Friday, March 24, 2017
Contoh proposal tugas akhir pemanfaatan tepung ampas tahu dan teknik pelubangan pada media terhadap pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram (pleurotus ostreatus)
I
BAB 1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jamur tiram merupakan salah satu tanaman hortikultura yang digemari masyarakat Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (2015) produksi jamur tiram dalam lima tahun terkhir menunjukkan hasil yang fluktuatif. Pada tahun 2011 produksi jamur mencapai 45.854 ton, tahun 2012 mengalami penurunan hasil menjadi 40.886 ton, tahun 2013 mengalami peningkatan 44.565 ton, tahun 2014 mengalami penurunan 37.410 ton, tahun 2015 menghasilkan hasil produksi 33.485. Melihat hasil produksi dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 mengalami penurunan hasil produksi mencapai 10,49% dengan keadaan teknologi budidaya jamur dan kurangnyapengetahuan prospek usaha budidaya jamur.
Dilaporkan oleh Direktorat Jendral Hortikultura (2014) kebutuhan jamur adalah Nilai capaian produksi jamur Tahun 2014 masih jauh dari target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 20.837 ton (28,2%) dari target 73.800 ton. Belum tercapainya target produksi yang telah ditetapkan disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: alokasi anggaran APBN Tahun 2014 baik untuk pembinaan dan pengembangan kawasan masih terbatas, masih terbatasnya ketersediaan benih unggul jamur dan akses penelitian dan pengembangan ke Badan Litbang, penerapan inovasi teknologi maju jamur belum optimal, terbatasnya modal petani untuk peremajaan kubung ditambah dengan meningkatnya harga bahan baku media tanam serta kurangnya promosi. Hal ini menyebabkan produksi tidak sebanyak periode sebelumnya.
Data tersebut memperlihatkan bahwa produksi jamur terus mengalami hasil yang fluktuatif. Produksi jamur tiram menurun dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti kurangnya penerapan teknik pelubangan pada media dan pemanfaatan limbah contoh ampas tahu. Oleh karena itu harus diupayakan agar peningkatan hasil produksi jamur tiram dapat tercapai sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Ampas tahu merupakan hasil samping dari proses pengolahan tahu. Bentuknya berupa padatan berasal dari sisa-sisa bubur kedelai yang diperas, ampas tahu merupakan zat-zat antara lain karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin (Lailatul, 2015), Adiyuwono (2000) menambahkan protein berfungsi untuk merangsang pertumbuhan miselia, sedangkan lemak digunakan sebagai sumber energi untuk mengurai karbohidrat, protein dan vitamin. Ervina (2000) menjelaskan ampas tahu dapat memberikan hasil panen lebih awal, jumlah badan buah dan berat badan buah lebih berat, sehingga dapat menguntungkan.
Menurut Chang (1978), untuk mendapatkan kualitas yang baik, jamur harus memenuhi kriteria antara lain berada dalam tahap pertumbuhan kancing atau tubuh buah belum terbuka, diameter 2,5 – 3,5 cm, berwarna putih, berbentuk bulat atau oval, dan masih dalam keadaan segar diperlukan teknik pelubangan untuk mendapatkan kualitas yang baik, media tetap terjaga kelembapannya. Berdasarkan latarbelakang tersebut diperlukan penelitian dengan menggunakan pemanfaatan ampas tahu dan teknik pelubangan pada media agar pertumbuhan dan produksinya optimal.
Rumusan Masalah
Apakah pemberian ampas tahu memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi jamur tiram (Pleurotus ostreatus) ?
Apakah teknik pelubangan memberikan pengaruh pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi jamur tiram (Pleurotus ostreatus)?
Apakah pemberian ampas tahu dan teknik pelubangan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi jamur tiram (Pleurotus ostreatus)?
