudahkan petani budidaya
tanaman bunga krisan dalam mengontrol
pencahayaan buatan dan meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Kata kunci:
Kendali
cerdas, intensitas
cahaya, bunga
krisan.
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting bagi kehidupan
seluruh makhluk hidup. Bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil, cahaya sangat
menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan
untuk menghasilkan makanan.
Pengaruh cahaya
juga berbeda pada setiap jenis tanaman. memiliki reaksi fisiologi yang berbeda
terhadap pengaruh intensitas, kualitas, dan lama penyinaran oleh cahaya
matahari (Onrizal, 2009). Selain itu, setiap jenis tanaman memiliki sifat yang
berbeda dalam hal fotoperiodisme, yaitu lamanya penyinaran dalam satu hari yang
diterima tanaman. Perbedaan respon tumbuhan terhadap lama penyinaran atau
disebut juga fotoperiodisme, menjadikan tanaman dikelompokkan menjadi tanaman
hari netral, tanaman hari panjang, dan tanaman hari pendek.
Kekurangan
cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan,
meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu, kekurangan
cahaya saat perkembangan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana
batang akan tumbuh lebih cepat namun
lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat ( tidak hijau).
Gejala etiolasi tersebut disebabkan oleh kurangnya cahaya atau tanaman berada
di tempat yang gelap.
Tanaman krisan
adalah tanaman hari panjang, untuk
mendapatkan bunga yang diharapkan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan, maka
perlu dilakukan penambahan cahaya pada tanaman. Penambahan cahaya bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan cahaya matahari,
untuk memacu pertumbuhan organ vegetatif. Untuk membudidayakan bunga krisan di
Indonesia, diperlukan penambahan cahaya, sebanyak 70 lux selama 4 jam pada
malam hari. Setelah sebulan penambahan cahaya dihentikan.Teknik meletakan lampu
yaitu dengan mengatur setiap titik lampu 3 m, dengan asumsi jangkauan setiap
titik lampu 1,5 m, tinggi dari atas bunga 1,5 m. Gunakan lampu pijar 75-100
watt atau lampu essensial 18-23 watt (Gambar 1). Saat ini metode pengaturan
nyala lampu untuk penyinaran di malam hari menggunakan timer. Timer akan dimatikan
setelah tanaman memasuki vase generatif dengan tinggi tanaman berkisar 35-45
cm. Jika tinggi tanaman belum tercapai yaitu kurang dari 35-45 cm, maka perlu
ditambah waktu penerangan selama 1 minggu.
Metode yang
digunakan saat ini masih bersifat manual untuk teknik penambahan cahaya, oleh
karena itu perlu dibuat suatu sistem kendali intensitas cahaya yang otomatis
menjaga supaya besarnya intensitas cahaya tetap konstan sesuai setpoint yang
ditetapkan yang mengacu pada kebutuhan pertumbuhan tanaman krisan.
1.2. Tujuan
1. Merancang suatu sistem kontrol intensitas cahaya lampu
yang konstan dari pengaruh cahaya luar.
2. Merancang
sistem kontrol intensitas cahaya lampu pada budidaya bunga krisan.
1.3. Manfaat
1. Memudahkan pengguna untuk mengontrol intensitas cahaya
lampu.
2. Meningkatkan pertumbuhan bunga krisan melalui kontrol intensitas
cahaya lampu pada rumah kaca cerdas.
2. Konfigurasi Sistem
2.1. Pemodelan Sistem
Perancangan sistem yang di usulkan adalah satu
kesatuan kendali cerdas budidaya tanaman
bunga krisan. Bagian sistem yang akan dibangun adalah kendali cerdas intensitas cahaya yang
merupakan aplikasi yang dibangun dengan memakai objek
tanaman bunga krisan dengan kondisi pencahayaan buatan akan lebih
meningkatkan kualitas hasil panen diperlihatkan pada gambar 2.
Pola perilaku
sistem dalam blok diagram
memiliki faktor yang masing –
masing saling mempengaruhi. Sensor Cahaya akan mengirim sinyal perubahan cahaya ke
kontroller. LCD sebagai indikator nilai perubahan intensitas cahaya akan
mengindikasikan setiap perubahan dalam masa pertumbuhan tanaman. Lampu sebagai
parameter pencahayaan buatan dalam rumah kaca diperlihatkan pada gambar 3.
Secara singkat antar muka kendali
cerdas intensitas cahaya meliputi beberapa proses, yaitu : proses pengujian sensor cahaya, proses monitoring
perubahan cahaya, proses kendali, proses output lampu (gambar 3).
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam
membangun aplikasi yaitu :
A.
Proses Pengujian Sensor Cahaya
Tahapan yang di
lakukan dalam pengujian sensor cahaya ditunjukkan pada
gambar 4.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan
rangkaian LDR untuk mendeteksi kondisi cahaya terang dan gelap dengan menghasilkan sinyal 0 dan 1 dengan pembagian tegangan
menggunakan variable resistor untuk mendapat tegangan kerja.
B. Proses
Monitoring Perubahan Cahaya
Dalam penentuan intensitas cahaya untuk rumah kaca budidaya tanaman krisan, akan di
monitoring data intensitas cahaya baik pengaturan set_point maupun perubahan
setiap cahaya di dalam ruang rumah kaca. User akan memonitoring setiap perubahan cahaya yang dihasilkan oleh sistem.
Data tingkat cahaya diperlihatkan pada tabel 1 serta grafik hubungannya
diperlihatkan pada grafik gambar 5. Dari data tabel dan grafik tersebut dapat
dianalisa bahwa semakin tinggi tingkat cahaya yang diterima oleh LDR maka nilai
tahanan dari LDR tersebut akan semakin kecil.
C.
Proses Kendali Intensitas Cahaya
Proses kendali difungsikan untuk membandingkan nilai cahaya pada kondisi
siang dan malam, serta siang hari pada kondisi hujan atau mendung.
D. Proses Output Lampu
Proses pembacaan data di
awali dengan mengkondisikan nilai set_point dengan data sensor. Gambar 6 memperlihatkan
pengaturan set point pada 100 lux. Sistem akan membandingkan nilai tersebut
jika perubahan sesuai dengan kondisi diharapkan
maka output yang akan dikondisikan yaitu Lampu. Prototipe sistem diperlihatkan
pada gambar 7 sedangkan output sistem bisa dilihat pada gambar 8.
2.2.
Pengujian Sistem
Tujuan dari pengujian sistem adalah mengukur dan menguji
keberhasilan dari aplikasi yang sudah di buat . Pengujian sistem dilakukan dua
tahap pengujian sistem yaitu pengujian sinyal sensor dan pengujian blackbox.
Metode ujicoba memfokuskan pada keperluan fungsional dari software, Karena itu ujicoba ini memungkinkan pengembang software untuk membuat himpunan kondisi
input yang akan melatih seluruh syarat-syarat fungsional suatu program. (Pressman, R,2002; Sommerville,2003).
Pengujian proses deteksi data tingkat cahaya dapat menghasilkan perubahan
output pada lampu .
Adapun pengukuran dilakukan dengan mengukur tegangan basis dan tegangan emitor saat LDR mendapat
pembiasan cahaya pada kondisi rungan yang berubah dengan tabel pengukuran diperlihatkan pada
tabel 2 dan grafik hubungan tahanan LDR terhadap tingkat cahaya rumah kaca
ditunjukkan pada gambar 9. Dari hasil tabel dan grafik tersebut dapat dianalisa
bahwa semakin tinggi tingkat cahaya di
luar rungan yang diterima
oleh LDR (Light Dependent Resistor ), maka
tingkat pencahayaan yang diperoleh hampir konstan serta tahanan LDR juga memiliki selisih kenaikan 0,7 kW. Dari
hasil percobaan diinginkan kestabilan hasil pencahayaan yaitu berkisar 110 Lux. Hal ini dianggap memenuhi hasil pengujian sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
2.3. Hasil dan
Pembahasan
Pengujian
kualitas sistem adalah salah satu yang paling penting untuk
jaminan kualitas. Aplikasi sistem yang
telah diuji merupakan tantangan baru untuk jaminan kualitas dan pengujian. Mencakup pengujian data sensor dan
output lampu Dalam
evaluasi sistem
komunikasi data
yang
dirancang,
digunakan beberapa skenario pengujian sistem,
untuk melakukan pengukuran terhadap
performa dari sistem yang dirancang. Selain itu, evaluasi
juga dilakukan untuk mengetahui
bagaimana karakteristik dari komunikasi data secara kabel melalui komunikasi serial, dengan cara melakukan pengiriman atau penerimaan data pada berbagai kondisi, dan pada
waktu-waktu tertentu. Percobaan dilakukan dengan menjalankan aplikasi-aplikasi input sensor
dan output lampu. Pengujian dilakukan dua skenario dengan membedakan
kondisi deteksi sensor.