Tujuan
Mengetahui pengaruh dosis ampas tahu terhadap pertumbuhan dan produksi jamur tiram (Pleurotus ostreatus)
Mengetahui pengaruh teknik pelubangan terhadap pertumbuhan dan produksi jamur tiram (Pleurotus ostreatus)
Mengetahui interaksi antara dosis ampas tahu dan teknik pelubangan terhadap pertumbuhan dan produksi jamur tiram (Pleurotus ostreatus)
Manfaat Penelitian
Bagi peneliti untuk mencari teori baru dan memperkaya ilmu pengetahuan mengenai pemanfaatan limbah tahu dan teknik pelubangan pada media terhadap perumbuhan dan produksi jamur tiram (Pleurotus ostreatus)
Dapat memberikan informasi kepada petani tentang budidaya jamur yang benar
Hipotesis
1. H1 = Pemberian ampas tahu dan teknik pelubangan pada media berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi jamur tiram
2. Ho = Pemberian ampas tahu dan teknik pelubangan pada media tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi jamur tiram
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreoutus)
Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur kayu karena jamur ini banyak tumbuh pada medium kayu yang sudah lapuk. Jamur tiram bentuk tudungnya agak membulat, lonjong dan melengkung seperti cangkang tiram. Batang atau tangkai jamur ini tidak tepat berada pada tengah tudung, tetapi agak ke pinggir (Cahyana dkk., 1999).
Menurut Cahyana dkk.,(1997) jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur yang sekarang banyak dibudidayakan. Jenis jamur tiram yang banyak dibudidayakan antara lain Pleurotus florida, Pleurotus sajor-caju, Pleurotus ostreatus, Pleurotus cysdiosus, Pleurotus flabellatus dan Pleurotus sapidus. Di Indonesia Pleurotus ostreatus disebut sebagai jamur tiram putih, sedangkan di Jepang disebut jamur mutiara atau hiratake.
Kedudukan taksonomi jamur tiram putih menurut Soenanto (2000) bahwa dalam mikologi penggolongan jamur tiram putih adalah sebagai berikut:
Kindom : Myceteae
Divisio : Amastigomycota
Sub-divisio : Basidiomycotae
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Agaricales
Familia : Agaricaceae
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus ostreatus
Menurut Sumarsih (2010), jamur tiram (Pleurotus spp) merupakan salah satu dari jamur edibel komersial, bernilai ekonomi tinggi dan prospektif sebagai sumber pendapatan petani. Jamur tiram termasuk bahan makanan yang tinggi protein, mengandung berbagai mineral anorganik, dan rendah lemak yaitu 1,6% (Cahyana dkk, 1999). Kadar protein dalam jamur tiram lebih baik bila dibandingkan dengan jenis jamur lain. Jamur tiram putih mengandung protein, lemak, fosfor, besi, thiamin dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan jenis jamur lain (Nunung, 2001).
2.2 Siklus Hidup Jamur Tiram
Siklus jamur tiram berawal dari spora yang lepas dari ingsang jamur tiram yang telah matang fisiologis. Spora Jika jatuh di tempat yang kondusif, spora akan membentuk hifa. Hifa akan melebur membentuk meselium yang kemudian tumbuh menjadi calon tunas. Calon tunas akan terus tumbuh membesar sehingga membentuk tubuh buah berupa batang (stipe atau stalk) dan tudung (pileus atau cap). Tudung nantinya akan mengeluarkan spora baru sehingga siklus ini terus berulang (Syaifudin, 2013).
Jamur hiratake atau jamur tiram putih merupakan jamur pangan dengan tudung berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung dan berwarna putih hingga krem. Tubuh buah memiliki batang yang berada di pinggir (pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus), sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii atau king oyster mushroom (Syaifudin, 2013)
Secara umum jamur tiram mempunyai tudung yang berdiameter 4-15 cm atau lebih, bentuk seperti tiram, cembung kemudiaan menjadi rata atau kadang membentuk corong, permukaan licin agak berminyak ketika lembab tetapi tidak lengket, warna bervariasi dari putih sampai abu-abu, coklat atau coklat tua (kadang-kadang kekuningan pada jamur dewasa), daging tebal, bewarna putih, kokoh tidak lunak pada bagian yang berdekatan dengan tangkai, bau dan rasa tidak merangsang. Jamur tiram tidak memiliki tangkai atau bila tangkai jamur tiram ada biasanya pendek, kokoh dan tidak dipusat atau lateral, panjang 0.5-4.0 cm, gemuk, padat, kuat, kering (Harun, 2011).