Skenario
1 : Pengujian sensor terhadap kondisi waktu siang dan malam, data hasil pengujian
ini bisa dilihat pada tabel 3.
Skenario
2 : Pengujian sensor terhadap kondisi pencahayaan
siang hari saat terindikasi mendung, data
ini juga bisa dilihat pada tabel 3.
Setelah di
lakukan pengujian sistem selama 1 bulan terhadap pertumbuhan tanaman (2 minggu
di semai, 4 minggu disinari cahaya tambahan di malam hari) diperlihatkan pada
Gambar 10. Di peroleh hasil : tinggi bungan
krisan setelah disemai (umur 2 minggu) setinggi 20 cm. setelah mencapai 6
minggu (pasca penyinaran tambahan di malam hari) tinggi bunga mencapai 32 cm,
hingga 90 hari mencapai 114 cm, tinggi ini dikatakan siap panen.
Gambar
10 di ambil pada kondisi siang hari dengan intensitas cahaya > set point
sehingga lampu padam. Sistem juga dilengkapi dengan ruang rumah kaca dengan ukuran media 125 cm x
75cm. pada atap didesain bisa terbuka dan tutup secara otomatis pada kondisi
siang dan malam, atau saat hujan. Gambar 11.
2.4.
Kesimpulan
dan Saran
Cahaya adalah sumber energi utama bagi kehidupan
seluruh makhluk hidup di dunia. Bagi manusia dan hewan cahaya adalah penerang
dunia ini. Selain itu , tumbuhan dan organisme berklorofil dapat memanfaatkan
langsung energi dari lampu.
Dengan adanya sistem pengontrolan
cahaya dalam ruangan yang seperti ini pengguna akan
lebih mudah mengaktifkan dan mengontrol penerangan ruagan
rumah kaca.
Dengan dirancangnya sistem seperti pada penelitian ini maka penyedia
fasilitas penerangan ruang rumah kaca dapat
dipermudah dalam mengatur pencahayaan
ruangan serta dapat mengefisienkan dalam penggunaan
tenaga . Waktu yang perlukan untuk
mencapai set_point pencahayaan adalah 1,2
sekon .
3.
Tabel dan Gambar
3.1. Tabel
Tabel 1. Pengujian LDR terhadap Tingkat Cahaya
(menggunakan 1 buah lampu)
Nomor Percobaan
|
Tingkat Cahaya
(Lux)
|
Tahanan LDR(kW)
|
Tegangan Output
(V)
|
Jarak Lampu
& LDR(cm)
|
1
|
37
|
45
|
0.3
|
3
|
2
|
43
|
38
|
0.5
|
7
|
3
|
54
|
27
|
0.9
|
9
|
4
|
66
|
19
|
1.2
|
13
|
5
|
79
|
10
|
1,4
|
15
|
6
|
97
|
7.8
|
1,6
|
17
|
7
|
142
|
5.7
|
2,0
|
22
|
8
|
234
|
3.6
|
2,3
|
25
|
9
|
641
|
3.0
|
2,6
|
27
|
10
|
910
|
0.7
|
3,4
|
32
|
Tabel 2. Pengujian kecerahan miniatur
rumah kaca
No
|
Tingkat
Cahaya
Luar Rungan
(Lux)
|
Tingkat
Cahaya
Dalam Rungan
(Lux)
|
Tahanan LDR
(kW)
|
1
|
37
|
73
|
0.45
|
2
|
43
|
67
|
0,38
|
3
|
54
|
56
|
0,47
|
4
|
66
|
44
|
0,49
|
5
|
79
|
31
|
0,50
|
6
|
97
|
23
|
0,58
|
7
|
112
|
20
|
0,67
|
Tabel 3.Respon sensor terhadap kondisi lampu
Kondisi Waktu
|
Respon Sensor (detik)
|
Respon Lampu
|
Malam
|
1,21
|
On
|
Siang
|
1,19
|
Off
|
Mendung
|
1.42
|
On
|
3.2. Gambar
Gambar 1. Teknik
penambahan cahaya secara manual pada rumah kaca, lokasi desa Kakaskasen II
Tomohon
Gambar 2. Rancangan
Sistem
Gambar 3. Blok diagram sistem
kendali intensitas cahaya
Gambar
4. Sensor LDR pada saat output logika 0
Gambar
5. Grafik tahanan LDR terhadap tingkat
cahaya
Gambar 6. Contoh
pengaturan set point 100 lux
Gambar
7. Prototipe Sistem
Gambar 8. Output sistem pada
kondisi intensitas cahaya < set point
Gambar 9. Grafik tahanan LDR terhadap
tingkat cahaya pada uji kecerahan rumah
kaca
Gambar 10. Bunga Krisan berumur 1 bulan
pada
kondisi intensitas cahaya > set point
Gambar 11. Bentuk
fisik rumah kaca
Daftar Pustaka
[1] Booch,G.
Rumbaugh,J. Jacobson,I,., The
Unified Modeling Language - User Guide (Addison Wesley, 1999)
[2] Direktorat
dan budidaya pasca panen florikultura, Buku
Pintar Series Tanaman Bunga Potong (Dirjen Holtikultura Kementrian
Pertanian, 2011)
[3] Filipovic
D.Miomir, Understanding Electronics
Components (Mikroelektronika, 2008)
[4] H.Gunadi Suhendar,H, Visual
Modeling Menggunakan UML dan Rational Rose. (Bandung: Informatika,2002)
[5] H.M. Jogiyanto. Analisis & Desain Sistem. (Yogyakarta: Andi Offset, 2005)
[6]
Kendall,
K. and Kendall, J.,Systems Analysis
and Design, 6th Ed. (Prentice Hall, 2005)
[7]
Libria
Widiastuti, Pengaruh intensitas cahaya dan kadar daminosida terhadap iklim
mikro dan pertumbuhan tanaman krisan dalam pot, Ilmu Pertanian 11(2), 2004,35-42
[8] Louise Matindas dan Arnold Turang, Cara
Budidaya Bunga Krisan (Sulawesi Utara : Badan Litbang Pertanian, 2012)
[9] Kristanto, A, Perancangan Sistem Informasi dan Aplikasinya, (Yogyakarta : Gaya
Media, 2003)
[10] Kusrini, Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. (Yogyakarta : Andi,
2005)
[11] Muchdar Soedarjo,Teknologi budidaya untuk menghasilkan bunga krisan yang berkualitas dan
berdaya saing secara komersial, (Badan Litbang Pertanian Cianjur : Agroinovasi
Sinar Tani ,2012
[12] R. Pressman, Rekayasa
Perangkat Lunak. (Yogyakarta : Andi, 2002)
[13] Sommerville, I. Software Engineering. Edisi keenam, (Jakarta : Erlangga, 2003)
Suyanto Z.Arifin,
Pengaruh intensitas cahaya matahari dan triakontanol terhadap pertumbuhan dan
hasil biji bayam, Jurnal Agronomi 11 (1),2007
Sistem
Kendali Intensitas Cahaya Rumah Kaca Cerdas
pada
Budidaya Bunga Krisan
Tracy Marsela
P2700211447, Rhiza S.Sadjad, Andani Achmad
|
Abstrak
Penelitian
ini bertujuan merancang sistem kendali cerdas intensitas cahaya rumah
kaca untuk budidaya bunga krisan. Cahaya
adalah faktor lingkungan yang diperlukan untuk mengendalikan pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Alasan utamanya karena cahaya menyebabkan fotosÃntesis.
Lagi pula, cahaya mempengaruhi perkembangan dengan cara menyebabkan
pototrofisme. Ada banyak efek lain dari cahaya yang tidak berhubungan sama
sekali dengan fotosÃntesis; sebagian besar efek tersebut mengendalikan wujud
tumbuhan. Intensitas cahaya yang optimal selama periode tumbuh penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hasil perancangan ini berupa perubahan intensitas cahaya saat malam dan
siang hari. Diharapkan penelitian ini
dapat memudahkan petani budidaya
tanaman bunga krisan dalam mengontrol
pencahayaan buatan dan meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Kata kunci:
Kendali
cerdas, intensitas
cahaya, bunga
krisan.
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting bagi kehidupan
seluruh makhluk hidup. Bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil, cahaya sangat
menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan
untuk menghasilkan makanan.
Pengaruh cahaya
juga berbeda pada setiap jenis tanaman. memiliki reaksi fisiologi yang berbeda
terhadap pengaruh intensitas, kualitas, dan lama penyinaran oleh cahaya
matahari (Onrizal, 2009). Selain itu, setiap jenis tanaman memiliki sifat yang
berbeda dalam hal fotoperiodisme, yaitu lamanya penyinaran dalam satu hari yang
diterima tanaman. Perbedaan respon tumbuhan terhadap lama penyinaran atau
disebut juga fotoperiodisme, menjadikan tanaman dikelompokkan menjadi tanaman
hari netral, tanaman hari panjang, dan tanaman hari pendek.
Kekurangan
cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan,
meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu, kekurangan
cahaya saat perkembangan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana
batang akan tumbuh lebih cepat namun
lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat ( tidak hijau).
Gejala etiolasi tersebut disebabkan oleh kurangnya cahaya atau tanaman berada
di tempat yang gelap.
Tanaman krisan
adalah tanaman hari panjang, untuk
mendapatkan bunga yang diharapkan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan, maka
perlu dilakukan penambahan cahaya pada tanaman. Penambahan cahaya bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan cahaya matahari,
untuk memacu pertumbuhan organ vegetatif. Untuk membudidayakan bunga krisan di
Indonesia, diperlukan penambahan cahaya, sebanyak 70 lux selama 4 jam pada
malam hari. Setelah sebulan penambahan cahaya dihentikan.Teknik meletakan lampu
yaitu dengan mengatur setiap titik lampu 3 m, dengan asumsi jangkauan setiap
titik lampu 1,5 m, tinggi dari atas bunga 1,5 m. Gunakan lampu pijar 75-100
watt atau lampu essensial 18-23 watt (Gambar 1). Saat ini metode pengaturan
nyala lampu untuk penyinaran di malam hari menggunakan timer. Timer akan dimatikan
setelah tanaman memasuki vase generatif dengan tinggi tanaman berkisar 35-45
cm. Jika tinggi tanaman belum tercapai yaitu kurang dari 35-45 cm, maka perlu
ditambah waktu penerangan selama 1 minggu.
Metode yang
digunakan saat ini masih bersifat manual untuk teknik penambahan cahaya, oleh
karena itu perlu dibuat suatu sistem kendali intensitas cahaya yang otomatis
menjaga supaya besarnya intensitas cahaya tetap konstan sesuai setpoint yang
ditetapkan yang mengacu pada kebutuhan pertumbuhan tanaman krisan.
1.2. Tujuan
1. Merancang suatu sistem kontrol intensitas cahaya lampu
yang konstan dari pengaruh cahaya luar.
2. Merancang
sistem kontrol intensitas cahaya lampu pada budidaya bunga krisan.
1.3. Manfaat
1. Memudahkan pengguna untuk mengontrol intensitas cahaya
lampu.
2. Meningkatkan pertumbuhan bunga krisan melalui kontrol intensitas
cahaya lampu pada rumah kaca cerdas.
2. Konfigurasi Sistem
2.1. Pemodelan Sistem
Perancangan sistem yang di usulkan adalah satu
kesatuan kendali cerdas budidaya tanaman
bunga krisan. Bagian sistem yang akan dibangun adalah kendali cerdas intensitas cahaya yang
merupakan aplikasi yang dibangun dengan memakai objek
tanaman bunga krisan dengan kondisi pencahayaan buatan akan lebih
meningkatkan kualitas hasil panen diperlihatkan pada gambar 2.