2.3 Manfaat Jamur Tiram
Manfaat jamur tiram memiliki rasa yang enak dan jamur tiram bergizi tinggi. Kandungan protein nabati yang terkandung mencapai 10-30%, presentase kandungan protein nabati menunjukan bahwa kandungan protein jamur tiram lebih tinggi dua kali lipat dibandingkan dengan protein di dalam asparagus, kol, dan kentang. Manfaat jamur tiram jika dikonsumsi dalam bentuk kering, per 100 gram jamur tiram mengandung 35-58 mg vitamin C dan 4,7-4,9 mg per vitamin B2. Jamur tiram mengandung garam mineral yang presentasenya lebih tinggi dibandingkan dengan daging domba. Kandungan mineral penting di dalam jamur tiram antara lain zat besi (fe), fosfor (P), kalium (K), natrium (Na), dan kalsium (Ca). Jamur tiram juga memiliki manfaat dalam pengobatan yaitu menurunkan kolesteol, meningkatkan sel darah merah (Eritrosit), mengobati kanker, tanbahan gizi untuk ibu hamil. Jamur tiram mempunyai kandungan nutrisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya. Jamur tiram mengandung 18 macam asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol. Jenis asam amino tersebut adalah isoleusin, lysin, methionin, cystein, penylalanin, tyrosin, treonin, tryptopan, valin, arginin, histidin, alanin, asam aspartat, asam glutamat, glysin, prolin dan serin (Redaksi Agromedia, 2009)
2.4 Syarat Tumbuh
Jamur tiram merupakan tumbuhan saprofit yang hidup dikayu - kayu lunak dan memperoleh bahan makanan dengan memanfaatkan sisa-sisa bahan organik. Syarat lingkungan yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram yaitu kandungan air dalam substrak berkisar 60-65%, apabila kondisi kering maka pertumbuhan akan terganggu atau berhenti begitu pula sebaliknya apabila kadar air terlalu tinggi maka miselium akan membusuk dan mati. Kelembapan inkubasi atau saat jamur tiram membentuk miselium harus dipertahankan antara 80-90%, suhu pada pembentukan tubuh buah berkisar antara 22-28 º C. Pertumbuhan jamur tiram sangat peka terhadap sinar matahari secara langsung, penyinaran matahari secara langsung akan mengakibatkan kerusakan sehingga jamur tiram mati dan tidak memiliki nilai ekonomis. Sinar matahari tidak langsung (cahaya pantul biasa ± 50-15000 lux) bermanfaat dalam perangsangan awal terbentuknya tubuh buah, intensitas cahaya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tubuh buah sekitar 200 lux. Tingkat keasaman media tanam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram putih. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan mempengaruhi penyerapan air dan hara, bahkan kemungkinan akan tumbuh jamur lain yang akan menganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri, pH optimum pada media tanam berkisar 6-7 (Widyastuti dan Tjokrokusumo, 2008).
2.5 Teknik Budidaya
Teknik budidaya dapat dilakukan dengan bantuan media dari serbuk kayu dicampur dengan media lain, secara rinci disampaikan karakteristik media yang digunakan dalam budidaya jamur tiram.
Media serbuk kayu
Tempat tumbuh jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang tumbuh baik pada kayu lapuk atau dalam bentuk serbuk gergaji. Budidaya dengan serbuk kayu ( gergajian ) paling banyak dilakukan oleh para petani jamur tiram, disebabkan karena praktis, bahan baku murah dan media ini mudah didapat. Walaupun jamur tiram dapat tumbuh pada media serbuk kayu ( gergajian ), tetapi tidak sembarang kayu baik digunakan sebagai media. Serbuk kayu yang paling baik salah satu diantaranya adalah serbuk kayu sengon ( Albazia falcataria ).
Pemanfatan limbah kayu ( Albazia falcataria ) merupakan upaya dalam rangka mengurangi polusi. Jika tidak ada solusi maka dapat dipastikan bahwa makin hari limbah tersebut semakin menggunung, maka perlu adanya pemanfaatan limbah tersebut agar mempunyai nilai ekonomis.( Indomedia. Com, 2000 ).