Pola perilaku
sistem dalam blok diagram
memiliki faktor yang masing –
masing saling mempengaruhi. Sensor Cahaya akan mengirim sinyal perubahan cahaya ke
kontroller. LCD sebagai indikator nilai perubahan intensitas cahaya akan
mengindikasikan setiap perubahan dalam masa pertumbuhan tanaman. Lampu sebagai
parameter pencahayaan buatan dalam rumah kaca diperlihatkan pada gambar 3.
Secara singkat antar muka kendali
cerdas intensitas cahaya meliputi beberapa proses, yaitu : proses pengujian sensor cahaya, proses monitoring
perubahan cahaya, proses kendali, proses output lampu (gambar 3).
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam
membangun aplikasi yaitu :
A.
Proses Pengujian Sensor Cahaya
Tahapan yang di
lakukan dalam pengujian sensor cahaya ditunjukkan pada
gambar 4.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan
rangkaian LDR untuk mendeteksi kondisi cahaya terang dan gelap dengan menghasilkan sinyal 0 dan 1 dengan pembagian tegangan
menggunakan variable resistor untuk mendapat tegangan kerja.
B. Proses
Monitoring Perubahan Cahaya
Dalam penentuan intensitas cahaya untuk rumah kaca budidaya tanaman krisan, akan di
monitoring data intensitas cahaya baik pengaturan set_point maupun perubahan
setiap cahaya di dalam ruang rumah kaca. User akan memonitoring setiap perubahan cahaya yang dihasilkan oleh sistem.
Data tingkat cahaya diperlihatkan pada tabel 1 serta grafik hubungannya
diperlihatkan pada grafik gambar 5. Dari data tabel dan grafik tersebut dapat
dianalisa bahwa semakin tinggi tingkat cahaya yang diterima oleh LDR maka nilai
tahanan dari LDR tersebut akan semakin kecil.
C.
Proses Kendali Intensitas Cahaya
Proses kendali difungsikan untuk membandingkan nilai cahaya pada kondisi
siang dan malam, serta siang hari pada kondisi hujan atau mendung.
D. Proses Output Lampu
Proses pembacaan data di
awali dengan mengkondisikan nilai set_point dengan data sensor. Gambar 6 memperlihatkan
pengaturan set point pada 100 lux. Sistem akan membandingkan nilai tersebut
jika perubahan sesuai dengan kondisi diharapkan
maka output yang akan dikondisikan yaitu Lampu. Prototipe sistem diperlihatkan
pada gambar 7 sedangkan output sistem bisa dilihat pada gambar 8.
2.2.
Pengujian Sistem
Tujuan dari pengujian sistem adalah mengukur dan menguji
keberhasilan dari aplikasi yang sudah di buat . Pengujian sistem dilakukan dua
tahap pengujian sistem yaitu pengujian sinyal sensor dan pengujian blackbox.
Metode ujicoba memfokuskan pada keperluan fungsional dari software, Karena itu ujicoba ini memungkinkan pengembang software untuk membuat himpunan kondisi
input yang akan melatih seluruh syarat-syarat fungsional suatu program. (Pressman, R,2002; Sommerville,2003).
Pengujian proses deteksi data tingkat cahaya dapat menghasilkan perubahan
output pada lampu .
Adapun pengukuran dilakukan dengan mengukur tegangan basis dan tegangan emitor saat LDR mendapat
pembiasan cahaya pada kondisi rungan yang berubah dengan tabel pengukuran diperlihatkan pada
tabel 2 dan grafik hubungan tahanan LDR terhadap tingkat cahaya rumah kaca
ditunjukkan pada gambar 9. Dari hasil tabel dan grafik tersebut dapat dianalisa
bahwa semakin tinggi tingkat cahaya di
luar rungan yang diterima
oleh LDR (Light Dependent Resistor ), maka
tingkat pencahayaan yang diperoleh hampir konstan serta tahanan LDR juga memiliki selisih kenaikan 0,7 kW. Dari
hasil percobaan diinginkan kestabilan hasil pencahayaan yaitu berkisar 110 Lux. Hal ini dianggap memenuhi hasil pengujian sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
2.3. Hasil dan
Pembahasan
Pengujian
kualitas sistem adalah salah satu yang paling penting untuk
jaminan kualitas. Aplikasi sistem yang
telah diuji merupakan tantangan baru untuk jaminan kualitas dan pengujian. Mencakup pengujian data sensor dan
output lampu Dalam
evaluasi sistem
komunikasi data
yang
dirancang,
digunakan beberapa skenario pengujian sistem,
untuk melakukan pengukuran terhadap
performa dari sistem yang dirancang. Selain itu, evaluasi
juga dilakukan untuk mengetahui
bagaimana karakteristik dari komunikasi data secara kabel melalui komunikasi serial, dengan cara melakukan pengiriman atau penerimaan data pada berbagai kondisi, dan pada
waktu-waktu tertentu. Percobaan dilakukan dengan menjalankan aplikasi-aplikasi input sensor
dan output lampu. Pengujian dilakukan dua skenario dengan membedakan
kondisi deteksi sensor.
Skenario
1 : Pengujian sensor terhadap kondisi waktu siang dan malam, data hasil pengujian
ini bisa dilihat pada tabel 3.
Skenario
2 : Pengujian sensor terhadap kondisi pencahayaan
siang hari saat terindikasi mendung, data
ini juga bisa dilihat pada tabel 3.
Setelah di
lakukan pengujian sistem selama 1 bulan terhadap pertumbuhan tanaman (2 minggu
di semai, 4 minggu disinari cahaya tambahan di malam hari) diperlihatkan pada
Gambar 10. Di peroleh hasil : tinggi bungan
krisan setelah disemai (umur 2 minggu) setinggi 20 cm. setelah mencapai 6
minggu (pasca penyinaran tambahan di malam hari) tinggi bunga mencapai 32 cm,
hingga 90 hari mencapai 114 cm, tinggi ini dikatakan siap panen.
Gambar
10 di ambil pada kondisi siang hari dengan intensitas cahaya > set point
sehingga lampu padam. Sistem juga dilengkapi dengan ruang rumah kaca dengan ukuran media 125 cm x
75cm. pada atap didesain bisa terbuka dan tutup secara otomatis pada kondisi
siang dan malam, atau saat hujan. Gambar 11.
2.4.
Kesimpulan
dan Saran
Cahaya adalah sumber energi utama bagi kehidupan
seluruh makhluk hidup di dunia. Bagi manusia dan hewan cahaya adalah penerang
dunia ini. Selain itu , tumbuhan dan organisme berklorofil dapat memanfaatkan
langsung energi dari lampu.
Dengan adanya sistem pengontrolan
cahaya dalam ruangan yang seperti ini pengguna akan
lebih mudah mengaktifkan dan mengontrol penerangan ruagan
rumah kaca.
Dengan dirancangnya sistem seperti pada penelitian ini maka penyedia
fasilitas penerangan ruang rumah kaca dapat
dipermudah dalam mengatur pencahayaan
ruangan serta dapat mengefisienkan dalam penggunaan
tenaga . Waktu yang perlukan untuk
mencapai set_point pencahayaan adalah 1,2
sekon .
3.
Tabel dan Gambar
3.1. Tabel
Tabel 1. Pengujian LDR terhadap Tingkat Cahaya
(menggunakan 1 buah lampu)
Nomor Percobaan
|
Tingkat Cahaya
(Lux)
|
Tahanan LDR(kW)
|
Tegangan Output
(V)
|
Jarak Lampu
& LDR(cm)
|
1
|
37
|
45
|
0.3
|
3
|
2
|
43
|
38
|
0.5
|
7
|
3
|
54
|
27
|
0.9
|
9
|
4
|
66
|
19
|
1.2
|
13
|
5
|
79
|
10
|
1,4
|
15
|
6
|
97
|
7.8
|
1,6
|
17
|
7
|
142
|
5.7
|
2,0
|
22
|
8
|
234
|
3.6
|
2,3
|
25
|
9
|
641
|
3.0
|
2,6
|
27
|
10
|
910
|
0.7
|
3,4
|
32
|
Tabel 2. Pengujian kecerahan miniatur
rumah kaca
No
|
Tingkat
Cahaya
Luar Rungan
(Lux)
|
Tingkat
Cahaya
Dalam Rungan
(Lux)
|
Tahanan LDR
(kW)
|
1
|
37
|
73
|
0.45
|
2
|
43
|
67
|
0,38
|
3
|
54
|
56
|
0,47
|
4
|
66
|
44
|
0,49
|
5
|
79
|
31
|
0,50
|
6
|
97
|
23
|
0,58
|
7
|
112
|
20
|
0,67
|
Tabel 3.Respon sensor terhadap kondisi lampu
Kondisi Waktu
|
Respon Sensor (detik)
|
Respon Lampu
|
Malam
|
1,21
|
On
|
Siang
|
1,19
|
Off
|
Mendung
|
1.42
|
On
|
3.2. Gambar
Gambar 1. Teknik
penambahan cahaya secara manual pada rumah kaca, lokasi desa Kakaskasen II
Tomohon
Gambar 2. Rancangan
Sistem
Gambar 3. Blok diagram sistem
kendali intensitas cahaya
Gambar
4. Sensor LDR pada saat output logika 0
Gambar
5. Grafik tahanan LDR terhadap tingkat
cahaya
Gambar 6. Contoh
pengaturan set point 100 lux
Gambar
7. Prototipe Sistem
Gambar 8. Output sistem pada
kondisi intensitas cahaya < set point
Gambar 9. Grafik tahanan LDR terhadap
tingkat cahaya pada uji kecerahan rumah
kaca
Gambar 10. Bunga Krisan berumur 1 bulan
pada
kondisi intensitas cahaya > set point
Gambar 11. Bentuk
fisik rumah kaca
Daftar Pustaka
[1] Booch,G.
Rumbaugh,J. Jacobson,I,., The
Unified Modeling Language - User Guide (Addison Wesley, 1999)
[2] Direktorat
dan budidaya pasca panen florikultura, Buku
Pintar Series Tanaman Bunga Potong (Dirjen Holtikultura Kementrian
Pertanian, 2011)
[3] Filipovic
D.Miomir, Understanding Electronics
Components (Mikroelektronika, 2008)
[4] H.Gunadi Suhendar,H, Visual
Modeling Menggunakan UML dan Rational Rose. (Bandung: Informatika,2002)
[5] H.M. Jogiyanto. Analisis & Desain Sistem. (Yogyakarta: Andi Offset, 2005)
[6]
Kendall,
K. and Kendall, J.,Systems Analysis
and Design, 6th Ed. (Prentice Hall, 2005)
[7]
Libria
Widiastuti, Pengaruh intensitas cahaya dan kadar daminosida terhadap iklim
mikro dan pertumbuhan tanaman krisan dalam pot, Ilmu Pertanian 11(2), 2004,35-42
[8] Louise Matindas dan Arnold Turang, Cara
Budidaya Bunga Krisan (Sulawesi Utara : Badan Litbang Pertanian, 2012)
[9] Kristanto, A, Perancangan Sistem Informasi dan Aplikasinya, (Yogyakarta : Gaya
Media, 2003)
[10] Kusrini, Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. (Yogyakarta : Andi,
2005)
[11] Muchdar Soedarjo,Teknologi budidaya untuk menghasilkan bunga krisan yang berkualitas dan
berdaya saing secara komersial, (Badan Litbang Pertanian Cianjur : Agroinovasi
Sinar Tani ,2012
[12] R. Pressman, Rekayasa
Perangkat Lunak. (Yogyakarta : Andi, 2002)
[13] Sommerville, I. Software Engineering. Edisi keenam, (Jakarta : Erlangga, 2003)
Suyanto Z.Arifin,
Pengaruh intensitas cahaya matahari dan triakontanol terhadap pertumbuhan dan
hasil biji bayam, Jurnal Agronomi 11 (1),2007
No comments:
Post a Comment