Menurut Balai Teknik Penelitian diatas Pertanian Jawa Timur, disampaikan bahwa kayu sengon ( Albazia falcataria ) memiliki keunggulan sebagai berikut :
Serbuk kayu sengon termasuk kayu keras.
Serbuk kayu sengon tidak mengandung getah. Kayu yang mengandung getah akan menghambat pertumbuhan jamur tiram, karena getah pada tanaman menjadi zat ekstraktif.
Serbuk kayu sengon tidak mengandung minyak dan bahan kimia lainnya.
Dari keunggulan tersebut kayu sengon ( Albazia falcataria ) memenuhi syarat sebagai media tumbuh jamur tiram. Disamping itu kayu sengon mengandung kadar selulosa mencapai 49,7% .( Hieronymus, 1992) Kadar selulosa merupakan bahan yang diperlukan dalam pertumbuhan jamur tiram dengan kandungan nutrisi yang tidak cepat habis. Sehingga dalam satu polybag dapat tumbuh sampai 8 kali panen (petik) bahkan bisa samapai 10 kali panen. Keunggulan kayu sengon selain serbuk gergaji untuk media tumbuh jamur tiram juga baik untuk penghijauan, pelindung dan penyubur tanah, bahan baku bangunan ( perabot rumah tangga ) dan sebagai bahan baku industri kertas.
Sehubungan dengan ini maka kayu sengon dapat dibudidayakan secara maksimal dan harus medapat perhatian dari berbagai pihak. Program pemerintah telah mencanangkan gerakan sengonisasi terutama pada lahan kritis , termasuk wilayah Kabupaten Wonosobo. Pihak swasta ( eksportir ) berlomba memasok kayu sengon untuk keperluan di berbagai negara.
Media Bekatul.
Bekatul merupakan limbah gilingan padi yang merupakan bagian luar atau kulit ari beras yang merupakan hasil sampingan dari proses penggilingan padi. Bekatul merupakan limbah dari penggilingan padi, tetapi mempunyai kandungan gizi, vitamin dan protein yang cukup tinggi.
Bekatul terdapat nutrisi yang dapat membuat Acetobacter xylinum yang dapat mengubah karbohidrat limbah padi menjadi selulosa. Budidaya jamur tiram selulosa dibutuhkan, karena menyediakan energi guna peningkatan pertumbuhan jamur tiram. Bekatul juga menandung karbon yang dipakai sebagai sumber utama yang berfungsi membangun miselin dan enzim yang dibutuhkan dalam budidaya jamur tiram. Kandungan enzim tersebut menyebabkan produksi jamur tiram dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama ( Nila F.W, 2008 ).
Isozim merupakan produk langsung gen berupa protein dan enzim, dapat dilacak dan dipelajari dengan menggunakan teknik elektroforesis. Isozim adalah enzim yang terdiri dari berbagai makluk aktif yang merupakan struktur kimia. Isozim dapat dipakai sebagai pemandu genetic untuk mempelajari keragaman individu dalam satu populasi.
Ampas tahu
Ampas tahu merupakan hasil samping dari hasil pengelolahan tahu. Bentuknya berupa padatan berasal dari sisa – sisa bubur kedelai yang diperas. Pada umumnya berwarna putih dan berbau khas. Pada suhu kamar akan cepat rusak jika dibiarkan begitu saja di udara terbuka (anonymous, 1979).
Ampas tahu terkandung zat – zat antara lain karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin. Menurut Adiyuwono (2000) ampas tahu mengandung protein 26,6 % dan mempunyai kandungan serat kasar 14%. Jika dalam keadaan basah, kandungan kadar air sebesar 80%, kandungan protein berkisar 3-4 %. menambahkan protein berfungsi untuk merangsang pertumbuhan miselia, sedangkan lemak digunakan sebagai sumber energi untuk mengurangi zat – zat diatas.
Teknik Pelubangan Pada Media
Penumbuhan tubuh jamur dilakukan saat 75% permukaan media tumbuh telah tertutup oleh miselium jamur tiram, penumbuhan dilakukan dengan cara merobek plastic baglog pada bagian lengkung yang berada di dekat ujung baglog. Tipe sobekan bias berbentuk segi empat yang berukuran 1x1 cm atau berbentuk huruf L. (Aufa, 2015).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment